A letter for daddy

28.3K 2.5K 792
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Jeno!"

"Cepat bantu hyung!"

"Daddy terlalu kuat!!"

"Argggg!!! Kekuatan maksimaaaalll!!"

"Ciyaaaattttttttt!!!"

Dan Jaehyun hanya tersenyum, membiarkan sepasang tangan gembul yang mengaku sebagai Dinosaur Tyrex itu meninju lengannya brutal layaknya sedang meninju samsak. Dengan masih menyandarkan bahu pada sofa, ia masih bertahan. Belum saatnya ia untuk berpura-pura tumbang demi tawa riang si sulung. Ia masih ingin membuatnya sebal dengan wajah sok kuat milik Mark Jung.

Tak berselang, sepasang tangan lagi datang. Memeluk lehernya, sebagai bala bantuan bagi si kakak. Jeno menggigit telinganya, membuat sang ayah mau tak mau berteriak karena tulang rawannya yang langsung ngilu tak terhingga. Gigi-gigi susu Jeno benar-benar tajam, pantas saja ibunya memilih untuk menyapihnya.

Si ayah ambruk, telinganya memerah dan basah karena liur. Pasukan Tyrex dan Apatosaurus itu bersorak girang dan berpelukan merayakan kemenangan. Namun tak hanya sang pahlawan yang kegirangan, ternyata sang musuh pun turut girang karena ambruk di pangkuan lelaki cantik yang entah sejak kapan menjadi penonton dari pertempuran absurd ketiganya.

Kepala Jaehyun yang ada diatas paha Taeyong dibawa mendongak, menatap wajah ayu dalam balutan kacamata baca yang balas menatapnya. Senyumnya mengembang, sembari mencium telapak tangan sang istri lelaki itu memejamkan sejenak matanya.

Apa kabar?

Bagaimana harimu kali ini?

Pertanyaan yang selalu sama, diucap berulang. Lagi, dan berkali-kali. Setiap hari. Namun selalu mempunyai jawaban yang berbeda.

Ya, Jaehyun tak pernah bosan menanyakan dan Taeyong yang tak pernah bosan menjawab pertanyaan itu semenjak berpacaran sampai dengan menikah.

Jaehyun selalu sama, tidak pernah berubah semenjak hari pertama. Lelaki itu selalu bertanya sembari menatap matanya, mengangguki dengan senyum, dan mengusap kepala Taeyong sebagai respon paling utama.

Baginya seorang istri bukan hanya perlu mendengarkan suami, namun istri juga harus didengar. Senang atau sedihnya, baik atau buruknya semua ia harus tau, karena Taeyong adalah tanggung jawabnya sebagaimana ia telah mengambil tanggung jawab itu dari sang mertua sejak mereka menikah. Selalu ada waktu khusus baginya, mendengar setiap keluh kesah dan cerita-cerita Taeyong. Setiap pulang kerja, itulah waktu tepatnya.

Tak seperti orang kebanyakan yang setiap pulang kerja langsung mandi, atau makan tanpa berinteraksi. Jaehyun memilih duduk sejenak di ruang tamu, bergurau dengan dua balitanya, mengecek dua anak remajanya untuk lekas mandi dan yang terakhir adalah mendengarkan Taeyong menceritakan harinya.

Tentang anak, tentang aktifitasnya sebagi ibu, tentang pekerjaannya. Semua ia dengar dengan seksama, tanpa ada satu kalimat atau kata pun terlewat.

Summer, Mom and Watermelon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang