PART 16

1.4K 32 3
                                    

Nayara menghentak - hentakkan kakinya berusaha melepaskan diri. "Lepaskan brengsek..." Nay berhasil melepaskan kakinya dari cengkraman tangan Julian. Menyadari tidak akan berhasil membuka pintu, Nay berlari ke kamar mandi.

Nasib sial, pintu kamar mandi tidak bisa dikunci. "Sial, apa yang harus aku lakukan, berpikir Nay berpikir." Nay mencoba memutar otak untuk mencari cara bebas dari Julian. Sambil tetap menahan pintu kamar mandi.

"Ayolah sayang keluar, tidak ada gunanya kamu melawan." Dengan yakin Julian berkata. "Bodoh, kenapa tidak terpikir dari tadi." Gerutu Nay yang menyadari dirinya masih memegang ponselnya. Tapi siapa yang harus dihubungi, Nay kembali berpikir.

"Alvaro." Seketika terlintas nama itu dibenak Nay. Dengan tangan gemetar Nay mencari nomor Al. "Angkat please..." Nay sedikit panik karena Julian masih menggedor pintu kamar mandi.

"Nayara ayo keluar jangan seperti ini, aku tahu kamu juga sama seperti Bella, jangan munafik kamu Nay." Teriak Julian. Nay tidak merespon apapun perkataan Julian. Tubuhnya mulai lelah menahan pintu.

"Aku mohon tolong aku." Kata Nay setelah teleponnya tersambung. Tiba - tiba sambungan terputus karena sinyal yang kurang bagus. Dengan punggung yang masih menahan pintu, Nay mencoba membagikan lokasi dimana saat ini dirinya berada melalui ponselnya yang ditujukan kepada Al.

***

Alvaro menyadari ada sesuatu yang terjadi terhadap Nay. Alvaro mencoba menghubungi Nay namun tidak bisa. Jaringannya tiba - tiba hilang. Tak berselang waktu lama sebuah pesan whatsapp menunjukan bagi lokasi yang dikirim oleh Nay. Tanpa ragu Al mengikuti petunjuk untuk menemukan lokasi Nay saat ini berada.

***

"Brrruuaaak..." Julian mendobrak pintu hingga membuat Nay terpental dan kepalanya membentur dinding. Ponselnya terlepas dari genggaman Nay. "Sudah kubilang jangan seperti ini." "Jika saja tadi kamu menuruti ucapanku tidak akan seperti ini jadinya." Geram Julian sambil meraih tangan Nay dan menariknya keluar dari kamar mandi.

Meski terasa pusing Nay masih berusaha memberontak. Tentu saja kekuatan Julian lebih besar daripada dirinya. Nay berteriak meminta pertolongan siapapun yang ada di luar. Namun suasana tetap sepi, hanya suara dirinya dan Julian yang memenuhi ruangan. Julian menghempaskan tubuh Nay di ranjang.

Julian mengambil sebuah selendang yang entah darimana dia mendapatkannya. "Hentikan Julian ini tidak benar, aku mohon." Julian tetap mendekat dan mengikat paksa tangan Nay di kepala ranjang tempat tidur.

Nay mulai menangisi dirinya. Kenapa ini selalu terjadi pada dirinya. Sikap tegar yang selalu ditunjukkannya kini lenyap. "Untuk apa kamu menangis, bukannya ini pekerjaanmu juga." "Tenang saja, aku tidak akan lari dari tanggung jawab." "Berapa nilai yang harus aku bayar kepadamu dan Tante Yola." Seru Julian sembari tersenyum licik.

Air mata Nay terus mengalir tanpa suara tangis. "Aku tidak menjual tubuhku untuk mendapatkan uang." Tegas Nay. "Ssss...Haruskah aku percaya ucapanmu." Julian yang duduk di pinggir ranjang berdesis mendengar ucapan Nayara.

"Apapun itu, aku ingin kamu melayaniku malam ini." "Dan aku tidak suka dengan penolakan." Julian mengacungkan telunjuk ke arah Nay. "Kumohon lepaskan aku Julian." "Tidak akan." Jawab Julian yang bangkit dari duduknya.

Julian membuka lemari dan mengambil lakban di dalam lemari. Nayara yang melihat semua itu mulai berpikir. "Apa kamu sudah merencanakan semua ini sejak awal?" "Hahahah....selain manis ternyata kamu memang pintar Nay." Seringai Julian.

"Dasar brengsek kamu Julian, bajingan kamu." Nay berontak dan menghentakkan kakinya diranjang. "Hei, terserah apa saja yang kamu katakan sayang, yang jelas aku ingin menikmati tubuhmu malam ini." Julian mendekati Nay dengan lakban di tangannya.

"Hentikan Julian aku mohon." Nay menggelengkan kepala. Tidak peduli yang dikatakan Nay, Julian tetap menempelkan lakban pada bibir Nay. "Siapapun tolong aku." Hati Nay terasa perih.

"Sayang, sekarang kamu boleh menangis tapi nanti kamu sendiri yang akan merangkak di atas tubuhku meminta untuk aku puaskan." Ucap Julian sambil menyentuh dagu Nay dan mengecup bibir Nay yang tertempel lakban. Nay memalingkan wajahnya berusaha menghindar. Saat ini Nay begitu membenci dirinya.

"Ayolah sayang, lihatlah milikku sangat keras hanya karena memikirkanmu." Julian membuka handuknya dan memperlihatkan miliknya kepada Nay. Kembali Nay memalingkan wajah dan memejamkan matanya. "Dasar gila." Gerutu Nay dalam hati

Julian perlahan mendekat dan naik ke ranjang. "Aku sangat menginginkanmu nona." Seringai Julian sambil merangkak ke atas tubuh Nay. "Mmmmm...." Nay berontak dan menggelengkan kepalanya. Air matanya mengalir semakin deras.

Julian mulai meraba bagian tubuh Nay. Dari perut hingga ke dada Nay yang masih berbalut piyama. Tidak ingin dipermainkan, Nay mengangkat kaki dan sebuah tendangan mendarat tepat di batang milik Julian. "Aaaakkkh...." Julian bersimpuh dan memekik merasakan sakit di bagian vitalnya.

"Perempuan sialan, kamu memang tidak bisa diajak bermain halus ya, oke kalau itu kemauanmu akan aku lakukan." Julian serius dengan ancamannya. Julian menarik celana piyama yang Nay kenakan.

Nay berusaha menahan celananya agar tidak terlepas. Namun kondisi Nay tidak memungkinkan untuk mempertahankan pakaiannya untuk tetap melekat di tubuhnya. Setelah melempar celana Nay, Julian membelalakan mata melihat pemandangan indah di hadapannya.

Nay merapatkan kakinya. "Kamu memang cantik Nay." Ucap Julian sambil memaksa membuka lebar kaki Nay. Sedari tadi melakukan perlawanan membuat tenaga Nay habis. Bagaimanapun dirinya melawan tidak akan ada gunanya.

Nay pasrah, mungkin ini sudah menjadi nasibnya. Selalu dilecehkan para pria seperti Julian. Dengan leluasa Julian menyentuh kaki, paha dan naik hingga membelai milik Nay yang masih terbalut celana dalam.

Kembali Julian merangkak ke atas tubuh Nay. Membuka baju piyama Nay dengan menarik paksa hingga kancing piyamanya terlepas. Menampakan dada Nay yang masih terbungkus bra. Rasanya sudah tidak sabar Julian untuk menerjang tubuh Nay.

Julian mulai mencium dan meremas dada Nay. Nayara hanya bisa memejamkan matanya. Dengan cepat Julian melepaskan bra yang memperlihatkan dua bukit mulus milik Nay.

"Mmmhhh." Dengan lahap Julian menggigit, mengulum, menjilat payudara Nay. Nay hanya bisa menggigit bibir karena perlakuan Julian. Jilatan Julian turun ke perut Nay kemudian turun ke titik sensitif milik Nay.

Julian melepas celana dalam Nay. Hanya tersisa baju piyama dan bra yang memang tidak bisa dilepas karena tangan Nay yang terikat. Julian mendekatkan wajahnya pada inti Nay. Menjilat lembut berusaha merangsang Nay.

Namun nay tetap bergeming dan memejamkan mata. Julian menyapukan lidahnya di setiap lekukan inti Nay. "Mmmmhhh.. kamu memang nikmat Nay." "Aku juga ingin mencium bibirmu itu." Ucap Julian. Julian membuka lakban yang merekat di bibir Nay. Tanpa menunggu Julian langsung memagut bibir Nay dan menggigitnya.

Gerakan Julian tiba - tiba berhenti mendengar suara seseorang memanggil - manggil nama Nayara. "Nayara kamu dimana." Teriak Al. Kemudian dibarengi dering ponsel yang terdengar di kamar mandi.

"Alvaro, tolong aku." Nay berteriak mengambil kesempatan saat lakban bibirnya masih terbuka. "Sialan." Julian kembali memasang lakban pada mulut Nay.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang