Sulit tentu aja. Toh gue emang gak mau dan gak punya bakat menangin piala Oscar kalo harus berpura-pura gak mikirin bahkan gak peduliin lo.
=========
Jam dinding menunjuk pukul 12 malam, namun kelompok KKN Naga Nyelam masih terjaga.
Masih ada diskusi, khususnya evaluasi dan briefing kegiatan untuk dilakukan esok hari. Bohong jika semua anggota tidak merasakan lelah, tapi memang beginilah kehidupan KKN. Mereka datang bukan untuk bertamasya melainkan melakukan pengabdian kepada masyarakat desa.
Tentu saja bukan hal mudah mengesampingkan kepentingan pribadi demi prioritas warga. Karena yang mereka cari bukan sebatas angka di atas kertas saja, tapi juga pengalaman yang mungkin akan berguna saat benar-benar terjun di masyarakat setelah resmi menjadi sarjana.
"Lo bener, Niel, akan merepotkan kalo kita mengganggu sistem pembelajaran di sekolah dengan menawarkan diri sebagai tenaga pengajar. Belum bikin silabus, belum lagi hal remeh lainnya, jadi opsi buat ngajar gimana kita ganti aja jadi bimbel sepulang sekolah?"
Nyaris semua anggota mengangguk mendengar usulan Mingyu. Setelah mengumpulkan informasi yang didapat, minggu kedua terasa lebih berat karena kegiatan rutinan sudah mulai berjalan. Sudah menjadi kebiasaan mereka tidur tengah malam karena seharian penuh beraktivitas. Maka wajar jika banyak yang mengeluhkan masalah kesehatan.
Jangan tanya mengenai Wonwoo, kepalanya yang pening berulang kali terkantuk. Dia nyaris hilang kesadaran karena rasa lelah kian mendominasi. Maka, opsi terakhir dia gunakan bahu Hoshi untuk bersandar, bertahan di tengah diskusi melelehkan.
"Tum, tapi bukan Tumhiho," Yeonwoo mengangkat tangan, mungkin hanya dia satu-satunya anggota yang masih terlihat segar bugar. "Gue ada ide nih, gimana kalo bimbelnya pas sore aja? Sekitar jam 3an gitu. Nanti fokusnya ke mentoring mereka dalam ngerjain PR atau mengulas materi yang belum dipahami."
Daniel mengangguk. "Leh uga tuh, sejam cukup kali ya?"
"Cukup dong," Yeonwoo nyengir bangga. "Biar waktu bermain mereka lebih ada faedahnya gitu lho. Meskipun anak-anak desa gak seajaib anak kota, tapi kenapa gak kita gunakan mumpung ada KKN di sini. Anaknya juga banyak, pasti bakal seru."
"Oke," Mingyu mengangguk lagi. Menulis di papan tulis hasil kreasi Hoshi yakni kertas karton yang dilapisi lakban. Ajaib memang manusia bermata minimalis ini, diam-diam ada segudang ide di kepalanya. "Yang lain mungkin ada tambahan atau ide? Gue sebenernya pengin ngadain kegiatan di sekolah selain ngajar, tapi apa ya?"
Giliran masalah ini semuanya diam, bukan apa-apa tapi memang sekolah yang ada di desa sama seperti sekolah pada umumnya. Meskipun masih kekurangan tenaga pengajar, akan tetapi mereka sepakat tidak menyentuh bagian itu. Singkat cerita, tidak ada ide lain yang dapat dijadikan wacana.
"Shaka? Fokus lo masih di sini kan?"
Wonwoo yang nyaris tertidur dipaksa bangun, terkejut melihat Mingyu menatapnya tajam di depan sana. Banyak yang khawatir ketika melihat wajahnya yang pucat, tapi tak bisa berbuat apa-apa karena diskusi masih berjalan. Baiknya juga Wonwoo gak berleha-leha meskipun dalam kondisi sakit.
"Diskusi kan belom selesai, kenapa lo tidur duluan?"
"Gue gak tidur," belanya seraya mengucek mata lalu mengenakan kacamata. Gak mungkin dia mengatakan keadaan tubuhnya yang lagi gak berdaya.
Dia gak mau dinilai lemah.
"Gak tidur, tapi cuma bobok ya? Gak masalah sih, tapi setidaknya hargai anggota yang lain karena kita semua juga capek. Bukan lo doang kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] KKN
Fanfiction[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘳𝘶𝘱𝘴𝘪 𝘒𝘰𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘕𝘦𝘱𝘰𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘒𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘕𝘺𝘢𝘵𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵. 𝘈𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢�...