“Lepaskan aku , aku mohon.” Rayen tidak menghiraukan kata – kata Nay. Rayen menekan tubuh Nay. Nayara berusaha memberontak, namun apa yang didapat hanya kegagalan. Nay berada dalam kungkungan Rayen. Memaksa gadis itu untuk melayani dirinya. Nay meronta dan menyebut nama Alvaro.Berusaha mencium Nay dan gadis itu tetap melindungi diri dari serangan Rayen. Dari segi manapun seorang pria selalu lebih unggul untuk kekuatan fisik. “Plaaaak.” Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Nayara membuat gadis itu memekik.
“Alvaro tolong aku….!” Teriak Nay yang percuma karena dirinya tengah berada di dalam kamar hotel. Rayen masih berusaha untuk mendapatkan Nayara. “Jadilah milikku Nay. Kamu membuatku tertarik dan terpesona olehmu. Aku akan memberikan segalanya sayang.” Rayen terlihat begitu terobsesi sosok Nayara.
Rayen meraih dagu Nay dan menciumnya paksa. Nay tetap meronta. Sudah tak kuasa menahan hasratnya, Rayen melepas semua pakaiannya dan kini Nampak polos. Nayara berusaha lari, hasilnya nihil, cardlock dibawa oleh Rayen.
Rayen merengkuh tubuh mungil Nay dari belakang. Membawa gadis itu kembali ke ranjangnya. Gadis itu berusaha memberontak tapi tetap saja gagal. Rayen menarik gaun Nay menyisakan bra dan celana dalam gadis itu. Nay menjerit dan menangis sambil menyebut nama Alvaro. Namun pria itu tak kunjung datang.
Rayen mengikat kedua tangan Nay untuk memudahkan dirinya melakukan apapun pada gadis itu. Tangan Rayen melepas kap bra yang menutupi dada Nay. “Kamu memang mempesona sayang.” Ujar pria itu sambil menyesap puting merah muda milik Nay.
“Lepaskan aku, aku mohon” Nay mengiba dengan tangisnya yang terdengar menyayat. “Ikuti saja mauku, maka kenikmatan yang akan kamu rasakan sayang.” Seringai Rayen masih menciumi tubuh Nay. “Kamu begitu wangi.” Rayen semakin turun dan menemukan sesuatu yang sangat ingin dirasakannya. Milik Nay yang begitu menggoda.
Dengan kasar Rayen menarik satu – satunya kain yang menutup bagian sensitif milik Nayara. Nay berusaha bangkit dan memukul Rayen. Tak peduli Rayen mendorong tubuh Nay hingga kembali terlentang. Lelaki itu kembali menunduk dan merasakan milik Nay.
Rayen mengigit kasar milik Nay membuat gadis itu menjerit. Jilatan demi jilatan, lidah Rayen berusaha memasuki liang kenikmatan Nay. Menghisap rakus bagaikan bayi yang diberikan susu. Kembali Rayen menggigit milik Nay. Gadis itu mencengkram sprei untuk menahan sakit karena luka yang didapat dari Alvaro.
Tubuh Nay lemah sudah tidak berdaya untuk melawan. Kini Nay memasrahkan dirinya. Apapun yang terjadi mungkin sudah menjadi nasibnya. Rayen bangkit dan memegang miliknya yang sudah menegang. Tanpa aba – aba, pria itu langsung menghujamkan miliknya pada Nayara. “Aaaaaak!” Nayara berteriak. Luka yang belum sembuh kini bertambah lagi luka yang baru. Terlebih lagi, luka di hatinya atas kebohongan Alvaro dan penghinaan Mr. Robert. Jika Rayen tidak menerima telepon dari Mr. Robert, dirinya tidak akan tahu bahwa dalang dari semua ini adalah kakek dari kekasihnya.
Gairah Rayen semakin memuncak melihat Nayara menggeliat di bawah sana. Rayen semakin memompa dan merasakan nikmat dari sempitnya milik Nay. “Owh…kamu sungguh nikmat sayang, pantas saja Alvaro cemburu saat melihatku menggenggam tanganmu sayang.” Nay sudah tidak peduli, dirinya terlanjur sakit saat ini.
“Alvaro…...” Teriak Nayara. Dan itu disaksikan dan didengarkan langsung oleh Mr. Robert dari laptopnya. Betapa marah dan malu dirinya kini.
Saat Rayen hendak mencapai puncak, pintu kamar hotel terbuka dibarengi dengan teriakan Alvaro. “Nayara…….” “Reflek Rayen menoleh dan sebuah pukulan mendarat di rahang pria itu. “Dasar bajingan kamu.” Pukulan bertubi – tubi mendarat di berbagai tempat di tubuh Rayen. Pria itu tersungkur di tepi ranjang dan terjatuh ke lantai.
“Alvaro.” Suara lirih Nayara menyadarkan Alvaro. Al merengkuh tubuh mungil Nay dan membungkusnya dengan selimut. Nayara sudah tidak mampu menahan rasa sakit pada tubuh dan hatinya. Nay limbung dan memejamkan matanya. Alvaro berteriak geram. Membaringkan tubuh Nay dan kembali menghujam Rayen dengan pukulannya.
Al memecahkan cermin yang ada di kamar itu dan mengambil salah satu bagian. Alvaro kembali mendekati Rayen dengan menghunus beling di tangannya. Jika saja tidak ada asisten kakeknya Alvaro mungkin akan menjadi seorang pembunuh. Hanya sebuah goresan di lengan kiri Rayen. Beruntung dengan cepat para asisten kakeknya memegangi Alvaro dan membawa Rayen pergi dari kamar itu.
Alvaro kembali memeluk tubuh Nay dan mengangkatnya. Ia berlari menuju lift ingin membawa tubuh ringkih sang kekasih ke rumah sakit. Sungguh kejadian yang memilukan untuk Nayara.
🔥🔥🔥
Alvaro berusaha menenangkan diri di depan ICU namun tetap tidak bisa. Rasa takut kehilangan menyelimuti hati dan pikirannya. Mondar – mandir di depan ICU dan sesekali melihat dari pintu kaca Al benar – benar tidak bisa tenang saat ini.
“Kumohon bertahanlah. Kumohon maafkan aku tidak bisa menjagamu.” Gerutu Al dalam hati menyesali yang telah terjadi. Alvaro menyandarkan punggung di dinding sembari mengacak rambut. Tubuhnya merosot hingga terduduk di lantai. Berusaha menahan diri untuk tidak panik, tapi apa daya rasa lebih kuat daripada pikiran. Alvaro menyatukan tangan dan menempelkan di kening. Menandakan betapa frustasi dirinya saat ini.
Pintu ICU terbuka, tampak seorang dokter keluar yang didampingi oleh seorang perawat. Al menghampiri dengan perasaan cemas. “Bagaimana Nayara dok? Maksud saya gadis yang baru saja masuk ke ICU?”
“Maaf anda siapanya?”
“Saya calon suaminya dok. Apa boleh saya melihatnya dok?” “Lebih baik anda mengunjungi pasien besok saja, karena kondisinya saat ini begitu lemah. Dan besok pasien akan dipindahkan ke kamar.” “Tapi dok saya sangat ingin melihat keadaannya!” Al berharap.
“Ini demi kebaikan pasien, anda berkunjung besok saja.” Tidak bisa melakukan apa – apa, Al pun pulang tanpa bisa bertemu dengan Nayara.
Sampai di kediamannya Alvaro segera mencari sang kakek yang juga tengah bingung apa yang harus dikatakan kepada cucunya nanti. “Mr. Robert…!” Teriak Alvaro lantang sehingga semua pengurus rumah keluar dan berkumpul di ruang tamu.
“Maaf tuan , kenapa anda berteriak seperti itu kepada kakek anda?” Alvaro tak ingin menjawab. Mr. Robert datang dengan dua penjaga mendampinginya. “Apa yang telah anda lakukan kepada gadis itu? Apa yang anda inginkan, sehingga anda harus merencanakan sesuatu yang busuk untuk gadis yang anda anggap miskin itu?” Jari Al terkepal, rahangnya mengeras menahan emosinya yang siap meledak.
“Kalian boleh pergi!” Instruksi Mr. Robert meminta para pengurus rumah dan penjaga untuk meninggalkan ruang tamu. “Maafkan kakek Varo, semua kakek lakukan hanya untuk kebaikanmu. Mungkin kali ini kakek telah salah menilai. Ketahuilah kakek tidak ingin mencelakai gadis itu.” Jelas Mr. Robert membela diri.
“Apa yang anda lakukan itu tidak termaafkan. Bukan mungkin salah menilai, tapi anda memang salah. Anda tidak ingin mencelakainya, tapi kenyataannya dia saat ini terbaring di rumah sakit. Apa itu yang anda maksud tidak ingin mencelakai?”
“Baik, jika ini yang anda inginkan. Anda ingin yang terbaik untuk cucu anda bukan? Yang terbaik untuk cucu anda adalah jauh dari anda!” Gerutu Al dengan wajah garang. Al meninggalkan kediamannya dan memilih tinggal di rumah sederhananya.
Mr. Robert bergeming dari tempatnya semula. Memegang dada bagian kiri merasakan nyeri disana. Terngiang kalimat yang diucapkan Al, ingin menjauh dari dirinya. Terasa sesak di dada Mr. Robert.
Karena pikiran yang kacau, Al lupa menghubungi Mrs. Jenny. Bergegas Al memberitahu apa yang terjadi pada Nay. Tentu saja wanita paruh baya itu terkejut mendengar berita buruk tentang anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Diversos"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".