PART 14

1.5K 31 2
                                    

Tiga jam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di daerah Puncak. Panorama yang sangat indah sungguh ciptaan yang luar biasa. Udara yang sejuk membelai kulit wajah Nay saat membuka kaca mobil. Nay mendongakkan kepala dan memejamkan mata sambil menghirup dalam - dalam sejuknya udara disana.

"Emm..tadi minta nggak jadi ikut, sekarang sepertinya menikmati sekali." Ejek Bella. "Hahaha..." Nay hanya tertawa tidak menghiraukan ejekan dari Bella Nay tetap pada posisinya semula. "Dasar.." Celetuk Bella.

Julian diam - diam memperhatikan Nay dari kaca visi mobilnya. Sebuah senyuman mengembang di bibir Julian. Bella yang duduk di sebelah Julian memperhatikan pacarnya yang sedang tersenyum. "Hei kenapa tersenyum sendiri, jangan bilang kamu kesambet baru tiba disini." Ujar Bella.

"Aah tidak, apa aku tidak boleh tersenyum, melihat pemandangan disini sepertinya sangat cocok untuk berduaan." Julian beralasan. Padahal sedari tadi dirinya memandang Nay dari kaca visi.

Bella yang mendengar ucapan Julian merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Iiiih apa - apaan sih kamu, aku kan jadi malu tahu." Jawab Bella malu - malu. Padahal ini bukan pertama kalinya dia mengajak laki - laki untuk menginap di Puncak.

"He..em..ada aku lho disini, aku seperti jadi obat nyamuk disini." Ujar Nay. "Bella dan Julian tertawa mendengar ucapan Nay. Akhirnya mereka sampai di villa milik Julian. "Sudah sampai." Ucap Julian. Sebuah villa dengan pemandangan indah.

"Emm...dingiiin!" Ujar Nay. "Suasana pagi disini memang indah tapi lihatlah nanti malam kamu pasti suka Nay." Ucap Julian. "Kenapa hanya Nayara, apa tidak untukku juga." Seru Bella. "Tentu saja untukmu juga sayang." Ucap Julian sambil melirik Nay.

Perasaan Nayara tidak enak, seperti akan terjadi sesuatu tapi Nay tidak mengatakan apapun kepada Bella. Bella yang sudah tidak sabar masuk ke villa langsung saja berlari dan membuka pintu gerbang villa yang sudah dibukakan oleh Julian.

"Kamar kita yang mana sayang?" Bella menarik tangan Julian meminta untuk mengantarnya ke kamar. Bella meninggalkan Nay di depan villa yang masih mengamati indahnya pemandangan sekitar. Nay merasa takjub.

"Kamar nomor satu itu kamar kita, kamu nggak sabaran sekali sih sayang." Ucap Julian. Kembali Bella menarik tangan Julian mengajaknya untuk masuk. Bella berlari dan menerjang tempat tidur di hadapannya. "Emm..sudah lama aku tidak berlibur seperti ini." Ujar Bella.

Bella bangkit dan menarik tubuh Julian hingga terjatuh menimpa tubuh Bella. "Tempat ini sangat romantis." Bisik nakal Bella di telinga Julian. "Jangan sekarang sayang." Ujar Julian sembari berdiri menjauhi ranjang.

Bella yang merasa diabaikan turut bangkit memeluk Julian dari belakang. Tentu saja Julian tidak tahan diperlakukan seperti itu. Julian berbalik dan menyandarkan tubuh Bella di dinding. Sebuah ciuman penuh hasrat dapat dirasakan oleh Bella.

"Kamu sengaja bukan memakai baju tipis seperti ini untuk menggodaku." Bella mengedipkan sebelah matanya semakin menggoda Julian. Tanpa ragu tangan Julian mulai nakal membelai pinggang Bella. "Kamu bilang jangan sekarang." Celoteh Bella. "Kamu yang memaksa." Jawab Julian.

Perlahan Julian mengangkat baju super tipis yang dikenakan oleh Bella. Memperlihatkan dua bukit kembar yang padat dengan balutan bra berwarna cream. Julian menjilat bagian tengah dada Bella. Beralih ke pucuk bukit kenyal milik Bella dengan meruncingkan lidah dan memutarnya di sekitar puting, membuat Bella melenguh.

 Beralih ke pucuk bukit kenyal milik Bella dengan meruncingkan lidah dan memutarnya di sekitar puting, membuat Bella melenguh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bella menginginkan sesuatu yang lebih daripada sekedar jilatan. Dengan berani Bella meraih satu tangan Julian membawanya ke Mrs.V miliknya. Julian yang mengerti segera menyelipkan tangannya ke celana dalam Bella. Memasukkan jari ke dalam sana kemudian mengocok pelan.

Julian bisa melihat ketidak puasan Bella. Dengan segera Julian mengeluarkan tangannya dan membalikan tubuh Bella hingga memunggunginya. Julian membuka kancing celana dan menurunkan resletingnya mengeluarkan miliknya yang mengeras.

Segera Julian menghujamkan miliknya pada liang Bella. "Aaah.." Julian memaju mundurkan pinggulnya. "Uuuh..." Suara itu lolos dari mulut Julian. Julian semakin mempercepat gerakannya. "Aaah. Uuuuh..." Suara mereka saling bersahutan hingga mereka mendapatkan pelepasan.

Bella kembali mencium Julian setelah permainan panas mereka di cuaca yang dingin. Berbeda dengan Julian saat pelepasan yang diingatnya adalah Nayara.

***

"Jika mengajak pasangan kesini pasti seru seperti kata Bella." Pikir Nay. Tiba - tiba ponselnya berbunyi pertanda sebuah pesan masuk. Nay menggeser layar ponselnya menemukan nama Alvaro disana. "Apalagi mau laki - laki ini." Batin Nay.

"Sekarang aku ada di Puncak, kamu dimana?"

Nayara heran kenapa pria ini selalu mengikuti dirinya. Nay memberanikan diri untuk membalas pesan tersebut.

"Sebenarnya kamu mau apa, kenapa mengikutiku dan bukan urusanmu aku dimana!"

Nay sedikit jengkel, buat apa Alvaro mengikuti dirinya sampai ke Puncak. Nay bergegas masuk ke villa mencari kamar mana yang akan dirinya tempati. Bella dan Julian juga tidak terlihat. "Kemana mereka." Pikir Nay. Sebuah pesan masuk lagi di ponsel Nay. "Pasti tuan kaya itu lagi." Bisik Nay.

Dibukanya pesan tersebut, ternyata dari Bella. "Kamarmu di undakan paling atas ya Nay, istirahat saja dulu." "Satu jam lagi kita bertemu di depan ya." "Maaf aku mau mandi dulu."

"Aaah dasar paling cuma alasan saja." Batin Nay. Nayara pergi ke kamar di undakan paling atas hanya untuk menaruh barang bawaannya. Nay kembali turun untuk menikmati pemandangan.

Nay melewati kamar nomor satu kamar milik Bella dan Julian. Tanpa sengaja Nay mendengar desahan - desahan dari kamar itu. "Dasar mereka ini, pagi - pagi kesini hanya untuk begituan." Bisik Nay yang kemudian berlalu menuju teras depan.

Lebih baik jalan - jalan sendiri daripada mendengar suara orang yang sedang bercinta. Tapi mendengar suara desahan Julian, Nay mengingat kejadian pada saat dirinya bersama Alvaro.

Dengan tubuh atletis dan gerakan lincahnya sanggup membuat Nay mengingat setiap sentuhan Al terhadapnya. "Iiih...apaan sih, kenapa ingat pria aneh itu" Nay menggelengkan kepalanya untuk menjauhkan ingatan tentang Al.

Beberapa saat berjalan Nay menjumpai sebuah kedai teh membuat Nay ingin mencoba teh asli buatan Puncak. "Bu teh hangatnya satu ya." Kata Nay kepada ibu penjual teh. "Baik non, mau sekalian pakai jajan nggak non?" "Boleh bu."

Sambil minum teh Nay masih bisa menikmati asrinya alam di Puncak. Seandainya memang dirinya memiliki kekasih seperti Alvaro pasti sangat romantis. Nayara sampai bingung dengan isi kepalanya, kenapa setiap memikirkan lelaki, yang muncul selalu wajah Alvaro.

Lelaki yang sok jadi tuan muda kaya tapi tinggal di rumah kecil. Itulah yang ada dipikiran Nay. Nay kembali minum tehnya hingga tandas. Tapi masih terasa kurang bagi Nay mungkin karena cuaca dingin jadi makan apapun terasa enak.

"Hai kok sendiri sih, nggak ngajak - ngajak pula." Julian menepuk bahu Nay yang membuatnya sedikit terkejut. "Aku takut mengganggu." Jawaban Nay membuat wajah Bella memerah. Julian pun terbatuk mendengar jawaban Nay.

"Non mau tambah lagi tidak." Suara itu menyadarkan Nay bahwa dirinya belum membayar teh dan jajan yang telah dimakannya. "Ini bu, terima kasih." Nay menyodorkan uang kepada ibu penjual teh sembari tersenyum.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang