Geschwister

35.7K 2.3K 1.1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Masih pusing?"

Tanya si ibu pada Hendery yang duduk lesu di meja makan. Anak itu mengangguk lemah dan mendongak menatap Taeyong yang masih memegang keningnya. Lalu, dengan manjanya ia menyenderkan kepala di pantat Jeno yang sedang digendong koala oleh Taeyong. Bayi 2 tahun itu nampak tak terganggu akan ulah si kakak dan masih anteng terbungkus selendang bagai kepompong sembari menikmati empeng ibunya yang akhirnya bisa ia dapatkan kembali setelah mengarungi berepisode-episode drama super receh antara ia dan ayahnya sendiri.

"Habiskan makanannya dan minum obat, aku sudah menyusun kasur di depan TV. Kamarmu harus disterilkan dulu." Tambah Lucas menatap iba pada adiknya yang masih nampak pucat meski tangannya sibuk mengangkat galon untuk diletakan diatas dispenser.

Sudah dua hari Hendery jatuh sakit, tepatnya sepulang hiking bersama paman Sehun dan Lucas. Anak itu mengeluh badannya pegal, lalu malamnya menggigil dan demam tinggi. Terang saja setelah diberi kabar, daddy-nya langsung buru-buru pulang dari Jeju dan uring-uringan tak jelas saat tau anaknya sakit.

Namun walaupun sempat marah-marah, Jaehyun tetap menjaganya dan menemaninya tidur. Pasalnya Hendery memang tipikal anak yang tidak bisa terlalu lelah serta gampang sakit. Dan jika sudah jatuh sakit seperti ini, anak itu pasti akan mengiggaukan hal-hal aneh dalam tidur yang hanya bisa ditenangkan oleh Jaehyun.

Pagi ini meski sudah bisa mengangkat kepalanya dari ranjang dan kini tengah berusaha menghabiskan semangkok kecil bubur yang dibuatkan ibunya, malah giliran si ayah yang belum ada tanda-tanda akan bangkit dari tidur padahal jam sudah menunjukan pukul 8.

"Hyungie...."

Jeno bergumam, mata sipitnya mengintip dari celah selendang yang menutupi kepalanya. Sang ibu pun membantu mengeluarkan kepalanya dari selendang, bungsu itu lalu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada si kakak.

"Jeno mau sayang hyung?" Tanya Taeyong dengan nada lucu. Jari telunjuknya menggoyang-goyang dagu sang anak hingga mulut Jeno terbuka dan tertutup menampilkan deretan gigi susu yang hampir tumbuh seluruhnya.

Anak itu tertawa, lalu bergerak kearah Hendery secara spontan hingga membuat tubuh ibunya ikut terhuyung kesamping. Melihat Jeno yang berkedip-kedip, Hendery memasang wajah cemberut.

Tenggorokannya terasa sakit untuk tertawa, tapi kenapa adiknya begitu lucu?














"Mendekatlah, biarkan adik mencium keningmu." Pintanya, namun sang lawan bicara menggeleng cepat.

"Tidak, nanti dia tertular." Ketus Hendery seperti biasa.

"Aniyaa, dia hanya ingin bilang sayang padamu. Tidak apa-apa."

Taeyong menatap Hendery dengan senyuman meyakinkan, dengan jahil ia maju selangkah berusaha mendekatkan Jeno yang terus berusaha meraih Hendery dengan tangan kecilnya. Hendery justru memundurkan kepalanya dan diam lantaran takut, katanya sakit bisa cepat menular melalui kontak fisik dan ia tentu tidak ingin adiknya turut sakit karena rasanya begitu tak mengenakan. Tapi pada akhirnya dengan ragu ia mendekatkan keningnya pada Jeno setelah sang ibu berkali-kali menyisir helaian rambutnya kebelakang dan berkata tidak apa-apa untuk kali kesekian.

Summer, Mom and Watermelon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang