[19] And you're the reason that I'm still breathing, I'm hopeless now

11.2K 1.4K 1K
                                    

Kamu baik, Najma. Dan kamu berhak mendapat pasangan yang lebih baik lagi.

=========

“Ih, ayang kok lama banget sih? Ke mana dulu?”

Baru saja Mingyu melepas helm dan membenarkan rambut yang berantakan, Seungkwan berlari kecil menghampirinya dengan senyum riang. Kontras dengan wajah kusut Mingyu yang bahkan untuk tersenyum pun enggan.

Tanpa mengindahkan perubahan di wajah cowok tinggi itu, dengan senang hati Seungkwan memeluk lengan Mingyu. Tertawa bahagia ketika mengingat perayaan hari jadi mereka yang gak akan dilalui sendirian.

Seungkwan berharap akan ada kenangan tak terlupakan, minimal kuantitas juga kualitas dari sulitnya bertemu yang kembali intens dimulai malam ini. Ya, memang itu alasannya bertahan menjalin hubungan. Selain karena cinta, tentu saja dia selalu ingin menjadi sumber bahagia dan senyum di wajah kekasihnya yang tampan.

Meski Mingyu terlihat lebih diam dari biasanya, namun Seungkwan tidak peduli dan mengajak untuk berpindah tempat ke kamar. Tangannya berulang kali menggosok telapak tangan besar Mingyu yang dingin, berbagi kehangatan.

“Ayang mah kebiasaan harus aku bawelin terus baru nurut. Disuruh pake sarung tangan biar gak dingin. Jaket juga gak dikancingin, gimana coba kalo nanti malah masuk angin?”

Jika biasanya Mingyu akan mencubit pipi Seungkwan untuk membuatnya diam, saat itu hanya ada dengusan halus yang membuat si cowok gembul tersenyum mafhum.

Mungkin Mingyu terlalu lelah, pikir Seungkwan positif. Secara jam sudah menunjuk pukul sembilan malam, Seungkwan tau beberapa jam sebelumnya Mingyu sibuk mengurus laporan. Jika bukan untuk merayakan, dia gak akan sampe nekat memaksa.

Tapi kerinduan terlampau dalam. Ada egoisme yang mendorongnya untuk melakukan ini. Toh, Mingyu adalah kekasihnya. Bukankah Seungkwan berhak meminta apa saja, termasuk ditemani malam ini?

Tak peduli meski kedatangannya terlambat, Seungkwan selalu percaya jika Mingyu pasti akan menemuinya.

“Taraaaa, aku beli makanan banyak loh. Pasti kamu belum makan malem kan? Ayok Yang, kita mukbang, hehe.”

Mingyu tertegun melihat kamar Seungkwan dihias menggunakan lampu tumblr dan balon helium yang ditempel di dinding. Entah kalimat apa yang tak sengaja tertangkap mata, sebab Mingyu terlalu lelah mencari jejak antusiasme Seungkwan.

Dadanya sesak, seperti ada beban yang memaksa dikeluarkan.

“Aku gak bawa apa-apa,” bisiknya langsung mendapat balasan berupa gelengan kepala dan senyum manis Seungkwan.

“Dengan kamu udah datang aja aku bahagia kok,” pungkasnya mengelus pipi Mingyu. “Makasih Kak Kala udah ngabulin permohonanku. Makasih banyak.”

Mingyu tertegun saat Seungkwan memeluk tubuhnya cukup erat. Seolah enggan terlepas, bahkan mungkin tidak akan pernah terlepas karena pelukan hangat itu yang memberikan kenyamanan dan keamanan.

Betapa Seungkwan sangat menyayangi Kalandra Mingyu Anarki yang telah mememani selama empat tahun ini. Satu-satunya alasan mengapa dia masih bisa tersenyum dan menghadapi ketidakadilan dunia.

Malam itu, Seungkwan panjatkan rasa syukur kepada Tuhan karena memberinya kesempatan untuk menyalurkan perasaan, meski melalui pelukan.

“Aku belum mandi, Najma,” bisik Mingyu mencoba lepas, namun sifat batu Seungkwan terlalu keras. Semakin mengeratkan pelukan dan tersenyum jahil.

“Gak papa, Ayang masih ganteng kok.”

“Tapi aku berantakan.”

Seungkwan menatap heran. “Sejak kapan kamu peduli penampilan? Bilang aja mau langsung makan kan? Dasar gembul.”

[✔] KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang