02/ Awal Mula

7.8K 281 0
                                    

Wp eror gays.. 
Aku udah revisi smua tp tulisannya banyak yang kepotong alhasil terpaksa aku Up ulang.. 
Buat kalian kalo mau baca ulang gpp klo gg ya oke.. 

Tp aku mohon dong jangan jadi pembaca tersembunyi apa beratnya sih tekan Bintang dong.
Hargai karya orang itu lebih baik loh.

Suara pintu terbuka memaksanya menoleh untuk melihat siapa yang datang.
Sekali lagi dia membuka kacamatanya dan menatap datar orang yang berdiri didepannya.
Bukan tidak suka tapi inilah dia.
Pendiam misterius dan Datar entalah sangat sulit menggambarkannya.

"Sampai kapan kamu seperti ini" Tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik disaat umurnya yang sudah tidak tergolong muda.

"Ma, Bian mohon jangan bahas ini"

"Ingat umur.. Kamu tidak muda lagi Bi, apa kamu tidak ingin mempunyai pendamping dan anak anak lucu dikehidupanmu"

Bian menghembuskan nafasnya "Bukan tidak ingin ma, hanya saja saat ini Bian belum siap berkomitmen"

"Sudahlah, percuma bicara denganmu.. pergilah keLobby papamu dan beberapa Klein menunggumu"

Tanpa menjawab Bian sudah beranjak dari tempatnya.
Usia Bian tidak muda lagi tahun ini dia akan berusia 31 tahun.
Well.. diusia yang sudah matang kehidupan juga mapan apa lagi yang kurang.
Wajahnya jangan ditanya sudah pasti setiap wanita yang melihatnya akan terpesona.
Mata biru hidung mancung dan Bibir tipis bagai sihir ditambah rahangnya yang keras sorot mata tajam menambah nilai plus untuk itu.

Dia bukan Gay!!! Bukan.. memang dia minim dalam hal percintaan bisa dikatakan tidak ada pengalaman apapun.
Hanya saja selama ini dia menjaga jarak dengan wanita agar dirinya tidak terlalu direpotkan dengan urusan makluk tuhan paling menyebalkan baginya.

Bagaimana tidak. Dijaman moderen seperti ini wanita mana yang tidak lapar akan uang. Bian sudah faham akan hal itu karna bukan hanya sekali dua kali banyak wanita yang mendekatinya hanya untuk mengajaknya kencan satu malam atau apalah itu namanya dan setelah itu Bian tau apa yang akan diminta. YAPS sudah pasti Uang.
Belum lagi memikirkan kesialan jika sampai ada yang mengaku hamil dan itu anaknya.
Wanita sekarang pintar dalam membuat skenario tapi dirinyalah yang terjebak didalam.

Bian sudah berada dalam Lift menuju lantai bawah.
Kamarnya berada dilantai delapan belas.
Bian melihat sekeliling ternyata hanya ada dia dan satu orang perempuan disana.
Sepertinya perempuan itu tengah sibuk membenahkan rambutnya yang tersangkut dicela kancing kemejanya.

Tidak ingin ambil pusing Bian tetap menatap depan sambil menunggu Lift terbuka.

Glekkk gleekkk glekkk

"Ohh astaga apa lagi ini" Bian melirik dari ekor matanya kemudian menekan tombol darurat agar segera ada yang menangani masalah yang mereka timpa saat ini.

Bian menyesali kenapa dirinya tidak lewat Lift khusus saja.
Haii dia hanya enggan bersama mamanya. Bukan apa apa.. hanya saja dia malas jika harus membahas itu itu saja.

30menit terjebak dalam Lift tersebut memaksa Bian membuka kancing kemejanya dan menampakan dalaman berwarna putih melekat pada tubuhnya. Dan yakin kalau kaum hawa melihat ini akan menelan silivanya.

Berbeda dengan perempuan yang satu ruangan dengannya.
Merasa panas menyerang tubuhnya perempuan itu membuka kemejanya.

"Apa yang kau lakukan?" Perempuan itu menatap sekilah kearah Bian kemudian melanjutkan aksinya dan tinggalah TankTop hitam yang melekat ditubuhnya.
Bian membuang nafas kasar kemudian memalingkan wajahnya.

"Tolong bantu aku membuka ini, rambutku tersangkut dikancing kemejaku.. tolong" ujarnya dengan wajah memelas memaksa Bian mendekatkan tubuhnya kemudian membantunya.

Posisi mereka yang begitu dekat tidak disadari.
Dan diyakini yang melihat posisi ini akan menyangka mereka sedang ehem... begitulah. 
Belum lagi rambut mereka berdua acak acakan ditambah keringat panas akibat ruangan yang minim udara itu membuat wajah dan sekitar tubuh mereka berdua basah akan keringat.

Mereka berdua masih sibuk dengan kegiatan mereka sampai tidak menyadari kalau pintu sudah terbuka dan tepat disana banyak orang yang menatap horor mereka berdua.

"BIAAANNN!!! Apa yang kamu lakukan" menyadari posisi mereka secepat mungkin mereka memberi jarak pada tubuh mereka.

******

Dalam satu ruangan hanya kesunyian belum ada yang memulai pembicaraan.
Setelah ketahuan disinilah mereka berdua dalam ruangan yang menebar aura dingin dan menegangkan.

"Ehem.. bisa kalian jelaskan?" Ujar suara dingin memecah keheningan.

"Pa, Bian gak ngapa ngapin. Tadi-"

"Stop Bian!! Lalu apa yang kami lihat tadi, Astaga Bian mama tidak menyangka kamu seperti ini"

Bian mengusap wajahnya kasar. Lain dengan perempuan disampingnya yang hanya duduk menunduk disana.

"Siapa namamu?"

Merasa ditanya perempuan tadi mendongak kemudian menatap sekeliling seakan berkata apa orang ini menanyakan namaku? Bodoh tentu saja mau siapa lagi disini yang orang asing hanya kamu sahut dewi batinnya.

"Sa..saya Dara"

"Nama yang bagus, pa bagaimana-" belum sempat melanjutkan ucapannya wanita itu terdiam saat melihat suaminya menaruh telapak tangannya diudara seakan ganti dari ucapan Diam!!

"Baiklah Dara.. dua minggu lagi pernikahan kalian akan digelar dan ini final tidak ada penolakan" ujarnya dengan nada dingin dan tegas.

"Apa??" Suara Dara dan Bian bersamaan terkejut dengan apa yang mereka dengar.

Belum sempat membantah Bian sudah tidak melihat kedua orang tuanya.
Yang mereka lihat hanya punggungnya yang semakin menjauh..

Sekarang tinggalah Bian dan Dara disana.
Bian menyandarkan kepalanya dikursi belakangnya.
"Apa yang akan terjadi denganku diesok hari" Bian membenarkan duduknya menaikan sebelah alisnya.

Dara melihat kearah Bian "iya apa yang akan terjadi padaku nanti?? Menikah denganmu?? Laki laki yang tidak kukenal. Mimpi apa aku semalam"

"Kenapa?? Apa yang salah denganku?"

"Pertanyaan macam apa itu? Sekarang pikirkan kita tidak saling kenal dan baru tadi kita bertemu lalu dengan seenaknya kedua orang tuamu memberi keputusan final kalau kita menikah dua minggu lagi"

"Lalu?"

"Sudahlah percuma bicara dengamu" Dara beranjak dari duduknya kemudian pergi meninggalkan Bian untuk kembali kekamarnya.

Posesif HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang