-Happy Reading-
📍Jakarta, Indonesia"Kembali berjumpa tanah kelahiran," ucap Anindya sembari tersenyum pahit kala masa lalu nya yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya.
"Akhirnya, capek banget gila." sambung Hana sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya layaknya sedang pemanasan membuat Anindya terkekeh kecil melihat aksi tak tau malu sahabat nya itu.
"Ngga nyangka kita kembali setelah sekian lama di negri orang, jadi terharu," ucap Licya yang mengusap pipinya seakan-akan ada air mata yang turun di sana.
"Dasar ratu drama!" cela Anindya dan Hana secara bersamaan membuat Licya mengerucutkan bibirnya sebal melihat ketidak sukaan kedua sahabatnya saat dirinya bahagia.
Setelah tujuh belas jam mereka melakukan perjalanan dari London menuju Indonesia akhirnya mereka sampai di negara dengan julukan Zamrud Khatulistiwa yang merupakan tempat dimana mereka menghabiskan masa kanak-kanaknya dulu.
Melangkahkan kakinya menuju ruang pengambilan bagasi untuk mendapatkan koper mereka masing-masing dan menuju ke arah terminal 3 Bandara Soekarno Hatta untuk mampir di Starbucks sembari menunggu jemputan.
Tak lama mereka harus menunggu seorang pria yang akan menjadi supir mereka, kini Vano sudah berdiri dibelakang Anindya dan langsung memeluk gadis itu dari belakang.
"Eh?" spontan Anindya saat seseorang memeluknya dari arah belakang.
"I Miss you," bisik seorang pria jangkung tepat disamping telinga Anindya membuat Anindya sedikit kegelian saat nafas pria itu mengenai kulitnya.
Anindya segera membalikkan badannya dan menangkup rahang tegas yang bersih dari bulu-bulu halus itu lalu memeluk pria itu dengan begitu erat. "I Miss you too my brother!"
"Dibayar berapa kita berdua jadi penonton?" tanya Licya seraya menaikan alis kanan miliknya.
"Lupa temen ok," sambung Hana membuat Anindya dan Vano terkekeh.
"Apa kabar?" tanya Vano pada Hana dan Licya.
"Baik dong," sahut Licya dengan semangat dan disusul anggukan kepala dari Hana.
"Balik sekarang?" tanya Vano yang mendapat persetujuan dari ketiga gadis itu.
Mobil Pajero Sport berwarna putih itu melaju membelah ibu kota Jakarta, iringan musik yang menjadi penambah suasana didalam mobil membuat Licya ikut bernyanyi saat mengetahui beberapa lagu yang sering didengarnya lewat aplikasi YouTube.
"Kak, mampir dulu di A'A Cafe yuk!" ajak Licya setelah menyelesaikan satu lagunya lalu melirik kearah Vano yang sedang fokus kearah jalanan.
"Ngapain?" tanya Vano melirik Licya sekilas dari kaca spion mobil.
"Mau numpang boker," balas Licya.
"Tahan aja bentar lagi sampai," ucap Vano membuat Hana dan Anindya yang mendengar itu terkekeh disusul muka kesal Licya yang niatnya hanya bercanda tapi malah dianggap serius oleh pria yang sedang menyetirinya itu.
"Serius ih, gue laper kak," ucap Licya.
"Mampir?" Vano sedikit melirik kearah Anindya dan Hana.
"Boleh," sahut Hana dan diangguki Anindya pertanda setuju.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di A'A cafe. Melangkahkan kakinya memasuki cafe dan membuat lonceng yang berada di atas pintu cafe berbunyi dan seluruh pelayan berdiri berjejer lalu membungkukkan badannya hormat hingga membuat pertanyaan di benak Licya, Hana dan Vano.
"Why are they bowing?" Hana berbisik pada Licya seraya melihat para pelayan itu dengan tatapan bingung.
"I don't know, maybe sebagai bentuk pelayanan cafe?" terka Licya membuat Hana dan Anin mengangkat bahunya acuh.
Seorang pelayan dengan buku menu yang berada dipelukannya mendatangi meja yang ditempati oleh Anindya bersama yang lainnya, tersenyum ramah lalu memberikan buku menu tersebut kearah Hana, disusul oleh sebuah buku kecil yang akan dipergunakan untuk mencatat pesanan yang baru saja dikeluarkan dari saku belakang celananya miliknya.
"Milkshake strawberry satu," ucap Anindya membuat sang pelayan segera mencatat pesanan tersebut.
"Vanilla latte nya satu," sambung Vano.
"Thai tea nya satu sama cappucino nya satu," ujar Licya lalu membalikan buku menu itu kepada pelayan.
"Milkshake strawberry satu, vanilla latte satu, Thai tea satu sama cappucino satu? Ada tambahan lagi kak?" tanya pelayan tersebut.
"Itu aja," sahut Licya tersenyum lalu diangguki oleh pelayan tersebut dan segera berlalu pergi untuk mempersiapkan pesanan tersebut.
Gelak tawa yang mendominasi meja yang berada di pojok cafe mampu menarik perhatian pengunjung cafe tersebut. Minuman yang mereka pesan tiga puluh menit lalu kini sudah tersisa setengah gelas, terkecuali Thai tea milik Licya yang sudah kandas tak bersisa.
"Haus apa doyan?" sindir Vano terkekeh membuat Anin dan Hana yang mendengar itu tertawa sedangkan Licya yang mendapat sindiran halus itu menyengir tak berdosa.
"Dua-duanya," sahut Licya membuat mereka kembali tertawa, sungguh humor mereka begitu receh.
Drtttt..Drttt..
"Gue cabut dulu ya supir udah nunggu di depan," ucap Licya setelah melihat pesan dari supir pribadinya.
"Koper?" tanya Anindya mengingat koper gadis itu yang masih berada di bagasi mobil milik Vano.
"Ntar gue ambil ke mansion sekalian ngunjungin Mommy sama Daddy," sahut Licya lalu beranjak pergi keluar cafe. Tak lama setelah Licya pergi, Hana yang juga mendapat pesan dari supir pribadi keluarganya segera beranjak pergi keluar cafe setelah pamit kepada Anindya dan Vano.
"Jadi, sampai kapan mau disini?" tanya Vano seraya melihat kearah Anindya.
"Sebentar lagi kak, mau lihat-lihat cafe ini dulu," sahut Anindya lalu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru cafe hingga matanya tak sengaja menangkap sebuah keluarga yang tengah tertawa bahagia hingga membuat Anindya tersenyum kecut.
-OoO-
Jangan lupa untuk ninggalin jejak berupa vote dan komen nya karena itu sangat berarti untuk aku❤️🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Is A Gangster Girl [COMPLETED]
Teen Fiction[T A H A P R E V I S I] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] ---- Seorang gadis yang berumur 13 tahun namun sudah menjadi pemimpin suatu gangster yang bernama Black Dark. Percaya ataupun tidak tetapi itulah Anindya, gadis dingin dan kejam namun memiliki sedik...