“Aw...pelan - pelan dong, sakit tahu!” pekik Nayara. “Diam, atau kamu obati sendiri!”. “Haah..ngapain juga aku nolongin kamu!”. “Ya sudah kalau tidak ikhlas sini aku obati sendiri!. Terjadi perdebatan antara Nayara dan Alvaro. Padahal mereka tidak saling kenal. Mereka seperti sahabat dekat.
Dengan susah payah Nayara mencapai bagian luka di dahinya. Alvaro yang memperhatikan gerak - gerik Nayara tidak sadar mengembangkan senyumnya. “Kenapa tersenyum, kamu senang melihat orang lain menderita?” gerutu Nay.
“Haah.. tidak, aku hanya heran kenapa gadis sepertimu ada ditempat seperti itu ditengah malam”. “Dan lagi pula setelah kejadian tadi sepertinya tidak membuatmu takut ataupun trauma?!” Al mengintrogasi.
“Keadaan yang membuat aku menjadi gadis yang tegar, pemberani dan tidak mudah menyerah”. “Tapi semua itu cukup aku dan adik - adikku yang tahu” bisik Nay dalam hatinya. Untuk mencairkan suasana segera Nay menjawab.
“Apa untungnya aku jujur padamu, tidak ada bukan!” bibir Nay mencebik. “Kau ini, sudah dibantu tapi tidak sopan padaku!”. Sudahlah apa peduliku tentang siapa kamu!” kata Al. Tapi sebenarnya dalam Al masih penasaran. Kenapa gadis muda, manis seperti Nayara berkeliaran di tengah malam.
Suasana hening pun terjadi. Nayara tidak suka dengan suasana seperti ini. Untuk memecah kesunyian Nayara pun bertanya. “Kamu sendiri sebenarnya siapa!”. “Tidak mungkin rumah sederhana seperti ini tapi dengan pemandangan mobil sport yang luar biasa di garasi”. “Jangan - jangan kamu pengedar obat terlarang ya!” tanya Nay ketus.
“Enak saja kalau ngomong, jadi orang jangan suka berpikir negatif”. “Dasar tidak tahu terima kasih!”. “Sudah dibantu malah menghina” kata Al dengan posisi bersandar di dinding dan menyilangkan kedua tangannya. Nayara yang mendengarkan segera meminta maaf. Tidak bermaksud menghina.
Nayara merogoh sesuatu dalam saku celananya. Didapatnya sebuah kartu nama dari tante Yola yang sama sekali tidak berguna. Nayara membanting kartu nama tersebut di lantai. “Heii apa itu”. “Jangan buang sampah sembarangan ya”. “Walaupun kecil ini tetap sebuah rumah” kata Al dengan ketus.
Dengan segera Al mengambil kartu nama tersebut. “Yola Fernanda!”. “Tidak ada alamat hanya nomor telepon”. “Kartu nama siapa?” Al seperti mengingat sesuatu. “Sudah ku bilang bukan urusanmu kan” kata Nay.
“Kriuuuuk…” suara perut seseorang sedang lapar. Dengan wajah malu Nay menanyakan makanan kepada Al. “Hanya ada ini” kata Al menyodorkan satu cup mie instan. “Tidak masalah, ini sudah cukup” balas Nay.
Aroma mie semakin membuat perut Nay menjadi lapar. Tanpa basa - basi Nay menyantap mie cup hingga habis tanpa tersisa. “Kamu lapar apa rakus!” suara tersebut mengalihkan pandangan Nay pada Al. “Kenapa.., mau!” kata Nay. “Dasar!”.
“Tunggu”, seperti mengingat sesuatu Al meraih ponselnya dan mengambil kembali kartu nama yang dibuang Nay. Diketiknya nomor telepon yang tertera di kartu nama tersebut. Hasilnya keluar sebuah nama yang tersimpan di ponsel Al. “YL-XXX”
Tentu saja Al menyimpan nomor tante Yola. Karena dirinya juga sering memesan gadis - gadis perawan yang baru bergabung dengan tante Yola. Tapi wajah tampan dan polos yang dimiliki Al ternyata menutupi kebiasaan buruknya tersebut. Tidak ada yang tahu tentang kebiasaan Al bermain wanita. Hanya kakeknya lah yang mengetahui hal tersebut.
Tidak ingin memvonis, sedikit demi sedikit Al ingin mencari tahu tentang Nayara. Entah mengapa ada rasa yang aneh saat berbicara dengan gadis manis di hadapannya ini. “Boleh aku tahu, apa kamu sudah bekerja atau masih kuliah?” tanya Al.
“Aku bukan orang kaya yang mampu melanjutkan pendidikan sesuai keinginanku”. “Aku hanya seorang Office Girl di sebuah kantor besar dan dengan pekerja tambahan mengantarkan…” Nay berhenti bicara. Sadar dengan apa yang dirinya katakan.
“Apa?”. “Kenapa berhenti, mengantarkan apa?” seringai Al. “Kenapa ingin tahu?!”. Sebelum Nay berceloteh semakin jauh, dia pun mencari alasan untuk tidur.
Namun Al melarang Nay untuk tidur. Seakan ingin tahu semua tentang gadis ini. “Ini rumahku, sebelum aku mengijinkan kamu tidak boleh tidur” perinta Al. Al mendekati nay yang sedang duduk di sofa.
“Apa aku boleh menebak apa pekerjaan tambahan mu?!” kata Al dengan senyum licik. Sambil menghimpit tubuh Nay lebih merapat dengan sandaran sofa. “Apa - apaan ini” kata Nay dengan wajah gugup.
“Kamu bekerja mengantar wanita - wanita yang haus belaian pria hidung belang bukan” kata Al yang tepat sasaran. “Atau kamu juga menjajakan dirimu” Al mengukir senyum licik di bibirnya. Tubuh Al sakin menekan tubuh Nayara.
Tangan Al mengusap bibir Nay. Nay yang gugup masih mempertahankan posisinya. Memang sial dalam semalam dirinya harus dua kali mengalami pelecehan.
Tangan Al meremas dada Nay yang terlihat menonjol dengan kaos ketat milik Al. Al menikmati aksinya. “Brengsek, lepaskan!”. “Aku bukan wanita seperti yang kamu pikirkan” kata Nay sambil mendorong tubung Al.
Al mencoba mengendalikan dirinya agar tidak tertarik pada Nayara. Al memalingkan wajahnya dari Nayara. Dengan posisi memunggungi Nayara Alvaro pun meminta maaf.
“Maaf”. “Tidurlah, besok akan ku bantu mencarikan ponselmu dan kunci baru untuk mobilmu”. “Disini hanya ada satu tempat tidur jadi tidurlah di sofa!” kata Al berlalu meninggalkan Nay.
Nayara bingung dengan perubahan sikap Alvaro. Tapi Nayara tidak peduli. Yang jelas Nay tidak ingin sesuatu terjadi pada dirinya. Memikirkan adik - adiknya membuat Nay selalu bertahan akan cobaan hidup.
Nayara tidur dengan bantalan sofa. Nayara tidak dapat memejamkan matanya. Takut sesuatu terjadi lagi. Tentu saja Nayara mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. Dimalam yang sedikit dingin tanpa selimut membuat Nay sedikit menggigil.
Dari celah pintu kamar Alvaro melihat Nay yang terjaga. Al berpikir itu karena dirinya. Al keluar dari kamarnya membawa sebuah selimut. “Ini pakailah dan tidur”. “Aku tidak akan mengganggumu”. “Tadi aku hanya ingin mengerjaimu” bohong Al.
Nayara menerima selimut yang diberikan oleh Al. Lumayan untuk mengusir dingin malam ini. Al kembali ke kamarnya. Dan Nayara berusaha memejamkan matanya. Mengingat besok pagi dirinya harus mengurusi ponsel dan mobilnya.
Nayara tidak menyadari sepasang mata tengah mengamati dirinya dari celah pintu yang sedikit terbuka. Al masih memperhatikan Nayara. Seorang Alvaro yang hanya tertarik dengan gadis seksi dan lihai. Kenapa saat ini Al memperhatikan gadis manis dengan tubuh mungilnya.
Al tetap terjaga hingga Nayara benar - benar tertidur. Setelah Nay memejamkan matanya barulah Al kembali ke ranjangnya. Merebahkan diri meredam hasrat yang tadinya hendak bangkit gara - gara Nayara.
Ternyata tidak semudah itu menahan keinginannya. Terpaksa di tengah malam Alvaro merendam dirinya dengan air hangat di bathtub miliknya. Dia tidak ingin menjadi lelaki bejat yang memaksa kan kehendak kepada wanita. Apa lagi setelah bertemu dengan Nayara. Ada sesuatu dengan gadis itu.
Setelah rileks Al kembali ke tempat tidurnya. Memejamkan matanya yang sudah mulai berat. Berharap hari esok akan menjadi lebih indah daripada saat ini.
Next tetap baca ceritaku ya. Jangan bosan dan jangan lupa tinggalkan jejak setelah selesai membaca. Satu bintang darimu untukku!!! (Tank's)
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Random"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".