PART 6

924 41 1
                                    

Setelah membuat Nayara kebingungan dengan kelakuannya, Al pun kasihan melihat Nayara. “Baiklah, aku akan mengantarmu ke tempat tadi malam”. “Akan ku bantu mencarikan ponselmu!”.

“Tapi aku mau mandi dan makan dulu”. “Kamu juga pasti laparkan!?” seru Al. Alvaro berjalan ke kamarnya. “Dasar pria aneh” batin Nay. Ingin rasanya Nay melempar sesuatu ke wajah pria ganteng dan seksi itu.

Nay memukul pelan kepalanya untuk menjauhkan pikirannya, “pria ganteng….iiiih”. “ngapain aku mikir dia ganteng” Nay bergidik. Sementara Alvaro membersihkan dirinya Nay berkeliling melihat - lihat.

Nay diam - diam masuk ke dalam kamar Alvaro. Dilihatnya sekeliling. Kamar tidak terlalu besar namun sepertinya tempat tidur yang sangat mahal. Tidak sesuai dengan tampak luarnya. Rumah sangat sederhana namun furniture serba mahal.

Iseng tangan usil Nay membuka sebuah laci di sebelah ranjang Al. Nay menutup mulutnya hampir saja dirinya memekik karena melihat isi laci milik pria tampan ini. Banyak benda dengan kotak berwarna hitam dan beberapa isinya yang berantakan. “Kondom” bisik Nay.

“Ternyata wajah tampan dan polosnya tidak menjamin” dalam hati Nay kembali bergidik. Ditutupnya kembali laci tersebut. Tidak sadar pria gagah dengan dada bidang dan seksi berada tepat di belakangnya hanya memakai handuk di pinggangnya.

Dengan wajah santai Al berlalu di depan Nay. Sedangkan Nay bertingkah seperti telah kepergok mencuri sesuatu. “Apa!. “Eng…..” Nay tidak bisa menjawab. “Mata Nay tertuju pada dada seksi Al. “Kenapa memandang seperti itu!”. “Haaah...nggak!”.

“Apanya yang nggak, kamu tidak pernah diajarkan sopan santun ya, masuk kamar pria dan membuka laci pribadinya diam - diam!”. Wajah Nayara merah padam karena kepergok. “Karena kamu sudah melihat, apa kamu mau mencoba salah satu benda kecil itu” Al menatap Nay.

“Dasar pria mesum!”. “Aku masih bisa mendengarnya!”. Kamu mengatakan aku mesum, tapi kenapa kamu masih disini?”. “Apa kamu mau melihat aku telanjang juga!?”. Nay benar - benar lupa saat ini dirinya ada di kamar si pria tampan.

Nay bergegas keluar dari kamar Al. Nay sedikit mempercepat langkahnya. Namun sebuah tangan kokoh meraih tangan Nay dan menariknya merebahkannya di tempat tidur. “Aw..!” pekik Nay.

Al membuat Nay berada dalam kungkungannya. Aroma segar menusuk hidung Nay seperti aroma terapi yang menenangkan. “Kamu sudah mengetahui rahasiaku!”. “Jadi apa yang harus aku lakukan padamu!?” seringai Al. “Lepaskan dasar mesum!”. “Kamu yang memulai, apa aku memintamu masuk ke kamarku!”.

Nay tidak bisa menjawab. “Lepaskan aku!”. Hanya kata itu yang sanggup keluar dari mulut Nay. “Ku mohon jangan jadi mereka dan aku juga harus mengurus adik - adikku!”.

Tiba - tiba wajah Alvaro yang tadinya seperti tenang berubah seperti sosok lelaki dingin yang siap membunuh siapapun lawan di hadapannya. Alvaro bangkit dan memalingkan wajahnya. “Keluarlah, cepat!”. Dengan nada tinggi Al membentak Nay.

Nayara bangkit dan keluar dengan secepat kilat. “Apa yang terjadi pada pria itu iiii…!”. Nay duduk di sofa ruang tamu. “Apa dia baik - baik saja”. Nay merasa khawatir. “Ah kenapa aku mesti khawatir!”. Tapi hati Nay bukanlah sebuah batu yang tak dapat merasakan apapun.

Nay kembali ke kamar Al. Dilihatnya sekeliling dan tidak menemukan siapapun. Dilihatnya kamar mandi dengan pintu yang masih terbuka. Tapi air shower terdengar menyala. Dengan berani Nay mendongakan kepala melihat ke dalam kamar mandi. Nay menutup mata dengan kedua tangannya.

Benar saja si pria tampan sedang berada di bawah guyuran air shower masih dengan handuk di pinggang. Dengan tangan terkepal bertumpu di dinding kamar mandi. Nay berbalik dan bersandar di dinding depan kamar mandi “Sebenarnya apa yang terjadi dengan orang ini” pikir Nay.

“Pergilah!”. “Pakai mobilku”. “Kunci di atas nakas!”. Nayara yang mendengar perintah tersebut keluar dari kamar Al. “Dia minta aku pakai mobil mewahnya”. Nayara semakin bingung dengan sikap Alvaro.

Dilihatnya di atas nakas benar saja ada kunci mobil di sana. Nay tidak mau ambil resiko. Jika pulang berjalan kaki itu tidak mungkin.

Mungkin Nay bisa naik taksi saja. Tapi saat ini sepeser pun Nay tidak bawa uang. Dompetnya tertinggal di mobil. Dirinya hanya mengambil uang untuk belanja tadi malam.

Dilihatnya di atas nakas sebuah dompet bermerek. “Mungkin aku bisa pinjam sementara nanti aku kembalikan!” pikir Nay. Setengah hati Nay meraih dompet milik Al. Dibukanya dan “wow debitnya banyak sekali”. Lembaran uangnya juga lumayan banyak”.

Tanpa basa - basi Nay mengambil satu lembar seratus ribuan dari dompet Al. Kemudian Nay celingak celinguk mencari sesuatu. Nay mengambil ponsel milik Al. Diketiknya sebuah pesan namun tidak dikirim.

“Aku pinjam uangmu seratus ribu”. “Nanti akan aku kembalikan”. “Terima kasih untuk pertolonganmu tadi malam!”. “Nayara”

Nay pergi dari rumah Al dengan berjalan kaki. Nay berjalan kaki beberapa meter untuk menemukan taksi. Nay pergi ke tempat dirinya dilecehkan. Setelah sampai Nay mencari ponsel dan kunci mobil nya yang hilang.

“Ini dia!” Nay meraih kunci dan ponselnya. Yang sedikit basah karena embun. “Yaaaaah!”. Nay melihat layar ponselnya retak. Tentu saja pasti karena terjatuh tadi malam. Dengan gontai Nay berjalan menuju ke mobilnya.

Di dalam mobil nya Nay masih memikirkan Al. “Apa yang terjadi dengan pria tampan itu” batin Nay tak henti - hentinya bertanya.

“Wajah yang sebelumnya tenang mendadak berubah dingin”. “Dasar pria aneh!”. “Tapi kenapa dia memintaku untuk memakai mobilnya!”. “Apa tidak takut hilang atau aku jual” pikiran Nay melayang kemana - mana.

“Aaaah sudahlah kenapa memikirkan pria yang tidak jelas itu”. Nay pun melajukan mobilnya. Ingin ke panti dahulu, baru mengembalikan mobil ke tante Yola. Untungnya hari ini hari minggu jadi pekerjaan Office Girl off untuk hari ini.

Sedangkan di rumah Al masih berdiam di bawah air shower yang mengguyur dirinya. “Kenapa perasaan ini tumbuh lagi, brengsek!”. Rahang Al mengeras. Al meninju dinding.

Merasa dirinya sudah lebih baik setelah satu setengah jam di bawah guyuran air shower Al keluar dari kamar mandi. Mendapati kamar nya sudah kosong. Al merebahkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit - langit kamar nya.

“Siapa sebenarnya gadis itu”. Teringat akan Nayara, Al bangkit dan melihat kunci mobil di atas nakas. Kuncinya masih di sana. Al keluar mencari keberadaan Nayara. Jelas saja sudah tidak ada.

Al kembali ke kamarnya. Meraih ponselnya ingin menghubungi seseorang. Ketika menggeser layar hp nya Al melihat tulisan. Sebuah pesan dari Nayara.

Al mengambil dompetnya. Uangnya benar hanya kurang satu lembar saja. “Kenapa dia tidak mau membawa mobilku!”. Al segera memakai pakaian nya.

Di kepala Al masih bertanya - tanya. “Kenapa perasaan ini tiba - tiba muncul saat bersama gadis itu”. “Bahkan baru kali ini bertemu dengannya dan dia tidak melakukan apapun”. “Sialan!”.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang