Satu bulan berlalu tinggal di rumah yang sama, kantor yang sama Nay dan Al menjalani hari seperti biasa. Hingga saat ini Nay belum juga tahu siapa sebenarnya Alvaro. Nayara juga sudah mulai paham tentang masalah keuangan perusahaan tentu saja atas bimbingan dari Al.
Kebersamaan satu sama lain seperti susah untuk dipisahkan. Begitu juga dengan Mrs. Jenny terlihat semakin dekat dengan Nayara. Bahkan tidak segan - segan Mrs. Jenny mengajak Nay untuk makan malam bersamanya.
Seperti malam ini Mrs. Jenny mengajak Nay pergi ke sebuah tempat makan berkelas yang Nay belum pernah kunjungi. Tentu saja Alvaro pasti ikut. Sebenarnya Nay juga sedikit bertanya - tanya, mengapa wanita itu sangat memperhatikan dirinya.
Tapi Nayara selalu menghormati wanita yang dianggapnya seperti ibu baginya. Pada saat Nayara pergi ke toilet, Mrs. Jenny mengungkap sebuah fakta kepada Alvaro. Membuat pria itu tak percaya dengan kenyataan yang baru saja dirinya ketahui.
Nayara adalah anak dari Mrs. Jenny yang ditinggalkannya di sebuah panti asuhan. Tapi bagaimana mungkin sepengetahuan Al, Mrs. Jenny belum menikah sampai saat ini. Akhirnya Mrs. Jenny menceritakan dari awal mengapa dirinya sampai saat ini memutuskan tidak menikah.
Alvaro sedikit geram mendengarkan cerita dari Mrs. Jenny tapi mengetahui kenyataan yang dialami wanita paruh baya itu membuat Al mengerti mengapa Mrs. Jenny mengambil keputusan seperti itu.
Air mata menggenangi pelupuk mata wanita yang saat ini ada di depan Alvaro. Ada keinginan terpendam saat wanita itu bersama dengan Nay, yaitu memeluk gadis yang kini sudah tumbuh dewasa. Lebih tepatnya, anak gadisnya yang telah tumbuh dewasa. Alvaro merasa iba melihat kesedihan yang terpancar dari mata Mrs. Jenny.
Suasana yang tadinya ceria tiba - tiba berubah hening sesaat, hingga Nayara kembali bergabung bersama mereka. Nay bisa melihat perubahan suasana yang terasa seperti canggung di antara Al dan Mrs. Jenny.
“Apa ada yang terjadi selama aku pergi ke toilet?” Nay melontarkan pertanyaan yang membuat Al dan Mrs. Jenny menoleh bersamaan. “Sepertinya kalian berdua sangat kompak hari ini.” tambah Nay. Nay juga melihat ada kesedihan di mata Mrs. Jenny yang tumben dilihat olehnya.
“Maafkan aku Mrs., tapi hari ini adalah hari yang mengingatkan Mrs. Jenny akan kesedihannya terdahulu.” Mrs. Jenny mendongak memandang Alvaro, berpikir ternyata salah dirinya bercerita hari ini. “Dirinya ditinggal sendiri di kota ini sedangkan orang tuanya pindah keluar negeri.” Ujar Al untuk mencairkan suasana walaupun terasa konyol.
Nayara mengusap punggung Mrs. Jenny hanya ingin memberi ketenangan. Wanita paruh baya itu sudah tidak tahan dengan perasaannya. Mrs. Jenny menarik tubuh Nay sembari membawa ke pelukannya.
Air mata Mrs. Jenny luruh membasahi kedua bagian pipinya. Nay yang tak mengira Mrs. Jenny secengeng ini, tapi mungkin karena masalah orang tua jadinya sedikit sensitif. Kembali Nay berpikir Mrs. Jenny masih beruntung memiliki orang tua. Tidak seperti dirinya yang tak mengetahui asal - usulnya.
Nay menarik tubuh Mrs. Jenny dan memperlihatkan senyumnya kepada wanita yang tengah menangis tanpa suara di depannya. “Jangan terlalu memikirkan masalalu Mrs, anggap saja aku keluargamu.” Ucap Nay tulus. Tanpa bicara Mrs. Jenny kembali memeluk Nay erat.
Alvaro menyaksikan adegan mengharukan di hadapannya saat ini. Seorang ibu yang merindukan anaknya dan seorang anak yang menganggap dirinya sendiri tanpa memiliki keluarga.
“Sudah cukup pelukannya giliranku kapan, masa cuma Mrs. Jen saja yang dipeluk.” Kata - kata Alvaro membuat Mrs. Jen dan Nay tertawa walaupun masih ada sisa tangis dalam sela tawa Mrs. Jenny. Al kembali mengajak mereka melanjutkan menikmati makanan yang telah terhidang di meja.
Sesekali Al melirik Mrs. Jenny yang sedang menyantap hidangan yang telah dipesannya. Sambil menyelidik Al juga melirik ke arah Nay untuk memastikan gadisnya itu curiga atau tidak. Al bisa bernafas lega ketika melihat Nay tengah menikmati makanannya. Alvaro pun kembali meneguk minuman di gelasnya hingga tandas.
Tengah asyik menikmati makanan, mereka dikagetkan dengan pekikkan seseorang dibelakang Nay. Penasaran, Nay membalikan badannya ingin melihat apa yang terjadi. Seorang wanita dewasa, cantik dan seksi ditabrak seorang pelayan yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Membuat wanita itu memekik karena pakaiannya kena tumpahan minuman yang dibawa sang pelayan.
Tak ingin menjadikan wanita itu tontonan, Nay kembali melanjutkan makannya. Berbeda dengan Alvaro dan Mrs. Jenny yang masih memandang lekat wanita itu. Bingung Nay juga kembali melihat wanita cantik itu. Nay menatap Al, Mrs. Jenny dan wanita itu. “Ada apa dengan mereka.” Pikir Nay sembari melambaikan tangannya di depan wajah Al.
Pandangan Al tetap fokus kepada wanita itu, seperti terkejut melihat sosok wanita cantik di depannya. Begitu pula Mrs. Jenny sama terkejutnya dengan Al. Tampak wajah Al terlihat tegang dan rahangnya sedikit mengeras. Nay semakin geram, merasa diabaikan Nay memukul pelan tangan Al. Tersadar dari keterkejutannya, Al meminta maaf kepada Nay. “Di kantor banyak wanita cantik, tapi tatapanmu berbeda ke wanita itu!” Seru Nay sarat akan rasa cemburu.
“Tunggu dulu, cemburu!” Benarkah dirinya kini tengah cemburu, kepada Alvaro?” Sebelum Al menjawab, Nay terlebih dahulu menambah list pertanyaannya. “Apakah wanita seperti itu yang kamu idamkan?” “Ternyata seleramu boleh juga, cocoklah dengan usiamu sekarang!” Tambah Nay lagi dengan wajah sok tahu tapi dalam hatinya merasa kecewa.
Mengerti akan kegundahan hati Al, Mrs. Jenny tertawa yang terdengar jelas dibuat – buat. “Sudahlah kenapa membahas wanita lain, ayo habiskan makanannya, setelah itu kita pulang.” Nay merasa ada yang tidak beres, tidak biasanya Mrs. Jenny mengajak pulang secepat itu. Berpikir keras, Nay ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang sedang disembunyikan kedua orang di hadapannya .
Pada saat wanita itu hendak pergi ke toilet pun pandangan Alvaro masih tetap tertuju kepada wanita asing itu. Tak lama berselang wanita itu ke toilet, Nay menyusul ke toilet untuk memastikan siapa sebenarnya wanita yang membuat Al seterkejut itu. Sepertinya rasa cemburu Nay lebih besar daripada rasa penasarannya kepada wanita itu.
Seperti harapan, wanita itu masih di toilet sedang membersihkan pakaiannya yang terkena minuman. Pura – pura menanyakan apa yang terjadi, Nay ingin mengetahui nama wanita itu. Dengan ramah wanita itu menceritakan kejadian di depan. Suara wanita itu sangat lembut. Nay mengangguk pura – pura mendengarkan. Sambil menyerahkan beberapa lembar tisu, Nay seolah sedang merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
Sesegera mungkin Nay menanyakan nama wanita itu. Wanita itu mengulurkan tangan untuk mengenalkan dirinya kepada Nay. Betapa terkejutnya Nay saat wanita itu mengatakan namanya Anneke Felicia. Tubuh Nay rasanya bergetar mendengar nama itu disebut. Ingin rasanya Nay menjatuhkan tubuhnya di lantai dan membiarkan dirinya terbaring disana.
Cepat – cepat Nay permisi dan keluar dari toilet. Dadanya terasa sesak, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasanya saat ini Nay ingin membanting semua benda yang dapat dilihatnya. Nay ingin cepat pulang, tak ada lagi minat dan niat untuk melanjutkan makan. Sesampainya di meja makan, entah darimana Nay mendapat ide mengatakan dirinya mendadak pusing dan sakit perut.
Tentu saja Al dan Mrs. Jenny sedikit panik. Sesuai harapan, Al mengajak Nay pulang untuk berobat. Namun gadis yang mulai berani berbohong itu menolak usulan dari Alvaro. Wajah Mrs. Jenny terlihat cemas melihat keadaan Nay yang berpura – pura sakit perut. Acara makan hari ini pun berantakan gara – gara kehadiran seseorang dari masalalu Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Random"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".