06/Mencoba

6.2K 216 1
                                    

Bian menutup pintu kamarnya saat memastikan istrinya juga ikut masuk kedalam.
Setelah pertemuan dengan Tomi tadi baik Bian maupun Dara masih enggan untuk memulai pembicaraan diantara keduanya.
Bahkan saat ditempat acara tadi keduanya hanya bicara sepentingnya saja.
Misalnya saat ada teman Bian menyapa atau basa basi Bian menawarkan minum untuk Dara.

Dara sendiri yang biasanya selalu rame memilih diam saat menatap sorot mata suaminya tadi jelas menunjukan kemarahan.
Tapi untuk apa dia marah.
Cemburu? Tidak mungkin kami baru menikah beberapa hari yang lalu batin Dara.

Selesai membersihkan diri Dara mencari posisi nyaman untuk tidur.
Dan Dara memilih posisi menyamping agar tidak bertatap muka dengan suaminya.
Takut? Tidak Dara tidak takut untuk apa dia tidak mencuri hanya saja... ahhh sudahlah sulit untuk menjelaskan.

Menyadari tempat sebelahnya bergerak Dara memejamkan matanya seolah dirinya benar benar sudah terlelap.

"Ra" Dara masih enggan menjawab.

"Kau sudah tidur" Bian memeriksanya dan benar mata istrinya sudah terpejam.

"Secepat itu" Bian menaikan selimut untuk menutupi tubuhnya dan juga Dara. Kemudian memiringkan tubuhnya memeluk Dara dari samping.

"Kita memang sama sama tidak saling mencintai, tapi aku sudah mulai terbiasa denganmu beberapa hari ini. Aku akan berusaha untuk membahagiakanmu meskipun aku sendiri tidak tau dimana kebahagiaanmu itu dan mulai saat ini aku akan berusaha mencarinya" jantung Dara berdekup kencang seakan ada gemuru didalamnya. Mendengar setiap kalimat yang diucapkan Bian membuat suhu badan Dara tiba tiba panas.

"Selamat malam" Bian mencium puncak kepala Dara membuat Dara semakin hilang akal tak menentu mendapat perlakuan seperti itu.

Jujur saja Dara tidak pernah dekat dengan lelaki manapun.
Semenjak dirinya tau kalau tomi tidak mencintainya Dara menutup diri dan hatinya.

Bukan apa apa hanya saja dia belum siap untuk tersakiti kedua kalinya. Bukankah jika kita jatuh cinta kita harus siap dengan resiko yang akan kita terima. Salah satunya sakit hati.
Bertahun tahun Dara menyimpan rasa untuk Tomi sampai akhirnya kejutan dihari ulang tahunnya yang ke 20 tahun kala itu membuatnya enggan menerima cinta dari lelaki manapun.

FlashBack

"Selamat ya ra" ucapan selamat silih berganti Dara tetap memaksakankan senyumnya untuk menyambut para tamu mulai dari teman temannya dan juga teman kedua orang tuanya.
Karna memang kebetulan sekali tanggal ulang tahun Dara sama dengan ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya.
10 Desember.

Mata Dara dari tadi memandang kearah luar seakan menanti kedatangan sesorang dan benar saat orang itu masuk senyum mengembang menghiasi wajah cantiknya.

"Ra tomi datang loh"
Dara mengangguki ucapan Sesil.

"Makasih ya sil kamu sudah bujukin Tomi buat datang"

Sesil mendekatkan wajahnya ketelinga Dara "Aku gak bujukin kok, aku cuma ngasih undangan aja kedia, dia juga sempat bilang gak janji soalnya dia ada latihan ngeband"

Dara menoleh kearah sesil yang mengangguk yakin padanya.
"Lalu kok dia bisa tiba tiba aja datang tanpa alasan" secara Tomi adalah cowok yang diidamkan banyak cewek saat dikampusnya dan tidak jarang Tomi akan menolak untuk datang keacara pesta seperti ini.
Dara meminta sesil untuk memberikan kartu undangan dan membujuknya secara Sesil adalah adik sepupunya.
Bahkan Dara menyukai Tomi awal mulanya bertemu dirumah Sesil.

Tomi cowok yang baik dia ramah sebetulnya hanya saja dia tidak begitu suka kalau harus berbaur dengan banyak orang didalam acara seperti ini. Karna bukan sombong jelas saja akan banyak kaum hawa yang berteriak histeriss memandangnya.
Bak melihat dewa yunani saja.

Posesif HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang