"Jung Jae—hyun."
"Jung—Jaehyun."
"Jung Jaehyun!"
"Mom! I'm home!"
Suara Mark memenuhi seisi rumah yang semula hening. Dengan riang ia berlari kecil dari depan pintu sambil bersenandung, kemudian berhenti sebentar untuk melepas sepatu dan meletakannya di rak.
"Jung—Jae—Hyun."
"Jung—Jaehyun!"
Mulut kecil Mark masih menyebut nama itu berkali-kali, bahkan disepanjang jalan pulang dari sekolah bocah berumur tiga tahun itu tak berjeda mengeja huruf-huruf pada nama ayahnya bersama sang supir.
Sampai ditengah rumah Mark celingukan, mata bulat titisan ibunya melirik kesana kemari ketika tak ditemuinya sang ibu di ruang tamu ataupun kamar bermain. Mark kembali berlari hingga tas yang digendongnya menimbulkan bunyi berisik akibat kotak pensil kaleng yang dibawanya. Ia kemudian tersenyum lebar kala menemukan ibunya sedang memasak di dapur bersama adiknya sedang bermain robot-robotan di lantai yang dilapisi karpet beludru merah kesayangan Taeyong. Jeno nampak asyik bergumam dengan robot-robotnya sebelum kehadiran sang kakak seketika mengalihkan perhatiannya.
"Hyuung!"
Si bungsu berseru, seketika pula berdiri dan mendekati Mark yang sedang membongkar isi tas sekolahnya sembari terduduk di lantai. Mendengar Jeno berteriak, Taeyong pun menoleh kemudian tersenyum kala melihat dua jagoannya saling memeluk —lebih tepatnya Jeno yang menggelayuti tubuh Mark yang masih sok sibuk dengan tasnya.
"Welcome home baby lion, how's your day?"
Taeyong mematikan kompornya lalu mencium pipi si sulung sebagai ucapan selamat datang dan menempatkan diri untuk duduk diantara Mark serta Jeno yang begitu anteng menatapi sang kakak.
"It's was fun mom!" Jawab Mark sembari mengeluarkan kotak bekal, tumblr air minum serta beberapa sisa camilan yang dibawanya dari rumah ke sekolah. "Benarkah?" Balas Taeyong, tangannya turut membantu Mark melepaskan seragam play group-nya yang basah dengan keringat. Sepertinya jagoannya bergerak banyak hari ini.
"Nah! From Haechan!"
Mark berseru lagi, kali ini ia menyerahkan dua buah lollipop susu titipan temannya kepada Jeno yang kemudian menerimanya dengan cengiran lebar. "Noooo! Tunggu daddy baru dimakan!" Interupsi sang kakak pada Jeno yang hampir memasukan lollipop itu kedalam mulut tanpa dibuka bungkusnya. Dasar Mark yang terbiasa dengan aturan ayahnya, maka ia pun secara sugesti turut melarang Jeno makan permen jika tidak dibukakan langsung oleh sang ayah. Permen itu kemudian dengan tak rela diserahkan Jeno pada sang ibu untuk disimpan.
Taeyong tertawa melihat interaksi dua putranya, setelah menyingkirkan permen lelaki mungil itu kemudian terlihat sibuk melihat buku aktifitas Mark disekolah. Ada 5 stempel bintang yang didapatkan anak itu pada pelajaran mewarnai dan menyanyi namun pada pelajaran menulis ia hanya mendapat 2 stempel bintang. Taeyong beralih pada buku khusus yang setiap hari dibawa pulang Mark sebagai penghubung antara guru dan orang tua. Pada kolom catatan berisi tulisan bahwa Mark mendapatkan PR untuk menulis nama ayah pada sebuah kertas ukuran A4.
"Mark kau punya PR, kapan akan dikerjakan?"
Sang ibu bertanya, Mark yang entah sejak kapan bergulung-gulung penuh canda di lantai dengan Jeno pun berhenti dari tawanya. Anak itu segera berlari kearah ibunya yang kembali ke dapur untuk mengambil makanan. Pantat gembulnya yang hanya pakai celana dalam merah bergambar Iron Man bergerak kesana-kemari ketika berlari membuat sang adik yang tertatih mengejarnya dibelakang jadi tertawa.
"I will do my homework with daddy, mom!" Katanya setelah menerima satu suapan berisi sup sosis dari Taeyong. "Why must daddy?" Balas Taeyong sembari memberikan suapan lain pada Jeno.