PART 3

1.1K 61 0
                                    

Dua jam menunggu membuat Nayara bosan. "Kenapa tumben malam ini rasanya begitu bosan" batin Nay. Nayara berniat membeli air minum dan camilan untuk dibawanya ke mobil.

Bermaksud untuk menunggu di mobil. Karena mata Nayara terasa berat akibat mengantuk. "Waaheeem...". Nayara menguap menandakan kantuknya sudah semakin menjadi.

Jalanan mulai agak sepi. Pikiran Nayara sedikit takut untuk menunggu di depan minimarket. Karena anak - anak yang nongkrong sudah pada pulang. Nayara kembali ke mobilnya.

Belum sampai ke mobil, tiba - tiba "aaawch... tangan Nayara ditarik oleh seseorang dari belakang. Nayara berbalik. Dan melihat dua orang yang mengganggunya tadi. "Hai manis kita bertemu lagi". "Tampaknya kita memang berjodoh" kata orang yang satunya.

Nayara menepis tangan orang tersebut. Tapi orang yang lagi satu meraih tangan Nayara kembali. "Lepaskan!" Nayara menarik tangannya dari genggaman orang tersebut. "Brengsek, mau apa kalian" bentak Nayara.

"Hmmmm...kami mau kamu sayang!". "Kamu masih sangat muda, manis, tubuhmu mungil tapi sangat seksi" seringai orang tersebut. "Dasar bajingan kalian....lepaskan..!" teriak Nayara.

Kondisi jalan yang sangat sepi memudahkan mereka membawa Nayara. Salah seorang dari mereka membekap mulut Nayara. Yang satunya memegang tangan Nayara dari belakang.

"Lepaskan!" Nayara memaksa melepaskan diri. Tidak menghiraukan kata - kata Nayara, kedua orang preman tersebut membawa Nayara ke sebuah ruko kosong di dekat sana. Nayara masih berteriak dan meronta meminta untuk dilepaskan.

"Bruuuk...." tubuh Nayara didorong dan terjatuh. "Mau apa kalian!" Nayara berusaha bangkit namun ditahan salah seorang dari mereka. "Kroeeeeek..." Mereka berhasil merobek baju Nayara.

Nayara mulai ketakutan. Nayara menangis dan menjerit minta tolong. Tak ada satupun pertolongan datang. Nayara berusaha ingin lari. "Tidak akan semudah itu kamu lari dari kami manis" kata orang tersebut.

Dan orang yang satunya mulai mendekati Nayara. Dengan cepat orang tersebut menindih tubuh mungil Nayara. "Aaaaaa......lepaskan" jerit Nayara. Nayara terisak. Jeritannya tidak ada artinya. Tidak akan ada yang menolong.

Salah satu preman tersebut memaksa mencium Nayara. "Brengsek lepaskaaaan..." Nayara tetap mempertahankan dirinya. Nayara tidak memperdulikan bajunya yang sudah sobek. Dua berbanding satu tentu saja Nayara kalah.

"Plaaakk!". Sebuah tamparan keras melayang di pipi Nayara. Kepala Nayara terbentur dinding. Cairan merah mulai mengalir dari dahi Nayara. Dalam keadaan lemas kedua preman tersebut bebas menyentuh bagian tubuh Nayara. Mencium bibir Nayara hingga leher.

Dua preman tersebut tertawa bangga. Perlahan preman itu mulai membuka pakaian Nayara. Seperti singa kelaparan preman tersebut tidak sabar ingin melihat tubuh mulus seorang gadis. "Buuuukkk" sebuah tendangan keras mendarat di pinggang salah satu preman dan tersungkur.

Seorang pria bertubuh tegap tengah berdiri di belakang kedua preman tersebut. "Sialan siapa kamu?". Bukannya menjawab pria tersebut kembali melancarkan pukulan dan tendangannya terhadap kedua preman.

Baku hantam terjadi. Beberapa kali terjatuh akibat pukulan dari pria misterius, akhirnya dua preman itu menyerah. Pria itu menatap Nayara. "Hei..bangun, heii...!". Pria itu menepuk - nepuk pelan wajah Nayara.

Dengan pandangan sedikit kabur mata Nayara terbuka. Melihat pria misterius itu Nayara menjerit. "Hei, tenanglah aku akan menolongmu". Pria itu berusaha menenangkan Nayara.

Tubuh Nayara masih bergetar akibat rasa takut. Nayara menyentuh dahinya yang terasa sakit dan sedikit basah karena darah. "Awch..." Nayara memekik saat melihat darah ditangannya. "Sini biar aku bantu" pria itu menawarkan diri.

Dalam posisi terduduk dan menyandar di dinding Nayara melihat pakaiannya yang sudah terkoyak. Nayara menatap pria itu namun tidak terlihat jelas.

Karena kondisi tempat itu sedikit gelap. Dengan segera Nayara menyilangkan tangan di depan dadanya. Tidak menunggu lagi pria tersebut melepas jaket yang dikenakannya dan memakaikannya kepada Nayara.

"Terima kasih" ucap Nayara. Pria misterius itu tidak menjawab. Pria misterius itu mengalungkan sebelah tangan Nayara di lehernya. "Mau apa kamu!" Nayara menarik tangannya. "Sudahlah ikuti saja" kata pria itu. Nayara tetap menolak. "Apa kau bisa berjalan sendiri?" tanya pria itu menatap sinis Nayara. "Maaf" kata Nayara.

"Dimana rumahmu?" tanya pria itu. "Aku bisa pulang sendiri" kata Nayara. Mendengar jawaban Nayara pria itu menoleh ke arah Nayara tak percaya. "Dasar keras kepala!" gerutu pria itu.

"Aku bawa mobil, antar aku ke mobilku!" pinta Nayara. Pria tersebut masih membopong tubuh Nayara. Ketika sampai di dekat mobilnya Nayara terpana. Saat ini terlihat jelas seorang pria tampan telah menyelamatkan dirinya. Sangat tampan dengan bodynya yang keren berbalut kaos ketat.

"Kuncinya" kata pria itu. Nayara meraba saku celananya. "Owh siaaal, pasti terjatuh di tempat tadi". "Ponselku?!". "Aaaaah..kacau" kata Nayara.

"Ikut aku, aku akan mengantarmu" kata pria itu. "Tidak usah, aku sedang menunggu temanku disini". "Apa, jam segini nunggu teman!" kata pria itu. "Eng.....". Nayara tidak bisa menjawab. Tidak mungkin juga dirinya jujur bahwa dirinya sedang menunggu seorang pekerja seks.

"Apa yang harus aku lakukan". "Bagaimana dengan Bella" batin Nayara. Lama berpikir, kepala Nayara terasa pusing. Tubuh Nayara terhuyung yang segera ditangkap oleh pria misterius itu. Sudah tidak ada pilihan lagi, terpaksa Nayara mendengarkan pria tersebut.

"Jangan keras kepala, ayo ikut aku". Dengan memapah Nayara, pria tersebut membawa Nayara ke sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari mobilnya.

"Kita mau kemana? tanya Nayara. "Ke tempatku!" jawab pria itu singkat. Tidak banyak bicara pria itu langsung melajukan mobilnya. "Mobil dan ponselku bagaimana?" Nayara bicara sendiri. "Besok aku bantu carikan" kata pria itu.

"Nama kamu siapa?". "Terima kasih sudah membantuku". "Beberapa kali menunggu disana tidak pernah aku lihat preman tadi!" tanpa sadar Nayara berkata seperti itu yang langsung disadarinya. "Maksudku aku tidak tahu jika ada preman di tempat itu" elak Nayara.

"Jadi kamu sudah sering kesana?". "Aku Alvaro, panggil saja Al" kata pria itu. "Yang aku tahu disana sering terjadi penangkapan mucikari yang sering melakukan transaksi disana". "Bahkan aku pernah melihat mereka menawarkan wanita - wanita cantik kelas atas untuk pelanggan mereka" tambah Al.

Nayara langsung terdiam mendengar kata - kata Alvaro. "Kenapa diam, namamu siapa?". "Jangan - jangan kamu salah satu wanita itu" selidik Al. "Awh..." pekik Nayara sambil memegang dahi untuk mengalihkan pembicaraan. Dan berhasil.

Lima belas menit kemudian mereka pun sampai di sebuah rumah sederhana dengan taman di depannya. Banyak lampu yang menghiasi rumah tersebut.

"Mobil sport dengan rumah sederhana seperti ini, seakan tidak nyambung" pikir Nayara. Alvaro segera membantu Nayara turun dari mobil. "Duduklah" perintahnya. Kemudian dia pergi dan kembali membawa kotak obat.

"Emmm...lebih baik kamu mandi saja dulu". "Setelah itu baru ku bantu bersihkan lukamu" kata Alvaro. "Tidak usah" jawab Nayara. Bukan bermaksud menolak tapi Nayara bingung karena telah meninggalkan Bella.

"Jangan membantah, nich handuk dan baju ganti". "Itu bajuku masih baru, tidak usah khawatir" tambah Al sambil melempar handuk ke wajah Nayara. "Dimana kamar mandinya" Nayara bertanya. "Tuch..." Al menunjuk ke arah belakang.

Segera Nayara pergi untuk membersihkan dirinya. Merasa jijik karena tubuhnya sempat disentuh oleh preman - preman tadi. Nayara membersihkan seluruh bagian tubuhnya.

Setelah melakukan ritual mandi, Nayara segera kembali ke ruang tamu menemui pria bernama Al tersebut. "Aku sudah selesai, bisa minta tolong antarkan aku ke tempat tadi!". "Gila aku bukan supirmu".

"Duduk". Tidak ada guna membantah. Lagipula kepala Nayara memang terasa pusing akibat benturan tadi.

Kalau kalian suka ceritaku, kasih ⭐ yang banyak ya, jangan lupa lho.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang