Ketika Taeyong bangun, hal pertama yang dilihatnya adalah warna merah yang sepenuhnya mengaburkan hal lain dari visinya. Duduk dan mengusap kantuk dari matanya, dia berkedip untuk beberapa saat sebelum melihat kembali ke sisi lain tempat tidur yang telah kosong tanpa kehadiran suaminya.
Mawar merah tunggal.
Sebuah kuntum tergeletak disana. Tepat diatas bantal. Sambil tersenyum, bangkit dari posisi tidur dia meraih bunga tersebut. Pikirannya seketika mengingat-ingat tanggal hari ini.
23 juli.
Hari ulang tahunnya sudah lewat. Hari ini juga bukan hari ulang tahun pernikahan mereka. Bukan pula hari ulang tahun anak-anak. Bahkan, dia tidak tahu apa korelasi antara bunga itu dan tanggal hari ini meski sudah beberapa saat hanya termangu. Pikirannya hanya dibawa untuk menebak-nebak. Namun, tiba-tiba terlintas lah satu firasat.
Mungkinkah ini ulah suaminya?
Tapi dalam rangka apa?
Jika dipikir-pikir, Jaehyun kadang menjadi romantis tanpa sebab dengan caranya sendiri. Tapi ia tidak yakin mengapa sang suami sempat-sempatnya meletakan bunga di pagi buta seperti ini. Dan jujur saja, ia amat penasaran. Namun Taeyong tidak berani bertanya langsung karena dia khawatir apakah ia telah melupakan sesuatu yang penting tentang hari ini dan sifat pelupanya itu mungkin saja akan menyakiti perasaan Jaehyun.
Berdiri, dia meregangkan tubuh dan berjalan ke meja riasnya. Tidak lama setelah dia membuka laci paling atas, dia melihat mawar merah lainnya. Dia mengangkat bunga itu, menjadikannya satu dengan kuntum pertama kali ia temukan dan memenuhi paru-paru dengan wewangiannya. Setelah berpakaian, ia meninggalkan kamar sembari membawa dua mawar dan berjalan ke dapur untuk mencari vas.
Begitu dia mencapai lemari kabinet dan membukanya, ia tidak menemukan vas kosong seperti yang ia harapkan tetapi justru menemukan vas yang sudah terisi mawar lain yang disusun begitu cantik dan rapi didalamnya.
Sepanjang pagi ini ia menemukan total dua belas mawar, namun dia masih tidak dapat mengetahui mengapa bunga-bunga itu secara ajaib bertebaran di rumahnya. Baru sekitar pukul tiga sore, saat suaminya berjalan melewati pintu dengan beberapa tas yang ia bawa dan langsung menuju ke dapur Taeyong merasa ada kemungkinan misteri yang menggelayuti kepala ungunya untuk terpecahkan.
Taeyong mencoba untuk tidak segera membombardir Jaehyun dengan pertanyaan, butuh beberapa saat baginya untuk memberanikan diri dan duduk di seberang Jaehyun yang tengah mencuci dot Mark.
"Jadi ..." Ia memulai. Taeyong tiba-tiba merasa seolah-olah ia adalah gadis sekolah menengah yang malu-malu ketika berbicara dengan kakak kelas sekaligus pacarnya. Malu karena takut di cie-ciein padahal kenyataannya di tempat itu tidak ada orang selain keduanya, anak-anak pun masih asik menggelepar di kamar masing-masing.
"Kemana saja kamu hari ini?"
"Oh, dari sana," jawab Jaehyun asal sembari mulai menyimpan berbagai bahan makanan di lemari es. Namun, terlepas dari upaya terbaiknya menutup-nutupi, Jaehyun tetap tidak bisa mengelak dari kejahatan manisnya ketika ia bertemu pandang dengan Taeyong dan kedua mata bulat istrinya itu seolah berkata, 'tercyduck kau papa'.
"Kemana itu 'kesana'?" Tegasnya, meski Taeyong mendapati dirinya tersenyum akan gerak-gerik mencurigakan Jaehyun.
"Baiklah, baiklah,"