Marahlah pada gue. Lampiaskan emosi lo pada gue. Biar gue yang menebus kesalahan Shaka dan semua yang pernah terjadi di masa lalu. Karena itu bersumber dari gue, Keanu.
===========
Rumah besar Seungcheol sepi, Papa dan Mama masih ada urusan di Bandung hingga minggu depan. Praktis, dia habiskan waktu seorang diri. Meski ditemani sebatang rokok dan kopi yang mengepulkan uap panas, tetap saja tubuh tegapnya yang dibalut kaos pendek menggigil terkena angin malam.
Wajar, sudah sejak sejam yang lalu Seungcheol duduk di kursi teras depan. Sengaja menunggu Wonwoo yang terlambat pulang. Secara waktu sudah menunjuk pukul sebelas malam. Tentu membuat kedua alis tebalnya bertaut heran, kegundahan dan kekhawatiran kentara terbaca dari wajahnya.
Sebenarnya, hati Seungcheol juga memertanyakan sebuah skenario yang tengah dimainkan Tuhan. Yakni kelangsungan hubungan Wonwoo dan Jeonghan yang terkena badai topan. Dihantam gelombang ujian.
Sebagai pihak yang kebetulan bersinggungan baik secara langsung maupun tidak langsung, Seungcheol seperti ikut menanggung beban. Apalagi keduanya memiliki posisi penting dalam hidup si cowok tampan. Tentu akan menjadi kasus rumit jika memilih abai dan tidak peduli sementara akar masalah datang dari dirinya sendiri.
Ya, Seungcheol yakin penyebab kerumitan hubungan yang terjadi di antara mereka bertiga adalah buah kesalahan masa lalu. Buah kalimatnya yang terlalu menusuk kalbu. Sudah cukup lama Seungcheol hidup dalam pelarian. Meskipun penyesalan selalu datang, tak dimungkiri sampai detik ini dia masih ragu akan langkah yang harus dipilihnya.
Yakni ikut campur atau diam menonton perhelatan drama yang tersaji di depan kedua mata.
Di satu sisi, dia merasa perkara Wonwoo dan Jeonghan bukan bagian dari urusannya. Meski di sisi lain ada keinginan untuk meringankan beban mereka. Minimal Seungcheol ingin terlihat berguna apalagi konteksnya menebus segala dosa.
Hal itu senada dengan tindakan Seungcheol yang refleks bangkit dari kursi saat tubuh kurus Wonwoo muncul di balik gerbang. Seungcheol menyipitkan mata melihat kepulangan adiknya yang dalam keadaan....sembab?
"Kok sendirian dek? Keanu mana?"
Wonwoo menggeleng, Seungcheol makin penasaran.
"Terus lo balik naik apa? Kenapa tadi gak minta gue jemput aja sih? Anjir, dingin banget tangan lo dek, mana gak pake jaket pula. Ya udah masuk yuk, gue bikinin cokelat hangat."
Wonwoo menurut saja ketika Seungcheol menggiringnya untuk duduk di sofa. Batin dan raganya lelah, hingga kedua mata rubahnya yang sembab kembali basah. Seungcheol dari dapur menatap khawatir di tengah aktivitas mengaduk minuman, menebak jika penyebab tangisan Wonwoo masih ada sangkut pautnya dengan Jeonghan.
"Makasih bang," Wonwoo menyambut mug pemberian Seungcheol yang langsung mendudukan diri di ruang kosong persis di sampingnya.
Dengan wajah yang menunjukkan ekspresi tak pasti, Seungcheol coba untuk berikan atensi.
"Kalo diliat dari wajah lo, gue yakin ada hal gak baik yang terjadi malam ini. Kalian berantem?"
Wonwoo menggeleng, meneguk cokelat hangat.
"Terus kenapa lo nangis? Gak mungkin kalo gak berantem lo bisa sesedih ini."
"Gue minta putus."
"Terus Keanunya ..., mau?"
Wonwoo menggeleng lagi, membuat Seungcheol mendesah seperti mengatakan jika dia sudah menduga hal ini akan terjadi.
"Entahlah, tapi Kak Keanu masih mau bertahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] KKN
Fanfiction[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘳𝘶𝘱𝘴𝘪 𝘒𝘰𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘕𝘦𝘱𝘰𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘒𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘕𝘺𝘢𝘵𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵. 𝘈𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢�...