Suara ketukan terdengar dari arah pintu. Bukan ketukan, lebih tepatnya ada seseorang sedang menggedor pintu rumah Al. "Ck siapa lagi kalau bukan Erika." Decak Al. "Tunggu sebentar, aku akan kembali." Ujar Al pada Nayara.
"Al, tolong buka pintunya." Masih dengan suara gedoran pintu. "Sebentar, bisa sabar sedikit kan!" Seru Alvaro menuju ke pintu. "Lama sekali buka pintu!" Erika mendengus. "Kamu kenapa, biasanya aku yang kurang sopan, ini kenapa kamu jadi ketularan?" Celetuk Al.
"Sadar diri juga kamu bilang kamu tidak sopan." "Aku pinjam kamar mandi sebentar." Erika segera berlari menuju kamar mandi. Tak lama kemudian Erika kembali dengan wajah lega. "Maaf, tadi aku benar - benar kebelet." "Oya bagaimana kabarmu, satu bulan tidak ada berita." "Saat perlu baru menghubungiku." Sindir Erika halus.
Alvaro tertawa mendengar kejujuran Erika. "Siapa yang sakit?" Erika kembali bertanya. Al mengantar Erika ke kamarnya dan menemukan seorang gadis yang sama seperti waktu itu. "Hei, kamu emm...kamu Nay..emm..Nayara bukan?" Erika mencoba mengingat Nama Nay saat bertemu dengan dirinya sebelumnya.
Nayara mengangguk dan sedikit heran kenapa ada seseorang yang tidak dikenalnya mengetahui namanya. "Em kenalkan aku Erika, dokter Erika, bisa dibilang sahabatnya Alvaro." Erika mengulurkan tangan dengan ramah. "Nayara." Hanya itu yang keluar dari bibir Nay karena dirinya sedikit kaget mendengar kata dokter dari Erika.
"Oke, Al bisa keluar sebentar aku akan memeriksa Nay, setelah selesai akan aku beritahu." Al bergeming mendengar permintaan Erika. "Apa kamu tidak mendengar yang aku bilang Al!" "Aku sudah terbiasa bersamanya, jadi lakukan saja pekerjaanmu dan jangan hiraukan aku."
Mendengar perkataan Al, betapa malunya Nayara seperti dirinya tidak mempunyai harga diri. Nay memalingkan wajah, ingin sekali dirinya menangis saat ini. "Al dia perempuan, privasi itu perlu." "Aku tidak perlu memberitahumu tentang itu bukan." Erika sepertinya mulai jengkel dengan sikap Al.
Melihat Nay yang tampak sedih dan Erika yang sedikit melotot, akhirnya Al mengalah dan keluar kamar. Erika mulai memeriksa keadaan Nay, betapa terkejutnya Erika melihat sisa kekerasan yang Al tinggalkan pada tubuh gadis itu. "Astaga, apa dia memaksamu untuk melayaninya?" Pertanyaan yang benar- benar menusuk tapi itu memang benar.
Nayara menunduk, merasakan wajahnya benar - benar panas saat ini, hingga akhirnya Erika menjelaskan seberapa dekat dirinya dengan Alvaro. Nayara memekik saat Erika mulai mengobati luka di bagian sensitifnya.
"Apa yang telah dia lakukan padamu, tidakkah kamu bisa untuk melawan?" Nayara hanya bisa menunduk karena malu. Erika yang melihat merasa kasihan dengan kondisi Nay. Setelah mengobati Nay, Erika melanjutkan ceritanya bagaimana dirinya tahu Nayara dan bagaimana Alvaro.
"Sepertinya dia sangat menyukaimu atau bahkan dia mencintaimu." "Karena yang aku tahu, dia tidak pernah bertahan dengan satu wanita setelah berpisah dengan Cia, walaupun itu hanya sehari. "Jika kuhitung, sudah satu bulan lebih dari saat Al membawamu ke rumahku waktu itu." Erika menoleh ke arah Nay sambil membersihkan tangan.
"Lain kali jika dia berusaha untuk menyakitimu lagi, tidak masalah jika kamu mencoba untuk melawannya." "Obati dengan rutin lukamu dan minum obat ini hingga tiga hari kedepan." Erika menyerahkan beberapa bungkus obat pada Nay.
"Terima kasih dokter Erika." "Tidak usah terlalu formal seperti itu, panggil saja aku Erika." Setelah menyelesaikan tugasnya, Erika segera keluar untuk menemui Alvaro.
"Dasar bodoh, apa yang kamu lakukan padanya sampai - sampai lukanya cukup serius seperti itu." "Ck Tidakkah kamu berpikir, sikapmu lebih buruk dari binatang." Erika berdecak mengingat keadaan Nayara.
"Aku hanya, em..aku." Alvaro pun tampak sedikit malu dan sangat menyesal karena perbuatannya. "Sudahlah, tidak perlu menjelaskan, intinya jaga dia jika kamu benar - benar menyukai gadis itu." "Jangan sampai kamu menyesal Al". "Aku akan pulang, tagihannya transfer saja ke rekeningku."
"Dan satu lagi, jangan sentuh dia beberapa hari ini, ingat itu." Erika berlalu tak ingin mendengar apapun dari Alvaro. Hanya ucapan terima kasih yang samar - samar terdengar oleh telinga Erika membuat wanita itu tersenyum. "Jika kamu mencintainya jaga dia Al" Seru Erika dalam hati dan bergegas masuk ke mobilnya.
Sepeninggal Erika, Al kembali masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Nayara. "Bagaimana, masih terasa sakit" Nay mengangguk pelan, setengah pikirannya masih mengingat apa yang Erika katakan.
"Alvaro, boleh aku bertanya?"
"Em, apa!?"
"Kita bukan sepasang kekasih, karena kamu tidak pernah menyatakan perasaan ataupun menunjukan perhatian seorang kekasih padaku. Aku juga bukan asisten, karena seorang asisten tidak akan pernah disentuh berlebih oleh majikannya. Tapi kita juga bukan partner sek, sebab kamu tak pernah membayarku untuk hal itu. Jadi aku ini apa menurutmu?"
Alvaro bingung mendengar pertanyaan dari Nay. Apa yang dipikirkannya selama ini, akhirnya keluar juga dari bibir Nayara.
"Baiklah, akan aku beritahu padamu sekarang." Al mendekatkan wajahnya pada Nayara. Memberikan kecupan pada bibir Nay. Sekali lagi dan menjadi ciuman hangat. Al menghisap lembut bibir gadis itu sembari berbisik.
"Apa kamu tidak menyadari setiap sentuhanku memiliki arti yang dalam. Apa kamu tidak merasakannya? Sebulan terakhir, apa kamu pernah melihat aku bersama wanita lain, sedangkan kamu tahu aku adalah seorang pria yang menggilai setiap perawan? Bukankah seorang perempuan memiliki perasaan yang lebih peka daripada para pria!"
Deg! Tubuh Nay menegang mendengar semua kalimat yang dibisikkan oleh Alvaro. Benarkah pria ini telah memilihnya. Tidak ingin hanya mengira, Nay ingin memastikan itu.
"Walaupun perempuan lebih peka, mereka tidak ingin hanya mengira. Mereka menginginkan sesuatu yang pasti bukan hanya berpikir, mungkin."
"Aku tidak ingin menjelaskan apapun saat ini, tapi bulan depan aku akan mengenalkanmu pada keluargaku jadi jangan banyak bertanya lagi tentang apa yang ada dalam pikiranmu itu."
Mengenalkan kepada keluarganya, mendengar itu Nayara mengangguk pelan. Tapi benar juga kenapa Nay tidak pernah berpikir jika Al memiliki keluarga. Darimana asalnya, siapa orang tuanya. Kepala Nay mulai dipenuhi pertanyaan dan rasa penasaran.
"Tahan dulu semua pertanyaanmu dari rasa penasaranmu Nay. Pada saatnya nanti, kamu akan tahu semuanya tentangku." Alvaro seperti tahu apa yang dipikirkan gadis itu.
"Maaf atas kelakuanku tadi Nay, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi mendengar nama Cia dari pemilik butik, hatiku terasa panas dan takut untuk kehilanganmu. Mungkin karena kita tidak menyelesaikan aktivitas waktu di butik. Sekelebat pikiran buruk,bahwa kamu juga akan meninggalkanku Nay." Alvaro berusaha menjelaskan kepada Nayara.
Nay memeluk Alvaro, melihat ketulusan dan keseriusan di wajah pria itu. "Walaupun asal - usul ku tidak jelas, jika boleh aku berharap dan meminta, tolong jangan pergi dari ku Al." Ucap Nay masih dalam pelukan Alvaro.
Mendengar permintaan Nay, Al tersenyum lega. Ternyata apa yang dirinya pikirkan juga sama dengan gadis pilihan hatinya. "Itu tidak akan terjadi." Sambil mengeratkan pelukannya, Al menjawab dengan penuh perasaan.
"Sekarang tidurlah, besok kita akan pindah ke rumah Mr. Robert. Kamu masih bisa kan?" Nay mengangguk mengiyakan. Alvaro naik ke ranjang dan memberikan sebuah kecupan di kening Nay. "Good night." "Good night Al." Merekapun sepakat untuk tidur melewati hari yang melelahkan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔
Random"Dipilih dan dipilah bila ingin membaca". "Karena cerita mengandung unsur dewasa". "Jika ada kata - kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan". "Yang suka ayo merapat". "Yang tidak suka silahkan mendekat...kwkwkw!!!".