Di dalam kamar Alvaro sibuk berkutat dengan laptopnya. Nayara bangkit dari duduknya ingin melihat apa yang dikerjakan Alvaro. Perlahan Nay membuka sedikit pintu kamar Al. Nayara tidak tahu jika Al juga membuka dan menarik gagang pintu dari dalam.
Nay tertarik ke dalam dan menubruk tubuh Al membuat mereka berdua terjungkal ke lantai. Alvaro memejamkan matanya dengan kening berkerut menahan sakit di pinggang dan punggungnya. Sedangkan Nayara masih betah berada di atas tubuh Al.
Kepala Nay mendongak melihat Alvaro merintih menahan sakit. Nayara bangkit untuk membantu Al berdiri. Wajah Al terlihat masam karena ulah Nayara. Nay berusaha menahan tawanya sedari tadi membuat hidungnya kembang kempis.
Alvaro memegangi pinggangnya berjalan menuju ranjangnya yang diikuti oleh nayara. Al duduk di pinggir ranjang sambil menyerahkan selembar kertas kepada Nay. Nay menerima kertas yang diberikan Al sambil menatap wajah masam Al.
"Baca dengan seksama.....Ssssss...!" Perintah Al sambil memegang pinggangnya yang masih terasa sakit. Nay membaca apa yang tertera di atas kertas. Di sana tertera bahwa Nay setuju untuk menjadi asisten pribadi Al dan tinggal bersama Alvaro.
Tugas yang harus Nay kerjakan mulai dari pagi diantaranya,
Mempersiapkan sarapan untuk Al.
Membangunkan Al di pagi hari.
Mempersiapkan pakaian kerja untuk Al.
Membantu Al di tempat kerja.
Tidak boleh meninggalkan pekerjaan tanpa izin.
Libur hanya hari Minggu.
Dari semua yang tertera, hanya satu yang memberatkan Nayara yaitu tinggal bersama Al. Nay berdecak, sanggupkah dirinya tinggal bersama Al dan meninggalkan adik - adiknya. Kenapa juga harus tinggal bersama kalau bisa pulang pergi.
Mencoba protes tapi Alvaro tidak suka penolakan. Jika membatalkannya, belum tentu ada lagi kesempatan lebih baik dari ini. Ya sudah Nay menyanggupi pekerjaan yang ditawarkan oleh Al.
Nay mengulurkan tangannya sebagai tanda menerima pekerjaan barunya. Senyum Al mengembang ketika Nay mengulurkan tangannya tanda setuju. "Sssss...!" Alvaro mendesis masih memegangi pinggangnya.
"Baru akan memulai pekerjaan, kamu sudah ceroboh menyakitiku seperti ini." Seru Al sembari menahan rasa sakit. Nayara mengerutkan kening meminta maaf kemudian menawarkan diri untuk mencoba mengoleskan krim pereda nyeri pada pinggang Alvaro.
Nay bertanya dimana tempat penyimpanan obat kepada Al. Setelah mendapat jawaban, Nay langsung pergi ke ruang tamu untuk mengambilkan krim pereda nyeri. Nayara kembali datang ke kamar Al dengan membawakan krimnya.
"Bisa berbaring sebentar, agar aku bisa lebih mudah membalurkan nya." Ujar Nay sambil membuka tutup krim. Alvaro berbaring menuruti permintaan Nay. Dengan lembut Nayara membalurkan krim di bagian pinggang Alvaro.
"Memangnya berapa umurmu, baru jatuh seperti itu sudah kesakitan seperti ini." Ledek Nay dengan wajah yang ingin tertawa namun masih ditahannya.
"Ini kesalahanmu, harusnya kamu mendapat hukuman atas ini." "Kita selisih hanya beberapa tahun nona, tenang saja aku masih bisa melakukan ini kepadamu dengan keadaanku sekarang." Ucap Al sembari berbalik untuk mengangkat tubuh mungil Nay dan menghentakkan pelan di kasur kemudian mengungkungnya dengan kedua tangan Al.
Nayara menjerit karena ulah Alvaro. "Ini hukuman karena kamu ceroboh." Desah Al. Alvaro membelai pucuk kepala Nay, perlahan wajah Al mendekat untuk menyatukan bibir mereka. Al memberikan lumatan kecil pada bibir Nay. Tidak berusaha untuk menolak, bahkan Nay merespon setiap sentuhan bibir Al.
Nayara memejamkan mata menikmati sentuhan Alvaro. Melihat Nay menyambut ciumannya, Alvaro semakin memperdalam ciuman bahkan sedikit menggigit bibir bawah Nay. Lidah Al terjulur ingin merasakan manis sentuhan lidah Nay. Sepenuhnya sadar Nay menyesap lembut lidah Al, menyatukan lidah mereka.
Terasa manis, sesuatu yang manis yang baru saja didapatkannya dari Alvaro. Darimana Nayara belajar ciuman seperti itu sedangkan pacaran saja dirinya tidak pernah.
Alvaro sungguh menikmati bibir Nay, bibir gadis di bawahnya ini begitu manis. Dalam kesadaran penuh Alvaro menyingkap atasan kaos yang digunakan Nay memperlihatkan dada sintal tertutup bra yang tidak terlalu besar namun sanggup memancing gairah para lelaki.
Bukannya tidak memiliki etika tapi tubuh Nayara merespon setiap sentuhan dari Alvaro. Akankah siang ini akan berakhir dengan sebuah percintaan. Alvaro mengangkat dan menaikan bra yang menutupi dada Nay. Memang dada yang sempurna.
Lidah Al meruncing membelai lembut mengitari puting berwarna merah muda milik Nayara. Lengusan seksi Nayara mengembangkan senyum manis Alvaro. Al melanjutkan ciumannya ke bagian perut bawah Nayara membuat Nay menahan sesuatu.
Nay bisa merasakan bagian bawahnya berdenyut dan cairan hangat keluar dari daerah sensitifnya itu. Nayara terangsang karena perbuatan Alvaro. Ini sesuatu yang tidak baik tapi sungguh nikmat.
Sepenuhnya Alvaro ingin memiliki gadis yang bersamanya saat ini. Namun Al menghentikan aksinya membuat Nayara memalingkan wajah karena malu untuk menatap Al.
"Sudahlah jangan malu seperti itu, kita sudah pernah merasakan nikmatnya sebuah penyatuan malam itu, ya walaupun itu sebuah pemaksaan, jadi dibiasakan saja." "Meskipun tidak tertulis di kertas, kamu pasti sudah tahu kebutuhanku." Jelas Al.
Nayara tidak menjawab, sudah terlanjur masuk dalam permainan ini jadi sudahlah anggap saja dirinya harus bekerja untuk melayani seorang lelaki yang haus perempuan.
Al membenahi posisi bra dan menurunkan baju kaos yang Nay kenakan. Kemudian Alvaro bangkit dan menarik Nay untuk duduk bersamanya. "Aku akan lebih senang jika nanti kamu yang memintanya padaku." Bisik Al di telinga Nay sembari turun memberikan kecupan di leher Nay.
Nay memejamkan mata merasakan ada aliran panas menjalar di sekujur tubuhnya. "Taruh krimnya atau kamu akan mengolesnya di wajahku." Ujar Al menjauh dari Nay.
Kenapa ada sedikit penyesalan di hati Nay karena aktivitas tadi tidak berakhir dengan sebuah percintaan. Nay menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran kotor dari kepalanya. Nay bergidik menyadari dirinya berubah menjadi gadis mesum.
Al datang dengan segelas air putih di tangannya. "Minumlah, besok kamu bawa surat pengunduran diri ke RA_Intiland dan aku akan mengantarmu ke sana." "Untuk tante Yola, aku yang akan mengatakan padanya." "Jangan bertanya, cukup lakukan saja." Ujar Al. Yang tadinya Nay ingin bertanya langsung menelan ludahnya mengurungkan niat untuk bertanya.
"Nanti aku akan bekerja sebagai asisten CFO jadi kamu harus membantuku sebisamu." "Selanjutnya besok akan aku jelaskan." "Untuk gaji, kamu akan mendapatkan lebih daripada sebelumnya." "Dan sekarang aku akan mengantarmu pulang." Terang Al.
Dalam perjalanan pulang ke panti Nay masih berpikir haruskah dirinya meninggalkan adik - adiknya. Jika dijelaskan mereka pasti mengerti tapi Nay yang masih ragu untuk meninggalkan mereka.
Sampai di depan panti Al berpesan mulai besok Nay sudah harus tinggal bersama dirinya. Nayara mengangguk mengerti. Saat akan turun tangan Nay ditahan oleh Al. Alvaro menarik tengkuk Nay dan memberikan sebuah ciuman kepadanya. Sedikit melumat bibir Nay untuk dijadikan bekal untuk nanti malam saat menjelang tidur.
Tidak puas, Al mendorong pelan tubuh Nay agar bersandar di jok mobil kemudian menarik turun leher baju yang digunakan Nay memberi tanda merah di atas dada sintal milik Nay. "Itu sebagai bekal nanti malam." Ucap Al sembari mengerlingkan sebelah matanya.
Nay mendorong tubuh Al supaya menjauh. Segera Nay turun dari mobil dan langsung masuk ke panti tanpa menunggu kepergian Al
......:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::........
Ikuti terus ceritanya dan jangan lupa vote nya ya all...
Trim's
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Random"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".