Air mata semakin mengalir deras di pelipis Nay, sambil menggeleng - gelengkan kepalanya menahan rasa sakit. Alvaro tidak seperti dirinya, Al terlihat seperti orang lain. Kilat mata mengerikan terlihat dari tatapan dingin Alvaro.
Nay tak pernah melihat Alvaro yang seperti ini. Nayara semakin menjerit saat Al membalik tubuh gadis itu dan menghujamnya kembali dari belakang. Pekikan Nayara bagaikan angin lalu bagi Al. Tangan Nay mencengkram kuat bantal di bawahnya.
“Aaaaak...Al hentikan,sakit Al, apa salahku.” Suara Nay keluar saat dirinya sudah tak mampu lagi menahan rasa sakit di bagian paling sensitif tubuhnya. Rasa sakit, nyeri dan ngilu Nay tak dapat mengungkapkan rasa sakit yang dia rasakan. Terlihat darah mengucur dari milik Nay, membasahi paha dalam gadis itu.
Tersadar dari perbuatannya, Al melepaskan miliknya dari dalam Nay. Mengusap wajah dan mengacak rambutnya frustasi, itu yang dilakukan Al mengingat perbuatannya. Miliknya merah berisikan darah dari liang Nayara.
Nay seperti tak mampu menahan rasa sakit dalam dirinya saat ini. Semua terlihat berkunang - kunang dan semakin gelap. Al yang menyadari tubuh Nay gemetar menahan sakit, segera membalik tubuh gadis itu dan menepuk pelan pipinya untuk membuatnya sadar.
Mata Alvaro berkaca - kaca, setitik air mata lolos dan jatuh di pipi Nay. Sebagai laki - laki, untuk pertama kalinya Al menitikkan air mata dan itupun untuk seorang perempuan. Meskipun mata Nay terpejam, dirinya masih bisa merasakan hembusan nafas hangat Al tepat di atas wajahnya.
Nay juga bisa merasakan pria yang bersamanya saat ini meneteskan air mata untuk dirinya. Nayara berusaha untuk membuka matanya namun keadaannya saat ini tidak memungkinkan untuk hanya sekedar membuka mata.
“Nayara, bangun Nay, maafkan aku, aku mohon Nay bangun sayang!” Al masih mencoba membuat Nay untuk membuka mata. Tak sadar Al mengucapkan kata sayang kepada Nay dan Nay bisa mendengarnya dengan jelas. Tapi Nayara masih betah memejamkan matanya.
Al turun dari ranjang menuju ke kamar mandi untuk mengisi bathtub dengan air hangat. Setelah penuh Al kembali ke ranjang untuk melihat Nay. Al membelai kepala Nay dengan penuh sayang. Al berusaha mengangkat kepala Nay, mencoba mengikat rambut gadis itu.
Melihat kondisi Nay, Al membawa Nay ke dalam pelukannya. Dengan tubuh yang masih polos, Al membopong Nay ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dalam keadaan setengah sadar Nay merasakan dirinya tengah berada di kamar mandi bersama dengan Alvaro.
Kulit Nay terasa hangat saat Al mendudukan tubuhnya di bathtub. Al dengan penuh perhatian mulai membasuh tubuh Nay dengan sebelah tangan dan sebelah tangan lagi menahan punggung gadis itu.
Nay berusaha lagi untuk membuka matanya. Perlahan Nay dapat melihat Al di sebelahnya dengan pandangan kabur. Alvaro yang melihat Nay membuka mata, langsung membawa Nay ke dalam pelukannya.
Walaupun baru saja dirinya mendapatkan perlakuan kasar dari Al, tapi pelukan pria itu selalu bisa membuat Nay tenang dan nyaman. “Maafkan aku, maafkan.” Ujar Alvaro tulus dengan mata yang berkaca - kaca.
Tangan Nay menyentuh punggung Al sehingga pria itu mengeratkan pelukannya. “Aku minta maaf Nay.” Al mengulang perkataannya. Nay tetap tak menjawab, bukan karena marah tapi karena bibirnya terasa kelu. Tenggorokannya juga terasa kering. Hanya dengan belaian di punggung, Al sudah mengerti maksud Nayara.
Al melepas pelukannya, memandang Nay lekat kemudian mencium sayang kening gadis itu. Dalam rasa sakitnya Nay mulai merasa malu mengingat tubuh mereka berdua masih polos. Tak ingin Nay terlalu lama berendam, Al melanjutkan membersihkan tubuh Nay.
Mulai dari wajah Nay hingga pundak Al membersihkannya dengan penuh perasaan.
Berlanjut ke dada gadis itu, hingga membuat semburat merah di wajah Nay. Nay sempat menolak namun keinginan Al tidak dapat dibantah. Hingga Al menyentuh bagian paling sensitif Nayara membuat gadis itu memekik dan memejamkan mata. Nay meringis menahan rasa sakit yang kembali terasa saat Al menyentuhnya.
“Kamu tahan ya, aku akan membersihkannya.” “Aku akan bertanggung jawab atas ini.” Tegas Alvaro sembari membelai wajah Nay. Nay mengangguk lemah masih dengan mata terpejam. Perlahan Nay membuka kakinya, memberi akses Al untuk membersihkan miliknya. “Tolong pelan - pelan.” Nay berusaha bicara agar Al lebih berhati - hati.
Al bangkit dan mengatur air shower menjadi hangat. “Apa kamu bisa berdiri?” Al kembali dan memastikan keadaan Nayara. Nay mengangguk pelan. Setelah mendapat jawaban dari Nay, Al segera menggendong tubuh Nay dan menurunkannya di bawah shower. Al menyalakan shower untuk kembali membersihkan tubuh Nay dari sisa busa sabun.
Alvaro ikut basah karena kucuran air shower, di sana Nay dapat melihat ketulusan Al saat pria itu menjaga dirinya. Al mengambil handuk dan membalut tubuh Nay. Kembali Al menggendong Nay untuk membawanya ke tempat tidur dan membaringkannya di sana.
“Tunggu di sini dan jangan bergerak ataupun berusaha untuk bangun!” Pinta Al kemudian kembali ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selama Al di kamar mandi, banyak yang terlintas benak Nayara.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan Alvaro, kenapa pria itu berubah drastis. Tanpa ada suatu masalah pria itu tiba – tiba berubah kejam. Dan dalam sekejap pria itu kembali dengan sikap perhatiannya.
Nayara menghela nafas panjang, berusaha tidak memikirkan semua itu. Tapi apa daya, pria itu telah menguasai hati dan pikirannya. Beberapa menit berlalu, Nay melihat Al kembali untuk menemui dirinya. “Tunggu sebentar lagi, bersabarlah.” Al tersenyum dan membelai lagi kepala Nay.
Setelahnya Al berlalu dari hadapan Al untuk menuju ke lemari. Batin Nay bertanya – Tanya sebenarnya apa maksud pria itu meminta dirinya untuk bersabar. Al kembali dengan sepasang pakaian wanita di tangannya.
“Kamu harus mengganti handuk itu sebelum seseorang datang kemari.” Perkataan Al membuat Nay berpikir siapa yang akan datang ke sana. Tak ingin membahas lebih jauh, Nay hanya mengikuti setiap permintaan dari Alvaro. “Apa masih terasa sakit?” Al memastikan kembali. Nay hanya mengangguk sebagai jawaban.
Al membantu Nay untuk memakai pakaiannya Nayara tahu bahwa itu bukan bajunya, tapi gadis itu saat ini enggan berkomentar. “Al aku bisa memakainya sendiri.” Nay berusaha menolak bantuan dari Al, namun pria itu justru membuat Nay merasa malu.
“Apa kamu masih malu bertubuh polos di hadapanku?” “Aku sudah mengetahui setiap bagian tubuhmu, jadi apa yang kamu pikirkan lagi dan apa yang membuatmu malu?”
Tanpa sadar Nay menjawab sedikit ketus. “Seberapa sering pun kamu menyentuhku, aku tetap seorang wanita yang punya perasaan.” “Apalagi aku hanya seorang wanita untuk pemuas nafsu dan hanya seorang wanita yang tidak sah untukmu!” Ada sedikit kemarahan dan penyesalan dalam kalimat Nayara.
Satu jari Al menempel di bibir Nay, mengisyaratkan Nay untuk tidak melanjutkan kalimatnya lagi. “Aku tidak pernah menganggapmu seperti itu Nay.” “Apa kamu ingin tahu yang sebenarnya?” “Apa kamu berharap lebih dari yang kita jalani sekarang Nay?” Nay diam, sebab dirinya juga tidak pernah berpikir jauh tentang hubungan mereka. Yang Nayara tahu hanya menjalani yang saat ini sedang terjadi.
Sambil tetap berbicara, Nay sudah selesai mengenakan bajunya. “Apa kamu tidak ingin mengetahui kenapa aku tiba – tiba berubah seperti tadi Nay?” Nay sangat ingin tahu, tapi suara deru mobil terdengar masuk ke dalam pekarangan rumah Al. Al mendekatkan wajahnya pada Nay. Sebuah ciuman lembut kembali Nay rasakan menyentuh bibirnya.
____________________________________
Hai semua....
Jika suka, terus ikuti ceritaku ya.
Terima kasi vote-nya ya.
🖐
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
De Todo"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".