PART 15

1.8K 31 2
                                    

Tanpa terasa hari sudah menjelang sore dan udara semakin dingin. Dinginnya menusuk hingga ke tulang. "Iiiii.... Bell lebih baik kita balik ke villa yuk, udaranya semakin dingin ni." Ajak Nay.

"Ayo." Bella terlihat kecewa dengan raut wajah yang ditekuk. "Dari tadi manyun terus, kenapa?" "Hari ini tidak seru dan sedikit kecewa, apa yang aku pikirkan tidak sesuai dengan harapan." Bella berharap Julian akan menemaninya seharian berkeliling di kebun Teh. Tapi kenyataannya Julian harus pergi beberapa jam untuk sesuatu yang dikatakannya penting.

"Ya kecewa sih kecewa tapi jangan manyun terus dong." "Lagian nggak rugi - rugi banget, kita bisa istirahat dari pekerjaan kita kan." Jawab Nay. "Kerja apaan, pekerjaanku cuma itu - itu saja dan aku kesini juga berharapnya itu bisa bareng Julian Nay." Keluh Bella.

Nayara tersenyum mendengar curhatan Bella. "Bukannya tadi pagi kamu sudah bersama Julian sampai - sampai aku ditinggal di depan villa." "Mana aku sendiri tidak ada temannya, kamu dan Julian malah membuat suara - suara erotis saat aku melewati kamar kalian." Ujar Nay.

"Sialan, sejak kapan kamu punya kebiasaan menguping Nay." Bella menatap Nayara sambil mencubit pipinya. "Iiiuuuuh.. sakit tahu, siapa juga yang nguping, orang suara kalian yang terlalu keras, bagaimana orang yang diluar tidak mendengar..." Jawab Nay yang membuat merah wajah Bella.

"Kenapa wajahmu memerah?" Nay memperhatikan wajah Bella yang merah karena malu. "Kegiatan itu kan sudah biasa buatmu Bell." Bella hanya diam. Nay tampak berpikir melihat raut wajah Bella yang berubah ketika membicarakan tentang Julian.

"Jangan - jangan kamu suka sama Julian ya." Tebak Nay sambil menunjuk - nunjuk hidung Bella." "Apaan sih, tapi jujur saja memang iya Nay." "Tapi bukannya saat ini dia hanya menganggapmu sebagai partner seks nya saja." "Dan aku juga sedikit ragu dengannya atau mungkin hanya perasaanku saja." Kata - kata Nay berhasil menjatuhkan harapan Bella.

"Ingat Bell, pekerjaan kita bukan pekerjaan yang baik dan orang akan memandang kita sebelah mata." "Pria yang mau menatap kita hanya menginginkan tubuh kita." "Jadi, apa masih bisa kita memperoleh yang namanya cinta?!" Ujar Nay panjang lebar.

Penjelasan Nayara kembali mengingatkan sisi gelap kehidupan mereka yang tidak banyak diketahui orang. Bella menghela nafas panjang mengingat status dirinya saat ini yang hanya seorang budak seks bagi pria hidung belang.

"Itu hanya berlaku untukku saja Nay sedangkan kamu masih bisa menjaga mahkotamu dengan baik, kamu hanya mengantarkan wanita sepertiku untuk melayani pria hidung belang." Bella menunduk. Nay menggeleng mengingat dirinya juga bukan seorang wanita yang baik.

"Apa bedanya Bell, orang akan memandang kita sama, hanya seorang wanita yang hina, jadi kita jangan mengharap sesuatu yang lebih, itu akan lebih bagus." Nay tersenyum ke arah Bella. Bella juga kembali tersenyum mendengar kata - kata Nayara yang memang benar adanya.

Sambil bercerita mereka akhirnya sampai di villa dan mendapati mobil Julian sudah terparkir disana. "Kenapa dia tidak menyusul kita?" Nay hanya mengedikkan bahunya. Berjalan beriringan Nay dan Bella masuk ke villa.

"Kalian sudah kembali." Suara Julian terdengar parau seperti baru bangun tidur. "Maaf aku tidak menyusul kalian, aku sangat lelah setelah sampai di villa" Ujar Julian.

Nay dan Bella hanya tersenyum. "Tidak apa - apa." Ujar Bella. Nay permisi untuk ke kamar dan Bella juga pergi ke kamarnya disusul oleh Julian. Melihat sikap Bella tidak lagi manja Julian mencoba menggoda Bella.

Julian menutup pintu kamar dan menguncinya. "Kenapa pintunya dikunci, apa kamu ingin bercinta denganku." Bella to the point terhadap Julian. "Apa kamu marah?" Selidik Julian. "Menurutmu apa pantas wanita sepertiku marah setelah dibayar."

Julian menarik tangan Bella dan membawa ke pelukannya. "Karena aku sudah membayarmu jadi tidak masalah jika aku ingin terus menyentuhmu bukan." Seringai Julian sambil meremas dada dan satu tangannya meremas pinggul Bella.

Bella yang terangsang dengan perlakuan Julian mulai membalas setiap sentuhannya. Tak segan - segan Bella meremas milik Julian yang sudah mengeras. "Dasar lelaki hidung belang, disentuh sedikit saja sudah tegang." Ucap Bella.

"Kau juga wanita jalang, sedikit saja aku melirik apalagi menyentuhmu dengan sukarela kau akan menyerahkan dirimu." Kalimat itu terasa menusuk hati Bella kenapa baru saat ini dirinya menyadari bahwa dirinya tidak boleh memiliki perasaan terhadap partnernya.

Dengan perasaan jengah Bella mendorong tubuh Julian hingga membentur dinding. Bella berjongkok dan menurunkan celana yang digunakan oleh Julian. Digenggamnya milik Julian yang sudah menegang sempurna.

Dijilatnya ujung batang milik Julian dan memasukkan ke dalam mulutnya membuat Julian mendongak merasakan nikmat. Julian melenguh sambil menekan kepala Bella agar mengulum miliknya lebih dalam.

Mereka terus melakukannya hingga percintaan itu terjadi sampai dua kali. Bella merasakan lelah pada tubuhnya. Dua ronde sehabis jalan - jalan lumayan membuatnya lelah dan mengantuk. Buruknya lagi dirinya terlelap tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.

Sedangkan Julian masih menginginkan pelepasan sekali lagi. Julian memegang miliknya yang masih mengeras. Julian melirik jam tangannya masih jam sembilan malam. "Kenapa jam ini lama sekali." Batin Julian.

"Menunggu satu jam lagi untuk mencapai tujuan itu tidak masalah." Batin Julian. Sebuah rencana busuk yang telah diaturnya sedemikian rupa. Hanya dengan menggunakan handuk Julian menutupi setengah tubuhnya.

***

Satu jam berlalu, Julian memeriksa keadaan Bella yang masih tertidur dengan lelapnya. "Walaupun diguncang dia tidak akan bangun." Pikir Julian. Dengan hanya memakai handuk di pinggang, Julian pergi ke kamar Nayara. Tentu saja Julian bisa melakukan itu, karena tidak ada orang lain lagi di villa hanya mereka bertiga.

Sampai di depan kamar Nay, Julian mengetuk pintu dan memanggil Nay. "Nay, Nay." Nay yang masih terjaga karena asyik bermain games segera bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu.

Betapa terkejutnya Nay melihat pemandangan di hadapannya. "Astaga apa yang kamu lakukan." Nay memekik sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. "Aku pinjam kamar mandi, kamar mandi di kamarku di pakai Bella." Julian berbohong.

Nay mempersilahkan Julian masuk masih dengan tangan yang menutupi wajahnya. Kesempatan itu dipakai Julian untuk menutup dan mengunci pintu. Nay yang mendengar suara pintu dikunci langsung menoleh ke arah pintu.

"Apa yang kamu lakukan, kenapa pintunya dikunci." Tanya Nay sedikit panik merasa ada yang salah dengan tindakan Julian. "Aku kemari hanya karena merindukanmu Nayara." "Aku sangat tertarik padamu, sangat ingin menyentuh setiap jengkal tubuhmu." Seringai Julian.

Nay menggeleng, mundur dari posisinya. "Ini gila, kamu sudah gila Julian." Bentak Nay. Julian semakin mendekati Nay. "Aku tidak gila Nay, tapi aku tergila - gila padamu Nay."

Dengan Cepat Julian memeluk tubuh dan menciumi wajah Nay. "Brengsek, lepaskan." Bentak Nay sambil memberontak. Sekuat tenaga Nay meronta dan mendorong tubuh Julian. Nay berhasil terlepas dari Julian.

Kesempatan itu digunakan oleh Nay untuk mencapai pintu. Tapi tidak semudah itu, piyama yang dipakainya ditarik oleh Julian membuat Nay terjatuh dalam posisi terduduk di lantai.

Nay berusaha menahan rasa sakit dipinggulnya akibat terbentur lantai. Dengan menyeret mundur pinggul dan kakinya Nay berusaha keluar dari kamar itu. Namun tangan Julian meraih kaki Nay dan menariknya. "Lepaskan....!" Teriakan itu seakan tidak ada gunanya.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang