PART 41

764 33 0
                                    

Air mata terus mengalir di pipinya. Membelai wajah pucat yang tengah terlelap dalam tidur. Putri yang ditinggalkan dan hampir melupakan tentang kenangan itu. Mrs. Jenny bergeming dari duduknya di pinggir tempat tidur pasien.

Merasakan belaian dalam tidur. Tapi mata tak kuasa terbuka ingin menatap siapakah gerangan menangisi dirinya hingga terisak. Ingin sekedar menggerakan tangan saja dirinya tak kuasa.

“Maafkan mama sayang, mama bukan orang tua yang baik untukmu. Lebih baik memang kamu tidak tahu kenyataan.” Masih membelai pucuk kepala Nayara yang masih terbaring lemah.

Mrs. Jenny merogoh tas selempang yang dia pangku sejak tadi. Mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. “Halo Al, sekarang aku di rumah sakit. Kenapa putriku belum sadar. Apa yang terjadi padanya? Kamu bisa kesini!”

Bukan tuli hanya tertidur karena efek obat yang belum sepenuhnya hilang. Dia masih bisa mendengar semua. Semua, termasuk kata putri yang berarti adalah dirinya.

“Fakta baru apa lagi ini. Aku putrinya! Putri Mrs. Jenny! Tidak mungkin!” Batin Nay semakin bergejolak. Ingin rasanya bangkit tapi bagaimana, dirinya benar - benar tidak kuasa.

Membiarkan dirinya tetap seperti ini, mungkin akan ada banyak fakta lagi yang terungkap. Mrs. Jenny mengakhiri panggilan dan keluar dari kamar itu. Nay bisa mendengar langkah kaki dan pintu ditutup.

Nay membuka mata sembari melihat sekeliling. Tangan terpasang infus tapi dicabut olehnya. Mencoba untuk bangun dan ternyata dia mampu. Tubuhnya masih terasa sakit dan kepala sedikit pusing tapi dia tetap turun dari tempat tidur.

Berpegangan di pinggir tempat tidur, dia berusaha berjalan sebisanya. Rasa benci memenuhi kepala dan pikirannya. Tak mampu rasanya memberi toleransi untuk sekedar memaafkan. Bulir bening membasahi pipi yang tidak disadarinya.

Ingin segera pergi dari tempat ini. Dengan langkah terseok - seok gadis itu keluar kamar masih memakai baju pasien. Ingin meninggalkan semua kenangan buruk yang terjadi. Beberapa orang yang berpapasan dengannya menatap heran.

Perlu waktu untuk dia bisa sampai keluar dari lingkungan rumah sakit karena keadaannya saat ini. Nayara berusaha memanggil taksi.

Tempat yang ditujunya adalah panti tentunya. Adik Nay terkejut dengan kedatangannya memakai pakaian pasien. Nayara hanya bercerita seperlunya, berpikir Alvaro pasti akan mencari dirinya. Adik Nay tidak ingin menuntut mengetahui lebih banyak lagi melihat kondisinya.

Nay ke panti hanya untuk mengambil beberapa potong pakaian dan memberikan sejumlah uang kepada adiknya. Dalam beberapa hari dia ingin menenangkan diri dari semua yang terjadi. Dengan berat hati adik Nay membiarkan kakaknya itu pergi dalam kondisi buruk.

Setelah berpamitan, Nay benar – benar pergi dengan tujuan yang tidak pasti. Beberapa kali naik taksi akhirnya Nay memutuskan pergi ke sebuah kampung yang tidak begitu banyak penduduknya. Mengasingkan diri untuk sementara waktu mungkin hal yang terbaik. Sebuah kampung yang lumayan jauh dari kota tempatnya tinggal sebelumnya.

***

Di kota Alvaro sibuk mencari keberadaan Nayara. Begitu pula dengan Mrs. Jenny. Mrs. Jenny tidak mampu menahan amarahnya ketika mengetahui yang terjadi terhadap anaknya. Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Alvaro. Pria itu tidak sedikitpun berniat untuk  membalas.

Semua tempat yang diketahui Al telah didatanginya. Tapi tidak satupun petunjuk yang didapat.  Alvaro benar – benar frustasi dengan kejadian ini. Saat ini Alvaro begitu membenci sang kakek.  

Satu bulan sudah dari kepergian Nayara. Tetap saja tidak ada tanda – tanda Nay kembali. Rasanya putus asa karena perjuangan Al untuk mencari Nayara tidak membuahkan hasil hingga sekarang. Badan terlihat sedikit kurus, penampilan acak – acakan bahkan sekarang terlihat tumbuh bulu halus di sekitar dagu pria itu.

Sekarang pria itu layaknya seorang gembel . Suka keluyuran hanya dengan berjalan kaki di pinggir jalan. Alvaro tidak lagi bekerja pada kakeknya. Pria itu benar – benar memutuskan hubungannya dengan sang kakek.

***

Sedangkan di sisi lain Nayara tampak sudah terbiasa dengan suasana kampung yang sepi. Itu membuatnya lebih tenang dan nyaman. Berangsur Nayara bisa melupakan kejadian yang menimpanya sebulan lalu.

Satu bulan tanpa berinteraksi dengan orang - orang yang disayanginya bukanlah hal mudah bagi Nay. Sejak kejadian itu juga kondisi tubuh Nay terasa memburuk. Tapi dia selalu berusaha hidup dengan baik.

Sepertinya sudah tidak tahan. Rasa rindu kepada Alvaro dan adiknya mulai menyelimuti hati gadis itu. Meskipun rasa sakit di hatinya masih begitu membekas tapi kenyataan perasaan cinta lebih besar daripada itu. Sepertinya sudah tidak tertahankan lagi. Hari ini Nay berniat akan pergi ke kota.

Entah mengapa saat hendak berangkat, kepalanya tiba - tiba kembali terasa pusing. “Ssss...kenapa lagi sih ni kepala.” Ujarnya sembari duduk di tepi ranjang. Nayara memegangi kepalanya yang masih pusing. Pandangan matanya mulai kabur tapi dipaksakannya untuk tetap terbuka.

Nay mengambil ponselnya di atas meja mencoba menghubungi nomor seseorang yang dia ingat. Tidak mendapat jawaban, sebuah pesan pun dia kirimkan. Sekali lagi Nay juga mengirimkan lokasinya saat ini.

Rasanya sudah tidak tahan, akhirnya tubuh Nay limbung dan jatuh di ranjang.

***

Disini Alvaro tengah asyik dengan kebiasaan barunya setelah ditinggal Nay. Pagi hari berjalan kaki menyusuri setiap jalan yang dia temui. Saat sore menjelang barulah dirinya kembali ke rumah hanya untuk membersihkan diri kemudian tidur.

Sepertinya hari ini cuaca kurang bersahabat. Langit tampak mendung yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Al memutuskan pulang itupun sebelum jam menunjukan pukul sepuluh pagi.

Setelah membersihkan diri, Al naik ke ranjang dan merebahkan tubuhnya. Seperti biasa tidak ada sesuatu yang bisa dia kerjakan. Akhirnya tangannya meraih ponsel yang menjadi penghuni laci tiap harinya.

Saat menggeser layar ponselnya, Al mendapati sebuah pesan singkat terpapar di sana dengan nomor yang tidak dikenal. Dibukanya pesan tersebut. Betapa kagetnya Al membaca pesan itu.

Al segera melompat untuk turun dari tempat tidur. Mengambil kunci mobil dan menghambur keluar rumah.

Terlihat mobil Al melaju sangat kencang. Ingin segera sampai dimana tempat yang dia tuju. Masih dengan GPS yang menyala untuk menuntunnya sampai tujuan.

Dua jam perjalanan Alvaro tampak bingung. Melihat di sekelilingnya hanya area persawahan. Al menatap ponselnya dan ternyata dirinya salah belok.

Pria itu kembali naik dan melajukan mobilnya hingga sampai di sebuah rumah kecil dengan beberapa pakaian tengah dijemur di sebelahnya.

Melihat disekitar tidak nampak rumah lain selain rumah itu. Al sedikit ragu tapi demi sebuah harapan pria itu maju dan mengucapkan salam.

“Selamat siang. Permisi. apa ada orang di dalam?” Tidak mendapat jawaban Al mencoba membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Al mencoba mencari orang yang selama ini dia rindukan.

Sesaat pandangan Al jatuh pada sebuah figura yang berisikan foto dirinya dan juga adik - adik Nayara. Tidak salah lagi itu adalah rumah Nayara.

Al kembali masuk ke sebuah kamar dan mendapati gadis itu berbaring di ranjang. “Nayara, benarkah ini kamu!” Al mendekat rasanya tak percaya. Alvaro mencoba memanggil Nay untuk membangunkannya. Namun tidak ada respon dari gadis itu.

Khawatir, Al menepuk wajah Nay pelan. Tapi tetap saja tidak ada reaksi apapun. Tak menunggu Al langsung menggendong gadis bertubuh mungil itu membawanya ke dalam mobil untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang