Momen pagi ini sangat berbeda bagi Nayara saat terbangun dari tidurnya. Mendapati seorang lelaki memeluk tubuh mungilnya dari belakang. Nay bisa merasakan nafas teratur Al menerpa tengkuknya. Sedari Nay terbangun dia tidak berani bergerak ataupun turun dari tempat tidur. Tidak ingin mengganggu tidur nyenyak Alvaro.
***
Di villa Julian, Bella terbangun dengan rasa sakit disekujur tubuhnya. Bagaimana tidak aktivitasnya tadi malam membuat tubuhnya terasa remuk. Bella melihat ke sekeliling kamar tidak ditemukannya sosok Julian.
Bella bangkit untuk mencari Julian yang mungkin sedang berada diluar villa. Hawa dingin sangat terasa disini membuat Bella melipat tangannya di dada untuk sedikit merasa hangat.
Bella menggosok - gosokkan tangannya karena kedinginan. Sambil melihat sekeliling Bella masih menggosok - gosokkan tangannya. Tidak ada tanda - tanda Julian di luar villa. Bella bergegas naik menuju kamar Nay ingin menanyakan keberadaan Julian.
Bella sedikit heran ketika dirinya ingin masuk ke kamar Nay melihat pintu kamarnya terbuka di pagi hari yang sangat dingin seperti sekarang. Betapa terkejutnya Bella saat masuk dan melihat keadaan kamar Nay yang berantakan dengan piyama yang berserakan di lantai. Bella semakin terkejut melihat Julian tertidur di kamar Nay bergulung dengan sprei.
Bella mendekati Julian yang masih tidur dalam gulungan sprei. Di guncang tubuh Julian untuk membangunkannya dari tidur. Julian terbangun dengan kepala yang terasa berat. Bella terkejut melihat sisa darah di ujung bibir Julian.
Bella bertanya apa yang terjadi pada Nayara namun Julian hanya diam. Julian melepas dirinya dari gulungan sprei dan beranjak turun dari ranjang. Bella memekik melihat tubuh polos Julian. Julian hanya menatap ke arah Bella, seperti tak peduli.
Julian berlalu dari hadapan Bella, tidak peduli apa yang sedang dipikirkan olehnya. Hingga punggung Julian menghilang dari pandangan Bella. Bukan karena tubuh polos Julian Bella terkejut tapi karena kenapa Julian berada di kamar Nay dan dimana Nay, itu yang saat ini ada di kepala Bella.
Sadar dari segala pikirannya, Bella berlari menyusul Julian. Terdengar gemericik air di kamar mandi. Bella berusaha sabar menunggu Julian untuk keluar dari kamar mandi. Dengan perasaan gelisah Bella mencoba menghubungi Nayara namun ponselnya tidak aktif.
Tak lama Julian keluar dari kamar mandi dengan memar di sekitar rahangnya. Bella menghampiri Julian ingin segera tahu sebenarnya apa yang terjadi. Belum bertanya, Julian sudah menjelaskan terlebih dahulu. Dengan mulut menganga, Bella tidak menyangka apa yang telah Julian lakukan.
Setelah sadar dari pikirannya tangan Bella refleks melayang ke arah pipi Julian. Rasa perih di hati Bella saat mendengar penjelasan dari Julian. Mungkin karena Bella memendam perasaan khusus terhadap Julian.
“Apa yang kamu lakukan!” Teriak Julian kepada Bella. Bella terdiam tidak dapat menjawab pertanyaan Julian. Bella berbalik menjauh dari Julian. Mengambil koper dan mengemas pakaiannya. “Kamu mau kemana?” Julian terlihat geram dengan tingkah Bella.
Bella masih tidak menjawab pertanyaan Julian. “Kamu disini aku bayar jadi jawab pertanyaanku!” Bentak Julian. Bella bangkit dari duduknya untuk mendekat ke arah Julian. “Aku memang dibayar untuk memuaskan nafsumu, tapi bukan untuk mempermainkanku dan temanku.” Jawaban Bella membuat Julian bungkam.
Julian bergeming di posisinya semula, melihat Bella masih sibuk mengemas pakaiannya. Tidak terima diabaikan Julian mendekati Bella dan mendorong paksa Bella hingga terbaring ditempat tidur.
“Seperti yang kamu katakan tadi, aku membayarmu untuk memuaskan nafsuku, jadi lakukanlah sekarang!” Perintah Julian. Bella berusaha menolak. Antara sakit hati dan suka terhadap Julian, Bella rasanya ingin menjauh saat tahu Julian juga ingin menjamah Nayara.
Julian mencengkram kedua tangan Bella menekannya di kasur. Julian menatap manik mata Bella yang penuh dengan kesedihan. Melihat ujung mata Bella meneteskan buliran bening. Hati Julian tergugah melihatnya.
Kecupan lembut terasa di bibir Bella membuatnya sedikit ragu untuk menolak. Julian pun merasa ada yang aneh dengan hatinya setelah melihat ekspresi ketidaksukaan dari Bella. Nafas Julian semakin memburu, ciuman merekapun semakin dalam. Bukan ciuman bernafsu seperti biasanya tapi lebih ke rasa sayang.
Pikiran Julian semakin tidak dapat mengerti apa yang sedang dirinya inginkan. Tiba - tiba sebuah pertanyaan keluar dari mulut Julian. “Apa kamu menyukaiku?” Membuat Bella terkejut dan memalingkan wajahnya.
“Seorang partner seks ataupun seorang jalang tidak pantas diberi pertanyaan seperti itu.” “Karena seorang jalang, suka atau tidak mereka harus tetap melayani partnernya.” Julian kembali mengulang pertanyaannya menjadi lebih tegas. Menginginkan jawaban yang berbeda dari Bella.
“Diluar seorang jalang, apa kamu menyukaiku?” “Jawab jujur atau kamu akan menyesal!” Gertak Julian. Masih merasa kesal dan tidak mengerti tapi Bella berusaha untuk jujur. “Aku memang menyukaimu tap…..” Belum menyelesaikan kalimatnya Julian kembali memagut bibir Bella.
Bella yang merasakan sentuhan berbeda dari Julian dengan polos menerima bahkan membalas setiap sentuhan dari Julian. Bella sedikit mendorong tubuh Julian. “Kenapa kamu melakukan ini?” “Apa kamu ingin menyiksaku Julian!” “Jangan seperti ini, atau aku akan berharap lebih karena ulahmu.” Ucap Bella tulus dari hati.
“Berharaplah selama aku masih memberikanmu kesempatan.” Ucapan Julian membuat bulir bening berubah menjadi aliran deras mengalir di pelipis Bella. Entah kenapa hati Julian sedikit terusik melihat wanita dihadapannya menangis karenanya.
Julian memberikan sebuah kecupan di kening Bella. Kecupan yang menenangkan. “Jika ingin bersamaku berusahalah untuk menerima bahwa aku lelaki bejat dan jangan cengeng jika sedang bersamaku!” Bella menarik tubuh Julian dan memeluknya erat.
***
Alvaro mulai terusik dengan gerakan - gerakan kecil Nayara. Nay bergerak gelisah sedari tadi menahan ingin ke kamar mandi. Nay mencoba menurunkan tangan Al justru Al semakin mengeratkan pelukannya.
Terpaksa Nay berbalik untuk memandang Alvaro. Tangan Al tetap memeluk pinggang Nay. Nayara mengangkat tangannya untuk membelai wajah Al. Refleks tangan Al menyusul untuk menggenggam tangan Nay.
Saat Al melepaskan tangannya dari pinggang Nay, kesempatan untuk Nay bangkit dan berlari ke kamar mandi. Alvaro yang menyaksikan hanya tersenyum sembari mengelus keningnya.
Dinginnya hawa pagi membuat Al malas untuk bangun. Al kembali menarik selimutnya untuk membuat tubuhnya lebih hangat. Menyadari Nay sudah kembali dari kamar mandi dengan pura - pura masih tertidur Al ingin melihat apa yang akan dilakukan Nay.
Nay menggeleng mendapati Al kembali tertidur. Perlahan Nay kembali naik ke ranjang dan duduk di sebelah Al. Sambil menggosokkan kedua tangannya karena merasa dingin, Nay menatap wajah Al.
Tanpa sadar bibir Nay berucap mengakui dan memuji ketampanan seorang Alvaro. Sebuah pengharapan juga terselip dalam ucapan Nayara.
“Aku baru sadar kalau kamu memang sangat tampan tuan Alvaro, seandainya saja kamu bukan penjahat wanita dan seandainya aku bukan seorang yang tak jelas asal usulnya, mungkin sesuatu yang lebih akan tumbuh di sini.” Nay tersenyum sambil menyentuh sebelah dadanya.
Betapa gembiranya Alvaro mendengar pengakuan Nayara walaupun tidak secara langsung diungkapkan kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Acak"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".