26/Lontong sayur VS Undangan

5.5K 185 6
                                    

"Kenapa mendadak?" pekik Dara tiba tiba.
Saat ini wanita itu sedang duduk santai dikamarnya ditemani Sesil yang kemarin dimintanya untuk datang kerumah mertuanya.

"Entahlah, tapi itu lebih baik dari pada terlalu lama akan semakin nambah dosa"

"Dosa maksiat maksudmu?" sahut Dara.

"Tuh tau" Sesil mencomot camilan yang disuguhkan Dara untuk melengkapi acara rumpi mereka.

Sesuai kesepakataan saat ini Sesil mengunjungi Dara, karna suaminya tidak mengizinkannya untuk keluar rumah alasannya tentu tentang kehamilannya.
Karna menurut Bian diawal kehamilan masih sangat rawan jadilah pria itu menghubungi Sesil agar datang kerumahnya kalau ingin menemui istrinya.

"Sil, apa tidak terlalu cepat?"

"Tidak. Aku sudah mantap dengannya, ayolah Ra kenapa aku merasa kamu tidak suka kalau aku berganti status"

"Bukan, bukan itu hanya saja aku merasa kalian terlalu cepat memutuskan untuk menikah"

"Aku sudah lama mengenalnya, sejujurnya saat kamu menikah itulah awal aku berkenalan dengannya dan kita bertukar nomer dan semua itu berlanjut hingga sekarang"

"Itu artinya kamu sudah berhubungan dengannya saat masih bersama Azril?"

"Tentu, tapi kita dekat saat aku udahan sama Azril"

Dara menghela nafas "apapun yang kamu putuskan aku hanya bisa berdoa semoga apa yang kamu putuskan itu yang terbaik"

"Emmhh kamu memang terbaik ra" Sesil memeluk Dara dengan sayang.

Setelah mengantar Sesil pulang Dara tidak kembali kekamarnya. Wanita itu memutuskan masuk dapur yang ternyata sudah ada ibu mertuanya yang tengah sibuk menyiapkan bahan masakan.

"Ma" Reni menoleh sedetik kemudian senyum mengembang diwajahnya.

"Dara boleh bantu?"

"Boleh, tapi apa kamu tidak lelah sayang. Lebih baik kamu istrahat dikamar"

"Ma, tubuh Dara akan semakin pegal pegal kalau hanya dikamar terus"

"Ya sudah, ini kamu potong bawang aja. Biar mama siapin lainnya" Dara mengangguk sebagai jawaban.

Setelah sibuk menyiapkan makan malam Dara kembali kekamar untuk mandi karna hari sudah sore, Reni juga bilang kalau ibu hamil tidak boleh mandi terlalu malam.
Entahlah itu mitos apa fakta yang jelas Dara hanya menyiyakan tidak mau membanta.

"Sedang apa?"

Dara sedikit menjauhkan wajahnya kalau tidak sudah dipastikan ketika dirinya menoleh bibirnya akan bertemu dengan bibir suaminya yang saat ini tiba tiba sudah berjongkok disebelahnya.

"Mas, kebiasaan deh ngagetin"
Bian menjauhkan tubuhnya.

"Kau sedang apa?"

"Ini, tadi aku liat liat album foto pernikahan kita" Bian menjauhkan tubuhnya. Lalu menaruh tas kantornya asal.

"Nih mas liat deh, hasilnya lumayan loh" Bian mengamati foto yang ditunjukan Dara.

"Ini yang terlalu pinter photografernya apa akunya yang terlalu cantik ya" Dara melirik sekilas kearah suaminya yang ternyata juga ikut melirik kearahnya.

"Itu photografernya yang terlalu bagus saat ambil foto"

"Jadi menurut mas aku gak cantik gitu?"

"Aku tidak bilang seperti itu"

"Jadi?"
Bian mengacuhkan kedua bahunya.
Dara kembali mengamati foto foto yang ada didepannya kemudian membalikan album itu dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya.
Saat ini Dara memandang takjup foto yang menunjukan dirinya dan Bian berpose dengan Dara yang tersipu malu saat ditatap dalam penuh cinta oleh suaminya.

Posesif HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang