Beberapa hari ini, ada satu hal yang mengganggu saklar nalar dalam kepala berbalut rambut jamur seorang Jung Minhyung. Masalah yang cukup berat sepertinya. Sebuah masalah yang walaupun telah dipikir sembari meminum berdot-dot susu ataupun memakan semangka pun tak juga ditemukan jawaban dari pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Hal itu sedikit membuatnya pusing dan menggerutu tak jelas.
Mark menghentikan skuternya lalu menyenderkannya asal di garasi rumah. Tergopoh-gopoh berlari menuju pada ibunya yang bersantai sembari mewarnai kuku-kukunya di atas sofa bersama Ruby. Anak itu mendengus sebal kala melihat si anjing yang bergelung nyaman di pangkuan Taeyong dengan wajah tanpa dosa. Padahal beberapa saat yang lalu Mark menyuruhnya mengambil sekop untuk menggali harta karun, tapi ternyata anjing malah tak juga kembali membuatnya sedikit curiga dan justru kini berleha-leha bersama ibunya meninggalkan Mark sendiri di halaman belakang.
Dasar tidak setia kembar!
"Moooommm!"
Taeyong mengalihkan fokus dari kelingkingnya yang baru saja diolesi kutek berwarna pink transparan. Atensinya tertuju pada sang putra yang mencebik sembari menggoyang-goyangkan badan guna memperbaiki celana pendeknya yang sedikit melorot karena berlari.
Sang ibu meletakan botol kuteknya, lalu dengan jari-jari lentik yang sedikit terangkat karena takut kuteknya yang belum mongering terkoyak ia menarik Mark untuk duduk dan memberinya segelas jus yang ada diatas meja. Anak itu meminum jusnya dengan rakus sembari masih mencebik saat Taeyong berusaha menyilakan poni untuk menghapus titik-titik keringat yang membanjiri kening Mark. Sorot mata berbingkai alis camarnya kemudian menukik garang ketika bertemu pandang dengan Ruby yang kini beralih sembuyi dibelakang punggung ibunya.
"Apa ada yang terjadi diantara kalian?" tanya Taeyong menyadari adanya aliran listrik tak kasat mata dan aura tak sehat dari pandangan yang ditujukan Mark pada Ruby. "Dia meninggalkanku sendirian, katanya mau membantu cari harta karun!" hardik Mark menyuarakan unek-uneknya pada Ruby yang kemudian terlihat menegakan badannya terkejut atas suara lantang bocah gembul didepannya.
Ruby lalu menyalak, suaranya terdengar seperti memberikan bantahan membuat Mark seketika melotot lagi.
"Ya! Bukannya aku sudah bilang akan memboncengmu dengan skuter jika membantuku?"
"Lihatlah pipiku digigit nyamuk dan kuku tanganku jadi kotor karena menggali!"
"Mom, lihat! Luby tidak mau mendengarkanku!"
"Pasti karena kemarin dia menginap dirumah Vivi!"
"Kalau kau main terus dengan Vivi nanti kau akan ikut gendut sepertinya!"
"Aku marah!"
Bibir Mark semakin maju, persis sekali seperti ayahnya jika merajuk. Tangan gendutnya dilipat didada, kakinya menghentak lantai lalu membuang muka enggan menatap Ruby yang menunduk antara merasa bersalah dan masa bodoh. Sedangkan Taeyong yang menonton pedebatan itu hanya bisa memutar matanya malas tanpa ada niat untuk melerai ataupun mendamaikan. Kurang dari lima menit pasti dua mahluk imut itu sudah kembali saling berpelukan pikirnya.
"Moommm Luby mengabaikanku! Isshhh!!"
Mark menggerutu lagi, mukanya terlihat jengkel namun juga lucu disaat bersamaan. Bocah itu bahkan berkata sambil memeluk pinggang ibunya dari belakang. Keningnya ditempelkan pada punggung Taeyong dan kepalanya bergeleng kekanan dan kekiri bagai sedang frustasi akibat diabaikan Ruby yang hanya menanggapi celotehan anak sulung Jaehyun itu dengan dengusan khas anjing yang menurut Mark sangat menyebalkan.
Melihat anaknya yang begitu sebal Taeyong pun membalik badannya dan terkekeh saat menemukan wajah Mark yang cemberut, daripada duplikat Jaehyun itu mengamuk, lebih baik menjauhkannya sesaat dari Ruby yang masih acuh menyamankan diri diatas sofa.