PART. 43 END

1.2K 27 2
                                    

Hari ini hari keenam Nay dirawat di rumah sakit. Kondisi fisik yang lemah membuatnya lebih lama dirawat. Alvaro baru saja pamit pulang untuk membersihkan diri dan beristirahat sebentar. Itupun karena bujukan Nayara. Jika saja gadis itu tidak memberikan ancaman, Al tidak mungkin mau untuk pulang.

Baru saja Nayara ingin memejamkan mata, terdengar suara seseorang memberi salam. "Selamat siang nak. Apa kabar?" Nayara menoleh dan mendapati Mr. Robert berdiri di sebelah tempat tidurnya.

Nayara berusaha bangkit namun segera dicegah oleh Mr. Robert. "Berbaringlah. Tidak usah dipaksakan. Saya datang kemari untuk berbicara sesuatu denganmu Nayara."

Mr. Robert menarik salah satu kursi dan duduk di sebelah tempat Nay berbaring. "Aku tahu kamu pasti membenci saya karena kejadian waktu itu. Saya minta maaf. Dan saya yakin saat ini kamu sudah tahu siapa Alvaro! Anak itu sangat membenci saya karena kamu. Jika hari ini saya meminta kamu setuju untuk menikah dengannya apa kamu bisa memenuhinya? Saya pernah kehilangan seorang anak karena sebuah perjodohan. Dan saya tidak ingin mengulanginya lagi." Nay bisa melihat keseriusan Mr. Robert.

Suasana terasa canggung setelah Mr. Robert menyampaikan maksud dari kedatangannya. "Mmm, maaf tuan saya tidak bisa mewujudkan permintaan anda saat ini. Luka yang ditorehkan masih terasa hingga saat ini atau mungkin sampai nanti." Mata Nay berkaca - kaca usai berbicara.

"Baiklah, saya tidak akan memaksa. Tapi jika kamu berubah pikiran, tangan saya selalu terbuka buat kamu dan juga Alvaro. Hanya itu yang ingin saya katakan. Istirahatlah." Mr. Robert bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu.

Belum sampai ke pintu Mr. Robert menoleh Nayara yang masih terdiam. "Saya tidak ingin kehilangan cucu saya dan saya berharap kamu bisa jadi bagian dari keluarga kami untuk bisa membahagiakan Alvaro." Setelahnya Mr. Robert berlalu meninggalkan Nayara.

***

"Weeeek..." Nayara berlari ke kamar mandi. Sejak pukul empat pagi tadi gadis itu mondar mandir dari kamarnya ke kamar mandi. Alvaro dan keempat adik Nay terjaga akibat dari gadis itu tengah ngidam.

Meskipun saat ini mereka belum memiliki status yang pasti tapi tidak melunturkan niat Al untuk menjaga gadis itu. Sebuah keyakinan jika kelak Nay akan menerima dirinya sebagai suami bukan lagi seorang kekasih.

Keempat adik Nayara juga telah mengetahui apa yang terjadi kepada Nay selama ini. Tidak malu ataupun menyesal, justru mereka bangga memiliki kakak seperti Nayara.

Mrs. Jenny yang beberapa saat menjauh dari Nayara karena berpikir akan dibenci oleh gadis itu kini mulai berani mengakui statusnya sebagai ibu. Bahkan tak segan - segan dirinya mengajak Nay beserta empat adiknya untuk tinggal beberapa hari di rumahnya.

Seperti sekarang ini Nay sedang berada di rumah ibunya. Nayara begitu manja dengan Mrs. Jenny mungkin karena bawaan bayi. Dengan statusnya yang sekarang bukannya Mrs. Jenny tidak ingin menasehati anaknya untuk menikah. Tapi memberinya waktu untuk berpikir dan bisa menerima itu akan lebih baik hasilnya.

Di halaman belakang rumah Mrs. Jenny terdapat taman yang lumayan luas. Di sanalah tempat favorit Nay jika sedang berada di rumah ibunya. Duduk di ayunan dengan tenang di sebuah taman membuat hatinya sejuk. Nayara berdiri, memejamkan mata sembari merentangkan tangan untuk merasakan hangat sinar matahari pagi menyentuh kulitnya. Dihirup nya dalam - dalam udara pagi yang memenuhi paru - parunya saat ini. Tak pernah terlintas di benak gadis itu jika hidupnya akan berakhir indah.

Bibir mungilnya menyunggingkan senyuman, menunjukkan betapa bahagia dirinya saat ini. Hingga sebuah tangan memeluk pinggangnya dari belakang. Dan seseorang menyurukkan kepalanya leher gadis itu.

Nayara tersenyum menyadari seseorang yang selalu ada dihatinya begitu memperhatikan dirinya. Aroma wangi yang sangat familiar dari tubuh seseorang yang tidak lain adalah Alvaro.

Alvaro mencium pipi Nay dengan penuh perasaan. Nayara berbalik untuk menatap wajah Alvaro. "Kenapa kamu jadi selembut ini?" Nayara merasakan betul perubahan sikap Al semenjak kejadian itu. Tidak lagi menjadi seorang pemaksa yang mengharuskan keinginannya.

"Apa aku selembut itu? Itu karena aku menyayangimu." Alvaro kembali mencium kening Nayara penuh kasih. Nayara mengangguk mendengar pertanyaan Avaro.

"Jadi bisakah kamu menerimaku sekarang? Aku sudah sangat berusaha." Al membelai kepala Nay sembari menyelipkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu. Nay mengedikkan bahu.

Alvaro berlutut meraih pinggang Nayara dan mencium perutnya yang mulai terlihat sedikit membesar. Nay menyentuh rambut Al yang berantakan tapi tetap keren dengan penampilannya. "Aku sangat menyayangi kalian. Meskipun harus selamanya tanpa ikatan aku akan tetap menjaga kalian." Hati Nayara tersentuh akan ucapan Alvaro. Bukan hanya sekedar ucapan, tapi kenyataan pria di hadapannya ini memang sangat peduli terhadap dirinya dan juga calon bayi yang ada dalam perutnya.

Nayara ikut berlutut untuk menatap wajah Alvaro. Mata pria itu berkaca - kaca merasakan kebahagiaan dan kesedihan dalam waktu yang bersamaan. "Aku sangat mencintaimu Nay dan anak kita." Al mencium kening Nayara lama. Memperlihatkan perasaannya yang begitu besar untuk Nayara. Alvaro membimbing Nay untuk berdiri dan kembali duduk di ayunan bersamanya.

"Al boleh aku bicara serius?"

"Tentu saja, apa?"

"Bisakah kamu kembali pada kakekmu?

Seketika pertanyaan itu membuat Al terdiam. Nay yang menyadari perubahan raut wajah Al, segera meraih tangan Alvaro dan menggenggamnya erat. "Dengarkan aku Al, aku tidak ingin melihat kalian seperti ini. Aku berharap kamu bisa kembali pada beliau. Aku rasa beliau sudah cukup menderita karena kehilangan putra dan menantunya. Dan mungkin beliau akan lebih sakit karena kehilangan kasih sayang dari cucunya." Nay serius dengan permintaannya.

Tapi sepertinya Alvaro masih memendam kecewa terhadap kakeknya. "Maaf Nay, sepertinya aku belum bisa untuk ini! Apa boleh kita ganti topik?" Al tersenyum sinis.

"Sepertinya hari ini di benakku hanya ada topik itu saja. Kalau kamu mau menggantinya, mungkin suasana hatiku akan berubah buruk!" Nayara memperhatikan apa yang akan dilakukan Al setelah mendengar ini.

"Baiklah, aku tidak ingin membuat suasana hatimu menjadi buruk. Tinggallah di sini beberapa hari lagi. Aku akan menjemputmu untuk kembali pulang." Al berdiri dan ingin pergi meninggalkan Nayara di taman.

"Jika kamu melakukannya mungkin aku akan mempertimbangkan permintaanmu barusan!" Teriakan Nay membuat tubuh Alvaro menegang dan berdiri mematung di tempatnya. "Jika kamu bisa memaafkannya, mungkin aku akan bersedia untuk bersamamu dalam satu ikatan!"

Alvaro memejamkan mata, mencerna setiap kata yang Nayara ucapkan. Senyumnya mengembang setelah menyadari apa yang dia dengar memang nyata. Al berbalik dan berlari kembali pada Nayara. Memeluk gadis yang selalu ada di hatinya.

"Kamu jangan mempermainkanku Nay. Aku berharap apa yang kamu katakan akan benar - benar kamu lakukan." Al dengan tatapan serius.

"Ups, aku hanya berkata mungkin dan itu belum pasti. Belum pasti berarti belum tentu aku laku...!" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Al terlebih dulu menempelkan bibirnya pada bibir Nayara. Nay memejamkan mata menerima ciuman dari Alvaro.

Pria yang selama ini mengisi hatinya. Pria yang membuatnya bertahan, meskipun sedikit arogan.

"I love you Nayara."

"I love you too Alvaro"

END

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang