[24] Isn't it funny? Today too, I won't miss you

10.1K 1.3K 942
                                    

Saya akan terus berkunjung ke sini setiap hari, sampai Shaka mau bertemu saya lagi.

=========

Hyosung menatap cemas dari jendela. Di mana Mingyu untuk kali ke lima dalam seminggu ini kembali datang ke rumahnya. Ada rasa tak tega yang entah mengapa berhubungan dengan anak manisnya yang terbaring lemah di atas ranjang, namun dia coba enyahkan meskipun rasa penasaran mendesaknya untuk bertanya.

“Dek,” panggilnya lembut. Wonwoo di balik selimut menyahut. Menggumam. “Bangun yuk, nanti bobok lagi setelah makan dan minum obat.”

Sebenarnya ada kalimat lain yang ingin disampaikan, namun Hyosung ragu karena melihat kondisi sang putra yang masih jauh dari kata sehat. Sejak UAS berakhir, Wonwoo jatuh sakit. Dia sempat berpikir jika itu karena perubahaan cuaca dan kebiasaan buruk Wonwoo belajar hingga larut malam bahkan dini hari.

Tapi, ternyata ada kesalahan dalam asumsi Hyosung. Bahkan memberikan informasi baru jika kedatangan Mingyu ada sangkut pautnya dengan sifat batu sang putra. Tidak seperti biasanya, sakit yang mendera Wonwoo tidak pernah selama ini. Terlepas dari perawatan intens dari sang ibu, seperti ada suatu hal yang dipendam dan mengakibatkan tubuh Wonwoo drop.

Pipi pucat dielus, lalu berganti mengelus puncak kepala Wonwoo. Hyosung tak tega saat beberapa hari sebelumnya, Wonwoo sempat masuk rumah sakit dan terpaksa mendapat cairan infus.

Namun, karena sifat ngeyelnya, perawatan dilanjutkan di rumah. Hingga saat ini, Wonwoo sudah bisa makan seperti biasa, hanya saja harus bed rest hingga kondisinya memulih.

“Mau minum, Ma,” bisik Wonwoo mencoba bangkit. Hyosung dengan sigap membantu.

“Udah?” dan Wonwoo mengangguk sebagai balasan. Hyosung tersenyum, meski jauh di dasar hatinya semakin khawatir. “Omong-omong, di luar ada yang cariin adek.”

“Hm?”

“Temen KKN adek yang tinggi itu, siapa namanya? Mingyu ya? Atau Kala?”

Mendengar nama yang susah payah dilupakan, membuat Wonwoo semakin lemas. Sejak beberapa hari terakhir saat sakitnya perlahan membaik, Wonwoo sering mendengar nama itu berada di depan rumahnya. Termasuk sekarang, entah mengapa rasanya Wonwoo ingin kembali menidurkan kepalanya yang pening.

“Bilang aja aku gak ada di rumah seperti biasa. Aku gak mau ketemu dia, Ma.”

“Siapa tau dia mau jenguk adek,” Hyosung prihatin karena Wonwoo selalu menolak untuk bertemu. “Kasian loh, udah lima hari berturut-turut dia ke rumah.”

Wonwoo menggeleng, dalam kondisi tubuhnya yang lemah, selimut disingkap hingga kepala. Bentuk penolakan untuk yang kesekian kalinya dan Hyosung cukup mengerti sifat keras kepala sang putra kesayangannya.

“Oke, Mama bilang adek lagi ikut ke Bandung sama Abang Nabda aja ya. Tapi kalo besok Mingyu datang lagi, Mama gak mau bohong.”

“Gak akan,” bisik Wonwoo tegas. “Gak ada alasan untuk dia datang lagi ke sini.”

Napas berat diembuskan Hyosung. Sifat buruk Wonwoo memang turunan dari mendiang suami pertama. Entah mengapa membuatnya nostalgia saat mengingat sosok Yunho di masa muda, jauh sebelum kematian memisahkan dan Hyosung bertemu dengan Siwon sebagai suami yang sangat dicintainya di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Mengabaikan Wonwoo yang memilih terlelap di kasur, ibu cantik itu berjalan ke luar, menghampiri Mingyu yang sudah berdiri sejak tiga puluh menit yang lalu. Wajah tampan dan gagahnya entah mengapa saat itu di mata Hyosung terlihat muram. Seolah sedang menanggung beban berat yang dalam.

[✔] KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang