“Huuuuft….hari ini panas sekali, jadi ingin minum sesuatu yang dingin - dingin biar sedikit adem” Nayara mengibas - ngibas wajahnya dengan tangan karena cuaca yang lumayan panas.
“Bu pesan es kelapa muda sama nasi campur satu ya!”. Nayara melihat sekeliling yang memang sedikit ramai. Kedai yang berada di sebelah tempat Nayara bekerja ini selalu ramai pengunjung. Nayara adalah salah satu pelanggan tetap di kedai ini.
“Pakai sambal gak non?”. “Gak usah bu, entar tambah panas”. Tak lama kemudian pesanan Nayara datang. Dengan lahap Nayara menyantap makanan ibu kedai. “Bu, masakan ibu memang yang paling enak bu”. Ibu pemilik kedai hanya tertawa melihat tingkah Nayara.
Belum menyelesaikan makannya, Nayara sudah dipanggil oleh salah satu karyawan tempatnya bekerja. “Nay disuruh foto copy tuh sama bos, cepat ya ditunggu!”.
“Baiklah sebentar lagi”. Segera Nayara menyelesaikan makannya. “Berapa bu?”. “Buat kamu lima belas ribu saja”. “Ah...biasanya juga memang segitu bu”.
Setelah membayar makanannya Nayara bergegas kembali ke tempat kerja.”Nay itu berkasnya tolong di copy ya!”. “Habis itu bawa ke ruangan Pak Robert ya”.
“Oke, siap laksanakan” Nayara mengacungkan jempol. Setelah selesai mengcopy berkas, Nay langsung membawanya ke ruangan atasannya. “Selamat siang Pak, ini berkasnya sudah saya copy”. “Letakkan saja disana”. Tanpa menunggu perintah lagi, Nay segera keluar dari ruangan atasannya.
“Nay tolong buatkan aku kopi ya!”. “Aku juga ya Nay!”. “Nay aku juga ya, mataku terasa berat” beberapa staff memesan kopi kepada Nay. “Oke ditunggu. Beberapa menit kemudian. “Pesanan datang” Nayara membagikan kopi yang sudah ia buat.
Nayara memang selalu cekatan dan ceria dalam bekerja. Karena kebaikan dan keramahannya, Nayara begitu disukai di tempat kerjanya. Hingga sore tiba, waktunya untuk pulang.
**
“Kak Nay, kakak pasti sangat lelah”. “Kita pijitin ya kak!” Ika memberi usul. “Mmm..tidak usah, kakak mau mandi dulu”. “Kalian pasti belum makan, setelah mandi kita masak bareng ya!”. “Oke kak” sahut Ika, Mira, Radit dan Boy bersamaan.“Kak aku yang potong sayurnya” pinta Ika. “Dit kamu saja yang potong bawangnya ya” Boy menginterupsi. “Hisss...pasti selalu aku” kata Radit. Radit mencebikan bibirnya karena Radit memang tidak suka dengan aroma bawang.
“Sudah - sudah jangan mengganggu Radit lagi!” kata Nayara. “Sini biar aku yang potong” kata Mira mengambil alih tugas Radit. “Lalu kamu ngapain?” tanya Nayara kepada Boy. “Hehehe...aku mau menyiapkan minum di meja makan kak” Boy beralasan.
“Uuuu..teriak Ika, Mira dan Radit bersorak mendengar alasan Boy. Boy yang melihat reaksi mereka pun tertawa. “Baiklah, baiklah aku yang akan kupas bawang putih”.
Setelah beberapa menit berkutat di dapur akhirnya semua selesai. Semua hidangan sederhana ala rumahan sudah siap. Tumis kangkung, ayam goreng, telur dadar, sambal dan tentu saja ada kerupuk juga.
Sudah menjadi kebiasaan untuk mereka sebelum makan harus berdoa terlebih dahulu. “Siapa dulu yang mau ambil nasi?” tanya Nayara karena semua diam. Serempak menjawab “kakak yang duluan”.
Mereka menyantap makanan bersama - sama. Keceriaan selalu mewarnai hari - hari mereka. Setidaknya itu yang terjadi di pagi hingga sore hari. Berbeda jika keadaan sudah berubah menjadi malam hari.
Hari ini Nayara tidak bisa membantu membersihkan meja makan. Panggilan mendadak dari tempat kerjanya membuat Nayara buru - buru pergi. Anak - anak sudah terbiasa melihat Nayara buru - buru pergi tanpa menghabiskan makannya.
**
Dari setahun yang lalu Nayara dipercaya mengantar rekan kerjanya dengan membawa mobil milik bosnya. Tante Yola adalah bos dari Nayara.“Nih kuncinya, kamu antar Bella”. “Sampai sekarang kamu masih mempertahankan diri”. “Padahal dengan wajah dan body sepertimu sekali transaksi saja pasti beberapa minggu tidak bekerja itu tidak jadi masalah!”. Tante Yola memandang Nayara sambil menaik turunkan alisnya.
“Yaaah nanti aku pertimbangkan tan, sayang sekali saat ini aku belum tertarik!” seru Nayara. Tante Yola memang sering membujuk Nayara untuk mencoba menikmati dunia malam. Yang selalu ditolak oleh Nayara.
Hanya saja beberapa kali Nayara pernah dijebak oleh anak buah Tante Yola sendiri untuk bisa menjual tubuh Nayara. Karena wajah Nayara memang manis jadi otomatis pelanggan yang pernah bertemu dengan Nayara juga sempat menawar dirinya.
“Tan aku berangkat, mana Bella?”. “Tuh masih dandan, tunggu sebentar janjinya juga jam sembilan” kata Tante Yola. Bukan gitu Tan, tempat janjiannya agak rawan disana”. “Aku gak mau ditangkap petugas!”. “Apalagi disana kan banyak preman Tan” seru Nayara.
“Aaah...kalau sampai seperti itu, kamu kabur sendiri, jangan sampai nunggu Bella”. “Bella sudah ahli dalam hal itu” ujar Tante Yola. “Nah kalau premannya bagaimana?”. “Sudah kamu tenang saja, ini..!” seraya memberikan kartu nama yang berisikan nama Yola di kartu tersebut.
“Ngapain Tante kasih aku kartu nama, memangnya kalau aku tertangkap, kartu ini bisa bantu?!” Nayara mencebikkan bibirnya. “Duuuh Nay, kamu jangan bego dong, ya kamu tunjukin kartu ini ke yang nangkap kamu!”. “Kepala geng disana sudah kenal baik denganku” kata Tante Yola.
“Oke oke” kata Nayara. “Bell...buruan!” seru Nayara yang sudah lelah menunggu. Bella keluar dari kamarnya. “Iya ini sudah siap!”. “Lelaki mana yang tidak tertarik dengan wanita cantik, tinggi, putih dan seksi seperti Bella” pikir Nayara sambil memandang Bella.
“Ayo Nay, pelanggan aku sudah menunggu!” kata Bella. “Siapa suruh tadi lama!” jawab Nayara. “Eh tapi kenapa hari ini penampilanmu beda Bell?” tanya Nay.
“Aku cantik ya…”. Aku lagi senang hari ini ada pelanggan baru”. “Kata tante Yola, dia pemuda tampan anak orang kaya gitu”. “Haaah iya tampan, kaya tapi juga sama hidung belang” Nay mencebik.
“Nay kenapa kamu gak coba buat seperti aku?”. “Hah maksudnya aku nawarin diri gitu?!”. “Jangan lagi Bell, sudah berapa kali kamu tanya itu”. “Sama saja sama tante Yola” jawab Nay.
“Hahaha...kamu kan cantik dan manis, aku yakin pasti bakal banyak lelaki yang antre buat dapetin kamu” kata Bella. “Tapi sayang aku belum berminat!” jawab Nay. “Eh sudah sampai ni, gua turun dulu ya”. “Seperti biasa kamu nongkrong aja dulu!”. “Kalau sudah selesai nanti aku telpon oke!”. “Ya ya!.
“Katanya orang kaya tapi janjiannya di penginapan kecil gini”. “Kaya apanya!” batin Nay. Nayara melajukan mobilnya perlahan sambil mencari tempat nongkrong untuk menunggu Bella.
Nayara memarkirkan mobilnya di dekat sebuah ruko yang sudah tutup. Kemudian Nayara berjalan kaki menuju sebuah minimarket dengan tempat nongkrong di depannya. Lumayan agak jauh dari parkir mobilnya. Nay memesan segelas kopi, sambil menunggu, Nayara bermain games di hp nya.
Beberapa menit setelah menunggu, ada dua orang menghampiri Nayara. “Kita boleh duduk disini? tanya seorang dari mereka. “Silahkan!” jawab Nay singkat.
Tanpa basa - basi salah satu dari mereka menyentuh dan membelai tangan Nay. “Heh..apa yang anda lakukan!” Nay menarik tangannya. Kedua pria tersebut menatap Nayara dengan tatapan nakal.
“Jangan macam - macam!” kata Nayara. Dengan mengerlingkan mata kedua pria tersebut pergi. “Huufftt...baru beberapa menit belum beberapa jam!” batin Nayata.
_______________________________________
_______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Diversos"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".