30//Daddy

6.4K 191 6
                                    

Aku terbangun dari tidurku saat sayup sayup kudengar suara tangisan bayi.
Oh bagaimana aku bisa lupa kalau saat ini aku adalah seorang ayah.
Lihat bahkan seluru ruangan ini berubah menjadi kamar bayi dan itu semua ulah istriku.
Tidak! Aku tidak menolak saat dia mengatakan akan mengganti cat dan menyulap ruangan ini menjadi dominan berbau anak anak.
Aku suka sangat suka dengan begitu saat aku pulang kerja bahkan membuka mataku hal pertama yang aku ingat adalah anak anakku.

"Maaf mas, tidurnya terganggu ya" kulihat istriku kualahan saat kedua anak anakku menangis dan mengharuskannya menyusui bergantian.

"Biar kubantu menenangkan Azka" Azka Deotama Alfarizi adalah nama putra pertama kami dan Kiandra Dientama Alfarizi nama untuk putri keduaku.

Kulihat istriku tersenyum dalam lelahnya.
Aku tidak akan tega melihatnya seperti ini hampir setiap malam selama tiga hari ini dia terbangun dari tidurnya karna tangisan kecil dari anak anakku.

Kami masih tinggal dirumah orang tuaku karna aku tidak mungkin membiarkan Dara mengurus anak anakku bahkan pekerjaan rumah sendirian.
Dengan kami masih dirumah orang tuaku aku yakin mamaku dengan senang hati mengurus anak anak kami.

"Capek?" tanyaku setelah mengamati istriku yang terlihat telaten ketika menyusui putriku dipangkuannya.
Aku bahkan tidak menyangka kalau Dara wanita yang kunikahi setahun lebih ini yang dulunya Konyol menurutku bisa sangat lembut keibuan seperti ini.

Kulihat dia menatapku aneh disana
"Maaf" alisnya berkerut mencermati kalimatku yang terakhir.

"Kenapa minta maaf" tanyanya.

"Karna membuatmu terbangun dengan tangisan mereka, anak anakku tidak bisa membiarkanmu istrihat dengan tenang"

"Mas, mereka juga anakku. Ini kewajibanku, aku bahagia dan menikmati setiap momen yang kudapati saat ini"

Benar aku tau itu tapi tetap saja aku merasa tidak tega melihatnya kelelahan seperti ini.

"Jangan meminta maaf mas, kita sudah mendapatkan kebahagiaan ini. Mereka adalah hidup kita saat ini dan prioritas kita sebagai orang tua kewajiban kita untuk menjaganya. Aku dan kamu akan bersama menjaga dan membesarkan mereka. Anak anak kita" Tuhan nikmat apa lagi yang lebih dari ini.
Istriku benar benar sempurna.

"Terimakasih, aku mencintaimu" ujarku dengan mencium dahinya setelah itu.

"Mas, kenapa menciumku didepan mereka" protesnya dan aku hanya terkekeh mendengarnya.

"Jangan mengulanginya lagi, mereka terlalu kecil untuk tau apa yang dilakukan orang tuanya"

"Baik, kalau begitu aku akan melakukannya tanpa sepengatuhan mereka"

Kulihat semburat merah muncul diwajah polosnya.
"Tidak"

"Kenapa?" tanyaku.

"Karna mas harus menunggu sampai empat puluh hari lagi"

Hampir aku mengumpat kalau tidak segera ingat ada anak anakku disini.
"Oke, dan aku akan menantikan saat itu tiba"

*****

Aku terbangun tanpa istriku disampingku.
Setelah kelahiran kedua anakku bahkan baru empat hari istriku lebih terfokus pada sikembar.
Tunggu?
Aku tidak mungkin cemburu pada anak anakku sendiri.

Setelah mandi dan memakai seragam kantorku aku berjalan keluar kamar hal utama yang ingin kulihat adalah istri dan anak anakku.
"Pagi Daddy" ujar Dara saat melihatku menuruni tangga.

Kulihat dia menggendong putraku dan putriku dipangkuan papaku yang tidak jauh duduk disamping Dara.
"Kau ini bagaimana, harusnya kau bangun lebih pagi agar membantu istrimu setidaknya menyiapkan pakaian dan popok untuk anak anakmu" ujar mamaku yang tiba tiba datang membawa kopi yang kupastikan untuk papaku.

Posesif HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang