28| Wanita Iblis?

36.2K 2.4K 160
                                    

Kini diruangan itu bukan hanya terdapat sang kembaran Lena saja. Dian yang sudah terikat dengan tali disebuah kursi menjadi teman ruangan Kevin. Perlahan mata gadis malang itu terbuka dan yang hanya ditemukannya sosok lelaki yang keadaan nya tak jauh berbeda dengannya. 'Miris' satu kata yang menggambarkan mereka berdua.

Kevin yang melihat wanita yang ada tak jauh darinya terbangun dan menatap dirinya heran. Wanita itu pikir hanya akan ada dirinya disini, namun dugaannya salah.

"Lo kenapa bisa disini?"tanya wanita itu yang tak lain adalah Dian.

"Bukan urusan lo"balas Kevin tak suka akan wanita yang ada tak jauh darinya.

"Oh Lo juga korban para wanita iblis itu?"duga Dian kembali yang hanya diacuhkan oleh Kevin.

"Para wanita iblis? Wow lihatlah jalang kecil ini yang bisa-bisanya menyebut kita iblis"ucap Licya dengan kekehannya yang baru saja masuk kedalam ruang penyekapan tersebut di susul oleh Lena, Hana dan Jessy.

"Cih"decihan itu keluar dari mulut Kevin begitu saja saat melihat 4 wanita yang tengah berdiri dihadapannya.

"Kembaran Lo ngeselin banget Len"ucap Jessy kepada Lena yang kini tengah sibuk dengan kuku-kuku jarinya.

"Emang gue punya kembaran?"tanya Lena dengan nada datar miliknya mengundang gelak tawa dari ketiga sahabatnya.

"Bukan nya Lo udah mati?"tanya Dian dengan heran saat melihat Lena.

"Buktinya gue masih disini, ntar gue mati kalau kalian udah mati duluan"ucap Lena dengan nada angkuh miliknya diselipkan senyuman sinis yang menjadi ciri khas Lena.

"Shit"umpat Dian memalingkan wajahnya agar tidak bersitatap dengan Lena.

"Babu Lo yg nabrak mobil gue waktu itu sendirian di neraka sana, jadi karena gue baik, gue bakal ngasih dia teman agar ngga kesepian lagi, heumm kayaknya Lo cocok nemenin dia"ucap Lena sambil mengelus dagunya seraya berfikir dan mengeluarkan benda tajam berukuran kecil yang berada di saku jaket miliknya.

"Lo yg pantas mati Anindya! Lo iblis! Lo psikopat akhhh"ucap wanita itu disertakan suara jeritan yang disebabkan benda tajam milik Lena kini perlahan membentuk tanda silang di kedua pipi milik Dian. Sedangkan Kevin segera memalingkan wajahnya kearah lain agar tidak melihat betapa kejam nya kembaran nya itu.

Licya yang sedang berdiri di sebelah kiri Dian mulai menarik rambut Dian hingga membuat wanita itu mendongak kesakitan. Hana yang berada didepan Dian perlahan memoleskan ujung pisau lipat miliknya di kening milik Dian sedangkan Jessy kini tengah melukis indah di tangan Dian.

Lena yang melihat sang kembaran memalingkan wajah segera menghampiri nya, mengacak-acak rambut sang kembaran lalu terkekeh gemas.

"Lo masih sama, masih ngga kuat liat darah, Lo pasti mikir kenapa bisa-bisanya gue sekejam itu, itu karena kalian, jujur gue ngga kuat liat lo seperti ini my twins tapi ego untuk balas dendam gue lebih besar daripada rasa manusiawi gue, baik-baik disini ntar gue bakal bawa adik kesayangan Lo yang akan menjadi mangsa gue selanjutnya, dan Lo akan lihat dia menghembuskan nafas terakhirnya ditangan gue"ucap Lena dengan kekehannya diakhir kalimatnya. Lena yang melihat sahabatnya sudah mentiadakan wanita yg sudah membuatnya menderita kini tersenyum senang.

"Sampah"ucap Licya ketus lalu menancapkan pisau lipat miliknya tepat di mata kiri wanita tersebut. Kevin yang tak sengaja melihat itu tersentak kaget dan kembali memalingkan wajahnya. Sedangkan Lena yang melihat itu terkekeh lagi dan lagi. 'ngga sia-sia punya sahabat ngga berhati nurani gini'

Lalu mereka berempat beranjak pergi meninggalkan ruang penyiksaan tersebut, mayat Dian dibersihkan oleh anggota BD dan meninggalkan Kevin seorang diri.

-OoO-

Keluarga Alexander kini sedang berduka atas kematian Tuan besar Alexander yaitu Ayah dari Albert. Sekitar pukul 12 siang nanti atau sekitar 1 jam lagi keluarga besar itu akan berangkat menuju London tempat dimana Tuan besar Alexander akan dimakam kan.

Samuel yang sedang melamun di balkon kamar miliknya sedikit terkejut saat sebuah tangan menyentuh bahunya.

"Apa kau sudah bersiap-siap muel?"tanya Tuan Alexander yang tak lain adalah Albert Daddy nya.

"Sudah dad"ucap Samuel dengan senyum tipis mengiringinya.

"Butuh tempat cerita?"tanya Tuan Albert dengan menaikan sebelah alis miliknya.

"Hem sepertinya boleh"ucap Samuel melihat kearah Daddy nya yang masih terlihat tampan walau sudah dimakan usia. Lalu Albert segera menempati kursi yang ada tepat disebelah anak sulungnya itu.

Keheningan terjadi untuk beberapa saat, hingga salah satu dari mereka membuka suara, "Kenapa kau terlihat tidak bersemangat jagoan?"

"Aku merindukan princess kecil ku dad"

"Ayolah princess kecil-mu itu sudah tenang di surga sana, tugas mu sekarang hanyalah berdoa agar dia bisa tenang di dunia barunya"

"Mungkin Daddy benar, princess kecil ku itu pasti sudah bahagia diatas sana, kini dia sudah terlepas dari beban yang selama ini dia pikul sendirian, apakah ia akan bertemu dengan Opa dad?"

Albert yang melihat putranya itu turut bersedih, sungguh kalau dirinya boleh jujur ia akan berteriak bahwa ia juga merindukan putri kecilnya itu. "Doakan saja, sudah sekarang siap-siap 30 menit lagi kita akan pergi menuju bandara"

Tanpa mereka sadari seorang wanita dengan pakaian serba hitam kini tengah tersenyum tanpa arti "Kenapa kalian mencari ku disaat diriku sudah membenci kalian sepenuhnya, ck" lalu wanita itu pergi dengan gerakan yang sangat cepat.

-OoO-

Penyeludupan senjata, sabu, narkoba sudah menjadi hal yg lumrah untuk suatu gangster. Di sebuah gudang tak terpakai yang telah menjadi markas untuk barang-barang haram itu tengah terpenuhi oleh truk-truk besar yang siap menurunkan barang sadapan tersebut.

Lena yang tengah berdiri untuk mengawasi penyeludupan itupun tersenyum senang, sampai saat ini kegiatan ilegal yang di jalankan nya ini masih belum tercium oleh pihak yang berwenang.

Arga yang berada disamping Lena kini merasa senang atas kerjanya. Kegiatan ilegal ini memang berada langsung dibawah naungannya. Anak buahnya yang begitu perfeksionis dan sangat bisa diandalkan membuatnya sedikit bangga.

"Bagaimana kabar mereka Len?"tanya Arga kepada Lena.

Lena yang sedang fokus pada anak buah Arga kini mengalihkan perhatiannya kepada seorang lelaki yang tak lain tak bukan adalah Arga, Abangnya. Menaikan satu alis nya pertanda bahwa dirinya sedikit bingung atas pertanyaan Arga "mereka siapa?"

"Your ex family"

"Smith sedang mencari anak laki-laki keduanya dan mencemaskan terror belakangan yang sedang aku lakukan, sedangkan Alexander kini sedang berada di London karena tuan besar Alexander telah menghembuskan nafas terakhirnya"

"Apakah kamu tidak ingin melihat Opa mu?"

"Tentu saja aku ingin, tetapi tidak sekarang. Kalau aku muncul sekarang sama saja rencana yang telah aku buat sia-sia"

Arga yang mendengar jawaban sang adik pun tersenyum. Seberapa besar Lena membenci keluarga angkatnya itu tetapi Lena tidak akan pernah membenci Opa dan Omanya.

"Bagaimana barang yang sudah ku pesan?"tanya Lena kepada Arga saat mata indahnya tak sengaja melihat kotak yang diketahuinya berisi sniper.

"Sedang dalam perjalanan"jawab Arga dan hanya dibalas anggukan oleh Lena.


-OoO-

Tbc....

My Life Is A Gangster Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang