Matanya terbuka secara perlahan. Hal yang pertama dilihatnya adalah langit - langit kamar yang berwarna putih. Nayara mengerjapkan mata untuk memastikan penglihatannya.
Sadar tangannya tidak dapat digerakkan, gadis itu melirik ke samping mendapati seseorang tertidur sambil menggenggam tangannya. Gadis itu berusaha melepaskan tangan, membuat orang tersebut terbangun dari tidurnya.
“Nayara!” Alvaro menghambur ke dalam pelukan orang yang dirindukannya. “Kamu baik - baik saja kan Nay? Maaf, aku tidak becus menjagamu waktu itu. Aku sangat merindukanmu. Jangan pernah tinggalin aku lagi Nay.” Celoteh Al tidak membiarkan gadis itu membalas satupun kata - kata darinya.
“Sudah selesai! Apa aku sudah boleh bicara?” Mendengar itu Al tersenyum menunjukan giginya yang bersih. Ini untuk pertama kalinya Alvaro bisa tersenyum lagi sejak Nay pergi darinya waktu itu.
“Apa namamu dicoret dari daftar keluarga, sampai - sampai penampilannya seperti ini?” Sejenak Alvaro memperhatikan penampilannya. Dan memang benar apa yang dikatakan oleh Nayara.
“Apa dengan aku seperti ini kamu akan tetap suka?” Nay terdiam mendengar kalimat dari Alvaro sembari memalingkan wajahnya. “Heii, kumohon jangan seperti ini. Pertanyaanku tulus ingin tahu. Tanpa ingin menyinggung perasaanmu ataupun mengungkit kejadian itu.” Al yang menyadari kemana arah pikiran Nay mencoba menjelaskan.
“Aku mengerti, tapi tetap saja pertanyaan itu menyakitkanku!” Nay berusaha jujur. Alvaro hanya bisa mengangguk paham. “Mungkin ini akan terdengar sangat bodoh dan tidak tepat waktu tapi tolong jujurlah. Dari awal aku tidak pernah benar - benar mengungkapkan perasaanku. Dan kali ini aku tidak mau kehilangan kesempatan. Aku mencintaimu Nayara Abiputra. Jika kamu bersedia, menikahlah denganku.”
Tidak ada jawaban, hanya menatap bingung. “Nona Nayara Abiputra putri dari Mrs. Jenny Abiputra bersediakah kamu menjadi istriku?”
Nayara menggeleng. “Maafkan aku. Tapi tidak semudah itu melupakan sebuah kenangan pahit Al. Maaf tapi aku belum bisa.” Nayara menunduk lesu.
Jawaban yang tidak diharapkan tapi itu adalah fakta. Tidak mudah melupakan sesuatu yang menyakitkan. Alvaro mencoba mengerti keputusan gadis yang dicintainya.
“Tapi yakinlah satu hal, aku juga mencintaimu!” Sambil menggenggam tangan Alvaro. “Terima kasih. Sepertinya aku tidak perlu bertanya lagi mengapa terang – terangan kamu mengatakan aku adalah anak Mrs. Jenny. Aku tahu tidak sulit untukmu untuk mencari tahu mengapa aku pergi.” Alvaro tersenyum menanggapi.
“Ya. Aku meminta pihak rumah sakit untuk membuka rekaman cctv yang ada di ruanganmu. Dan aku yakin kamu mendengar percakapan kami di telepon waktu itu.” Nay mengangguk.
“Itu sebabnya kamu berani jujur sekarang?” Alvaro tersenyum.
“Bagaimana dengan lelaki itu.” Nayara ingin tahu kabar Rayen.
“Kakek melaporkannya ke polisi dan saat ini dia sudah di penjara. Maksudku Mr. Robert yang melaporkannya.”
“Tidak perlu lagi menutupi sesuatu dariku Al.”
“Aku tahu tapi aku tidak ingin membahas tentang kakek sekarang ini.” Dan obrolan mereka berakhir saat seorang perawat masuk untuk memeriksa kondisi Nayara. “Bagaimana nona Nayara, sudah merasa lebih baik?” Perawat tersenyum sambil memeriksa tekanan darah Nayara.
“Sudah lebih baik sus!” “Apa sebelumnya anda sering pusing?” Nayara mengangguk. “Kapan anda terakhir datang bulan? Nayara mengingat kembali kapan terakhir dirinya mengalami menstruasi. Betapa konyol, kenapa dirinya tidak menyadari ternyata sudah lima belas hari dirinya terlambat dari jadwal datang bulan.
“Untuk memastikan lagi tafsiran dari dokter, besok pagi kita akan lakukan tes urine. Dan jika itu benar, anda harus ekstra menjaga asupan gizi anda. Karena dari hasil pemeriksaan, kondisi fisik anda sedikit lemah.” Jelas sang perawat sambil merapikan alat pengukur tensi.
“Perkiraan? Maksudnya kamu hamil Nay?” Terkejut dan menatap Nayara lekat. Nayara mengangkat bahunya yang juga tidak yakin dengan itu.
***
“Selamat nyonya, Tuhan telah memberikan anugerahnya pada anda. Tafsiran dokter memang tidak meleset. Anda positif hamil dan usia kandungan anda saat ini sudah menginjak minggu keenam.” Nayara terbengong menatap perawat yang menyodorkan hasil tes urine.
Alvaro tidak bisa berkata – kata, menatap wajah Nay yang sama terkejutnya seperti dirinya. “Sekali lagi selamat ya nyonya.” Suster itu tersenyum sembari keluar dari ruangan. “Benarkah kamu hamil, berarti itu anakku. Anakku Nay.” Alvaro menggenggam tangan Nayara sembari memberi kecupan di punggung tangan gadis itu.
“Ini berarti jawabanmu tadi tidak berlaku lagi, karena aku harus bertanggung jawab untuk anakku. “ Al merasa sangat bersyukur mendapat berita bahwa Nay sedang hamil. Ini bisa menjadi jalan untuk menjaga dan bersama dengan gadis yang dicintainya.
“Maaf Al, keputusanku tetap sama. Aku memang memaafkan, tapi bukan berarti dengan mudah melupakan semuanya.” Mendengar itu terlihat jelas kesedihan dan kekecewan di wajah Alvaro.
“Baiklah Nay, apapun keputusanmu, aku akan tetap menjaga anak kita!” Al menyentuh perut Nay yang masih tampak datar. Ada rasa haru mengingat Alvaro bersedia menunggu dirinya hingga sekarang. Ditambah lagi pria di hadapannya bersedia bertanggung jawab meskipun tahu apa yang telah terjadi.
Tanpa sadar, di balik pintu ada seseorang yang tengah mendengar percakapan mereka. Dia mengurungkan niat untuk bertemu dengan Nayara. Mrs. Jenny rasanya dengan berat hati meninggalkan tempat itu tanpa bertemu Nayara. Kejadian yang sama terjadi pada putrinya, membuat hatinya pilu mengingat kenangan itu.
Kisah cinta mereka tidak mendapat restu dari orang tua. Sedangkan sang kekasih dijodohkan dengan wanita lain. Dalam keadaan kalut dan frustasi, sang kekasih mengalami kecelakaan hingga merenggut nyawa dan meninggalkan Mrs. Jenny yang tengah hamil. Mrs. Jenny tampak kacau dan memilih pergi.
***
“Selamat siang Mr. Robert, maaf saya mengganggu waktu anda. Saya ingin bicara sebentar.” Mrs. Jenny tampak ragu untuk bicara. “Jen aku sudah bilang jika sedang di rumah, tidak perlu terlalu formal. Aku menganggapmu sudah seperti putriku sendiri dan kamu tahu itu.”
Mr. Robert memang mengetahui masa lalu kelam yang dialami oleh Mrs. Jenny. Tapi tidak tentang kehamilannya. “Bisakah anda membujuk Nayara untuk menikahi Alvaro tuan!?”
Mr. Robert terkejut bercampur bingung. “Kenapa kamu meminta hal seperti itu? Untuk apa kamu memikirkan dia? Aku memang bersalah padanya tapi bukan berarti dia harus menikah dengan Alvaro.” Mr. Robert tampak sedikit kesal.
“Anda sudah tahu bagaimana kisah saya dulu dan sekarang saya tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama seperti itu.” Jawab Mrs. Jenny.
“Tetap saja tidak bisa Jen. Andaikan saya tahu siapa orang tuanya, mungkin akan saya pertimbangkan permintaanmu.” Mr. Robert tetap menolak.
“Jadi hanya masalah status, jika saya mengatakan Nayara itu anak saya apakah tuan akan menyetujui permintaan saya?” Mrs. Jenny mencoba jujur.
“Kamu jangan konyol Jen, jangan karena kasihan kamu membujuk saya sampai seperti ini!” Rahang pria tua itu mulai mengeras. Berpikir jika Mrs. Jenny tengah mengada - ada.
“Apa anda tidak melihat kemiripan saya dengan gadis itu, apakah saya perlu membuktikan dengan melakukan tes? Dan apakah anda pernah melihat saya memohon seperti ini kepada orang termasuk kepada ayah saya!” Mrs. Jenny menutup wajahnya tidak sanggup lagi menahan kekecewaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Rastgele"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".