PART 13

811 32 0
                                    

“Waahheemmmm…” Hari ini Nayara terbangun pagi sekali. Dilihatnya jam dinding masih menunjukkan pukul tiga pagi. Dengan wajah malas khas bangun tidur Nayara berjalan gontai ke arah kamar mandi untuk mencuci muka.

Keluar dari kamar mandi Nayara menyiapkan makanan untuk adik - adik nya. Nayara berkutat di dapur dengan segala bahan yang sudah tersedia. Dengan lincah tangan Nayara memotong sayur, mencucinya kemudian langsung ditumis.

Tidak perlu waktu lama untuk Nay melakukan semua hal itu. Tinggal menyajikannya di meja makan dan menunggu adik - adiknya bangun nanti. “Haaaah akhirnya selesai.” Kata Nay sambil tersenyum.

Mengingat ajakan dari Bella, Nayara langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Suara gemericik air di kamar mandi membangunkan adik - adik Nay. “Kak Boy, Kak Nay mau kemana, tumben pagi - pagi buta sudah mandi?” Mira bertanya pada Boy. Boy yang juga tidak mengetahui Nay akan kemana hanya mengedikkan bahunya.

“Aduuuh...siapa yang bermain air di kamar mandi, aku jadi terbangun karena suaranya!” Radit bangun sambil menggaruk kepala dan mengucek matanya. Disusul dengan Ika yang baru saja keluar dari kamarnya.

Nayara keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya. “Hai ada apa ini kenapa semua bangun pagi – pagi sekali?” “Kakak yang kenapa!” Jawab mereka serentak. “Kak Nay mau kemana pagi – pagi sudah mandi?” “Apa kakak kerja pagi atau kakak ada acara lain?” Nayara memicingkan mata dengan serangkaian pertanyaan mereka.

“Hari ini kakak absen kerja, kakak ingin berlibur sekali saja.” “Tapi jangan ikut – ikutan ya, ini tidak pantas untuk ditiru.” Nayara mengingatkan. “Kakak mau ke Puncak bersama teman kakak.” Sebuah senyuman mengembang di bibir Boy. “Kakak memang perlu liburan tapi kenapa baru sekarang harusnya sudah dari sebelum – sebelumnya kak.” Kata Boy.

Nayara hanya tersenyum dengan ucapan Boy. “Sudah kalian tidur lagi, ini terlalu pagi untuk bersiap ke sekolah.” “Oya kakak berangkat jam lima, nanti seperti biasa kalian bersiap kalau sudah jam setengah enam saja.” Kata Nay. Mereka pun menuruti kata – kata Nayara.

Nay masuk ke kamar segera mengganti daster yang sekarang dia kenakan dengan kaos putih dan kemeja kotak - kotak. Wajah yang jarang dipoles make up namun tetap terlihat cantik. Hanya dengan pelembab wajah dan lipstik warna bibir itu sudah cukup menurutnya.

Selesai berdandan ala Nay, sambil menunggu seperti biasa Nayara mengambil ponselnya untuk bermain games. Nay duduk dan bersandar di kepala ranjang miliknya. Setelah menggeser layar ponselnya Nay mendapati tiga buah pesan dari Al yang belum dibaca dari tadi malam sepertinya.

“Untuk apa dia mengirim pesan.” Batin Nay. Nayara membuka satu persatu pesan yang dia terima. Kata - kata yang tertera pada pesan itu membuat Nay tidak mengerti apa yang sebenarnya Alvaro inginkan darinya.

Aku ingin bertemu, ada yang ingin aku bicarakan.”

“Hari ini tidak usah bekerja.”

“Besok pagi bersiaplah, jam enam aku akan sampai disana.”

“Memangnya dia siapa meminta agar aku tidak bekerja.” Batin Nay. Nayara masih berpikir ada apa dengan tuan muda yang katanya kaya itu. “Tuan muda yang aneh.” celoteh Nay.

Nayara mengabaikan pesan dari Alvaro. Diletakan nya ponsel tersebut di atas bantal disebelahnya. Beranjak dari tempat tidur menuju meja makan. Daripada nanti dirinya kelaparan di perjalanan menuju ke Puncak.

***

Deru mobil terdengar di depan panti. Nay melirik jam dinding. “Tepat waktu.” Ujar Nay. Nay mengambil tas selempang miliknya dan segera keluar. “Selamat pagi.” Sapa Nay kepada Bella dan Julian. “Hai Nay pagi juga, sudah siap?”. Nay mengacungkan jempolnya.

“Sepertinya ada yang kurang!” Kata Julian. “Apa?” Bella memandang Julian. “Bukankah kita menginap satu malam, perlu pakaian ganti kan?” “Tapi sepertinya Nay tidak membawanya!” tambah Julian.

Nayara sedikit kaget mengetahui jika mereka akan menginap. “Sepertinya aku tidak bisa ikut kalau begitu.” “Karena besok aku harus bekerja.” Jujur Nay. “Waah tidak bisa begitu dong Nay, sekarang kamu kan absen juga kan di tempat kerjamu.” “Tambah lagi sekali tidak apa - apakan!” Seru Bella.

Nayara seperti berpikir sejenak untuk mempertimbangkan. “Baiklah, hanya satu malam kan, sekali ini saja kan Bell.” “Siiip.” Bella terlihat bersemangat.

Nay kembali masuk untuk mengemas beberapa pakaian ganti untuknya nanti. Setelah selesai mereka langsung meluncur untuk dapat menikmati sejuknya hawa di Puncak lebih awal.

Di rumahnya Alvaro sudah bersiap untuk menjemput Nayara. Sebenarnya dirinya yakin jika Nay tidak akan menghiraukan permintaannya itu. Entah perasaan apa yang mendorong keinginannya untuk bertemu dengan gadis pengganggu pikirannya itu. Saat Al akan naik ke mobil ponselnya berdering membuat Al menghentikan gerakannya.

Wajah Alvaro tampak malas untuk menerima panggilan telepon itu. “Halo!” Jawab Al singkat. “Sekarang kamu dimana?” Tanya seseorang di seberang. “Aku tidak usah bilang, kakek juga pasti sudah tahu!” Jawaban Alvaro sedikit tidak sopan kepada kakeknya.

“Varo, besok kakek minta kamu pulang, kakek ingin membicarakan sesuatu denganmu.” "Varo." Itu adalah nama panggilan dari  keluarganya.

“Kita lihat besok ya kek, aku tidak bisa berjanji.” “Kakek tunggu kamu di rumah.” Setelah itu sambungan telepon diputus oleh kakek Al. Kebiasaan yang sama seperti yang dilakukan Al. Tidak peduli, Al segera naik ke mobil dan melajukannya ke panti rumah bagi Nay dan adik - adiknya.

***
Di depan panti Al bertemu dengan Boy dan Radit. Yang disusul Mira dan Ika keluar dari panti. “Kak Al kok pagi – pagi sudah disini?” Tanya Boy. Al tersenyum menampakkan lesung pipi yang membuatnya semakin tampan.

“Nay ada?” “Lho kak Nay pergi ke Puncak.” Dahi Al berkerut mendengar jawaban Boy. “Saya kira kak Al ikut.” Tambah Ika. Sedangkan Radit dan Mira hanya tersenyum karena mereka baru pertama kali bertemu dengan Al.

“Kapan Nay berangkat dan bersama siapa?” Al penasaran. “Emmm tadi pagi mungkin jam lima gitu kak, dengan siapanya kami kurang tahu, kak Nay hanya bilang ke Puncak bersama temannya saja.” Jelas Boy. “Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu.” Al masih penasaran dengan siapa Nayara pergi. Tanpa pikir panjang Al masuk ke mobil dan melajukannya ingin menyusul Nay. Menyusul kemana dirinya juga belum tahu.

Dengan headset bluetooth terpasang di telinga dan sambil berkonsentrasi dengan setirnya Al berusaha menghubungi Nay. Beberapa kali Al mencoba menghubunginya namun tidak ada jawaban dari Nay. Al masih tetap meneruskan perjalanan menuju daerah Puncak.

***

Di tempat yang berbeda Nay melihat ponselnya terus berdering. Bella yang mendengarnya memperhatikan Nay. “Kenapa tidak diangkat Nay , ponselmu tuh ribut terus dari tadi.” “Biarkan saja, bukan hal yang penting.” Jawab Nay.

“Tumben - tumbenan kamu tidak sopan dengan orang, biasanya juga ada satu panggilan sudah hubungi balik.” “Jangan - jangan itu pacar kamu ya.” Selidik Bella yang memang tidak pernah melihat Nay dengan lelaki manapun.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang