04/Dia

7K 234 1
                                    

Hari ini Dara berniat memulai belajar memasak.
Sebetulnya dia bisa memasak makanan walaupun tanpa judul karna setiap masakan yang dibuatnya selalu memiliki bentuk aneh bagi yang melihat dan tidak ada dalam daftar resep buku manapun.
Kalau rasa ya.. masih bisa dikatakan lumayan untuk mengganjal perut yang kosong.

Buku panduan masak, Ponsel untuk menanyakan pada mbah Google dan tidak lupa bahan masakan yang sudah tertata rapi dimeja dapur.
Karna hari ini masih terhitung hari cuti pernikahannya tidak ada salahnya kalau dia menghabiskan untuk belajar sesuatu yang selama ini jarang dilakukannya.

Jangan tanya selama ini Dara makan apa? Tentu saja jaman sekarang semua serba Online bahkan sate diujung komplek pun masuk dalam kuliner daerah dimana Dara tinggal.

Saat sedang fokus pada buku panduan didepannya "Apa yang kau lakukan?"

"Mas.. mengagetkanku saja" Dara mengelus dadanya "ini aku sedang main masak masak ya itung itung belajar" lanjutnya.

Bian menatap aneh pada sayuran yang ada didepannya "memangnya apa yang kaumasak?"

Dara tersenyum semangat "entahlah mas aku tidak tau namanya apa, yang jelas niatku meniru seperti dibuku panduan tapi sepertinya dari segi bentuk berbeda entahlah rasanya aku belum mencoba, Mas mau?" Dara menatap suaminya

"Boleh" Dara tersenyum pasalnya baru kali ini ada yang mau mencicipi masakan buatannya. Bahkan dirinya sendiri enggan mencobanya tapi malah menawarkan pada suaminya.

Kalau tidak salah masakan Dara sekilah bentuknya semacam Sup tapi kenapa berwarna kuning. Dara menuangkan secukupnya dalam mangkuk kemudian menaruh gorengan ayam dan juga tempe dalam piring berbeda.

"Mau aku ambilkan nasinya mas?" Bian yang sibuk dengan ponselnya menjawab dengan menganggukan kepala tanpa menoleh pada istrinya.

"Ini mas" Bian menaruh ponselnya kemudian mulai menikmati karya masak masakan ala istrinya.
Dara ketar ketir saat suaminya mulai memasukan sendok dalam mulutnya.

"Bagaimana?" Tanyanya saat suaminya selesai menelan makananya.

"Apanya?" Bukannya menjawab Bian malah bertanya pada Dara.

"Tentu saja rasa dari masakanku?"

Bian kembali memasukan sendok pada mulutnya. Setelah menelan habis baru dia menjawab "walaupun bentuknya tidak yakin untuk dimakan tapi rasanya lumayan"

Huhh Dara menghembuskan nafasnya setidaknya dia tidak sia sia berkutat dipagi hari dalam dapur.
"Oh ya mas, kita tidak ada rencana bulan madu?" Dara mengambil nasi secukupnya kemudian ayam dan juga sup aneh tadi dalam piringnya.

"Kenapa? Kau mau?"

"Jawaban macam apa itu? Tentu saja aku juga ingin. Ya meskipun kita menikah karna hal yang tak terduga dan sedikit terpaksa" Dara memasukan sendok dalam mulutnya namun berhenti karna tangan Bian lebih dulu mencengkram lengannya.

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi"

Dara mengerutkan dahinya apa ada yang salah dari ucapannya?

"Pernikahan ini tidak ada yang salah hanya saja takdir mempertemukan kita lebih cepat. Ingat aku hanya akan menikah satu kali dalam hidupku dan jangan pernah mengatakan pernikahan ini karna terpaksa" Bian memberikan jeda "mungkin saat ini hubungan kita hambar karna kita tidak saling mengenal tapi seiring berjalannya waktu dia akan muncul dengan sendirinya" Lanjutnya disusul suara decitan kursi menandakan Bian meninggalkan meja makan.

Dara masih terperangah ditempat mencerna kalimat terakhir yang diucapkan suaminya. Dia..? Dia siapa yang dimaksud Bian, Dara masih belum faham.

*****

"Ini" Dara mengalihkan pandangan dari ponselnya. Dahinya mengkerut seakan bertanya apa ini.

"Bukankah kau mau-" belum selesai menjawab Dara sudah meloncat dari ranjangnya kemudian memeluk kertas yang disodorkan suaminya barusan.

Bian berjalan melewati Dara begitu saja kemudian menghempaskan tubuhnya pada sofa yang ada dalam kamar mereka.
"Jadi kapan kita berangkat?"

"Nanti sore" Bian menjawab tanpa menoleh pada istrinya.

"Huh?? Kenapa mendadak? Kita belum berkemas" ucap Dara dengan masih bengong ditempat.

Bian menatap Dara "kalau begitu sekarang"
Dara berjalan mendekati suaminya
"Apanya yang sekarang? Jangan bilang berangkat sekarang bahkan barusan aku bilang kalau kita belum ber- Awwww kenapa memukulku?"

Bian menyentil dahi istrinya "Berkemasnya bukan berangkatnya"

"Oh okey" ujar Dara dengan masih memegangi dahinya.

"Tapi tidak usah memukulku bagaimana kalau aku hilang ingatan" Dara berucap sepelan mungkin agar tidak didengar suaminya.

"Jangan berbicara yang tidak mungkin Ra" Bian mendengarnya.

Dara yang sebelumnya berjalan kearah lemari untuk berkemas berhenti dan membalikan badannya. "Apanya yang tidak mungkin?"

Bian menggelengkan kepala "Aku hanya menyentil dahimu dan kamu bilang hilang ingatan" Dara terkekeh ditempat seakan menunjukan senyum Phissss..
Kemudian melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Tanpa disadari Bian sudut bibirnya tertarik keatas. Senyum yang jarang dia perlihatkan dan senyum itu berasal dari wanita yang baru saja dikenalnya.

------------

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju Bali.
Setelah berkemas tadi Dara meraung protes kenapa harus keBali badahal beberapa hari lalu dirinya baru saja dari sana dan mengharuskan dirinya menikah secara mendadak.
Tapi tetap saja Bian enggan menjelaskan alasannya dan memilih melanjutkan mengemas pakaiannya.

Mereka berangkat naik pesawat komersil. Jet pribadi? Tentu saja Bian punya namun dia tidak menggunakannya karna Dara menolak saat tau Bian bicara ditelfon dengan asistennya untuk menyiapkan. Alasannya untuk apa membuang uang hanya untuk sekali berangkat bahkan uang itu bisa mereka gunakan bolak balik sepuluh kali dengan pesawat komersil. Katakanlah Dara ingin berhemat karna menurutnya pernikahannya kemarin sudah menguras banyak biaya. Ya meskipun semua biaya suaminya yang menanggung.

Dan Dara sebetulnya lebih semangat menaiki pesawat komersil karna dengan begitu dirinya bisa berjumpa dengan banyak orang tidak dengan jet pribadi yang hanya ada dirinya dan suaminya.
Bukan tidak suka tapi suaminya adalah tipe orang pendiam sekali bicara hanya menjawab ya atau tidak, ckk.. Dara yang notabennya orang rame akan sangat terlihat aneh jika disatukan dengan orang pendiam seperti Bian.

"Mas aku ngantuk, bangunkan aku kalau kita sudah mendarat" Bian hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Tak lama terdengar nafas teratur istrinya Bian sesekali melihat kearah Dara merasa kalau istrinya tidak nyaman dengan posisi tidurnya, Bian menarik kepala Dara untuk bersandar dipundaknya.

Kembali bibirnya terangkat membentuk senyuman diwajahnya.
Bian tidak pernah membayangkan akan menikah dengan wanita seperti Dara.
CINTA? tidak Bian tidak mencintai Dara Ralat Belum mencintai lebih tepatnya.

Ehhh bukankah Dia datang karna terbiasa.. entalah kapan waktunya tiba biarkan untuk saat ini mereka menikmati keberasamaan yang akan menghadirkan Dia diantara mereka.

Sumpah gak nyambung..!!!
Ya udah sihhh nikmatin aja..
Semoga suka ya.. 😊😊😊✌✌

Posesif HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang