[16] If you bloom forever in my heart, it's okay for me to get hurt

13.9K 1.5K 1.1K
                                    

Aku gak bisa setia lagi, karena perasaan untuk kalian sama—ah, gak, untuk Anarki kian membesar setiap harinya. Aku gak bisa hidup dan hanya singgah di hati kakak aja. Maafin Shaka.

=========

Siang hari di mana posisi matahari meninggi, Wonwoo terbangun dalam keadaan tubuh polos tanpa busana. Bercak merah di sekujur leher dan dadanya menjadi bukti tercetus permainan dewasa beberapa waktu sebelumnya.

Wonwoo tersenyum bahagia saat pelukan di tubuh rampingnya mengerat. Kalandra Mingyu Anarki—si tersangka yang membuatnya begini, penyumbang bercak merah dan juga bahagia yang mendominasi.

Bahkan Wonwoo sampe lupa mengedip saat menatap wajah tampan Mingyu yang tertidur pulas. Badan tegap dan kekarnya pun sama tanpa busana. Wonwoo memekik imut begitu melihat bercak merah di leher Mingyu. Astaga, itu kan hasil mahakarya Wonwoo.

Dia merasa bangga, karena setelah menyerahkan diri dan hati pada orang yang paling dicintai, ada perubahan yang membuat seorang Arshaka Wonwoo menjadi pemuda dewasa. Bukan penyesalan, bukan pula paksaan, bercinta dengan Mingyu justru menjadi kegiatan yang membuatnya kecanduan.

Wonwoo gak menyangka akan seindah ini sensasi mencintai kekasih orang. Sebab dia belum pernah merasakan hal yang sama saat bersentuhan dengan Jeonghan. Jelas beda, rasa untuk cowok yang dipanggilnya kakak itu gak lebih dari sayang, beda dengan rasa untuk Mingyu yakni takut untuk kehilangan.

Sepertinya Wonwoo telah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesona si ketua KKN. Buktinya, jemari lentik Wonwoo gak tahan untuk mengelus surai hitam sang kekasih yang berantakan. Dengan lembut, Wonwoo menyentuh alis tebal yang langsung turun ke hidung mancung Mingyu, dan berakhir di belahan bibir si cowok yang mengecup bibirnya semalaman.

"Tampannya, Anarki."

Tanpa sadar jika dengan suara selemah itu mampu membangunkan Mingyu yang langsung mengecup jemarinya. Tentu saja Wonwoo kaget, namun senyum cowok berzodiak aries membuatnya lega.

"Dek Shaka curang bangun duluan."

"Anarki keliatan capek, Shaka gak tega mau bangunin."

Mingyu terkekeh dan membawa Wonwoo dalam dekapan sehingga dada polos mereka bertemu. Begitu pula dengan bagian bawah yang juga polos tanpa selembar benang. Posisi berhadapan sembari berbagi selimut kontradiksi dengan keadaan luar yang ramai.

Ada ketenangan merambat saat Wonwoo menghirup aroma tubuh Mingyu yang bercampur dengan aroma tubuhnya. Diam-diam bibir merah Wonwoo mengecup dada Mingyu dan langsung mendapat balasan berupa kecupan di puncak kepala.

Mereka berpelukan cukup lama, hingga suara piring dari abang tukang bubur ayam menginterupsi ketenangan. Sontak keduanya tertawa, mengutuk kecanggungan karena ternyata mereka salah tingkah setelah semalam bergumul dalam kegiatan panas.

"Shaka mau makan apa? Biar Anarki siapin."

"Apa aja," ucapnya enggan melepas pelukan. "Makan Anarki juga boleh."

Hm, klasik.

Mingyu gak mampu menahan diri untuk gak menyeringai, lalu menurunkan kepalanya—mengecup dan mengisap puting Wonwoo.

Sontak yang didominasi terkejut. Mingyu menanggapinya dengan cengiran tanpa dosa. "Sayangnya Anarki udah sarapan lebih dulu, susu kualitas premiumnya Arshaka."

Wonwoo tersipu atau lebih tepatnya wajah itu memerah menahan malu. Dia pun melakukan hal yang sama, mengecup dan mengisap puting Mingyu lebih kencang.

"Satu sama ya, Anarki."

"Hei, kok Dek Shaka pendendam sih?"

"No, Daddy. Kata Mama, nama Arshaka itu artinya murah hati bukan pendendam."

[✔] KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang