[Special Episode] #05 : Is this a happy ending for us? (END)

18.1K 1K 737
                                    

"This story is about protecting you. But you know what? The ending of this is you saving me."

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Langit mendung tanpa bintang menaungi perjalanan pulang dari rumah Wonwoo. Mingyu menancap gas motornya dengan kecepatan sedang sebagai manifestasi keterkejutan. Nyatanya kalimat ‘kita break dulu ya’ yang terlontar dari bibir tipis Wonwoo menjadi perenggut kebahagiaan. Bagaimana tidak, tanpa aba-aba bahkan pertanda sebelumnya, sang pujaan hati mengatakan kalimat menyakitkan itu di malam yang ingin Mingyu habiskan dengan berduaan.

Kini, setelah dia memasuki gerbang rumah, perasaan terluka dan gak menyangka bercampur menjadi dua elemen yang saling serang. Menjadikan hati rapuh Mingyu sasaran empuk setelah hubungan cintanya digantung sebelah tangan. Wonwoo menggantung mimpi juga banyak hal yang Mingyu harapkan.

Semua karena konsep nikah muda yang mendoktrin Arshaka tercinta menjadi sosok egois tanpa berpikir panjang. Dan tentunya salah Mingyu juga yang gak bisa memberikan jawaban memuaskan. Keduanya memiliki andil besar dalam pencapaian break yang terjadi dalam hubungan.

Ada sesal muncul dalam benak Mingyu mengenai ketidakmampuan dirinya yang pasrah saat Wonwoo memutuskan. Andai saja waktu bisa diulang kembali, barangkali Mingyu bisa menjelaskan dengan sepatah kata penenang sebelum benar-benar pergi. Tapi apa mau dikata jika setelah mengucap kalimat itu, Mingyu malah diusir secara halus.

Ya, Wonwoo sebagai pemegang keputusan paling mutlak mengusir Mingyu. Baik dari pandangan maupun hati yang merupakan tempat ternyaman.

Mingyu hancur tentu aja, hubungan yang ingin dia pertahankan harus goyah karena perbedaan pendapat. Keinginannya untuk melanjutkan pendidikan S2 memang datang secara tiba-tiba bahkan gak pernah terbayangkan sebelumnya. Semua murni datang secara spontan bahkan jauh dari keinginan untuk membawa Wonwoo ke pelaminan.

Kalo boleh jujur, Mingyu sama sekali gak kepikiran akan tujuan itu. Selain karena faktor usia, sebagai anak semata wayang dalam keluarga, Mingyu gak pernah bersinggungan dengan hal pernikahan. Termasuk melihat sosok single Mama yang kini dengan mandirinya hidup tanpa sokongan kepala keluarga. Sejak kematian sang Papa memang Mingyu menjadi jauh dari impian untuk membina rumah tangga.

Sebenarnya keinginan itu tentu ada, namun tidak sekarang. Tidak di saat usianya yang baru menginjak angka 22.

“Udah pulang?” Sooyoung dari arah pantry melirik Mingyu yang masuk tanpa bersuara. “Tumben cepet, biasanya juga jam 11 baru ada di rumah.”

Senyum dewasa sang Mama membuat pikiran Mingyu makin buntu. Dia bingung harus berekspresi apa sebagai jawaban dari pertanyaan Sooyoung yang terlihat bersahabat di dapur sana. Selain karena status dosen yang selalu menyita waktu Ibu dari satu anak itu, Sooyoung memang jarang menyempatkan waktu untuk menjadi tempat keluh kesah Mingyu.

“Lagi pengin pulang cepet aja. Mama kok belum tidur?”

Tapi jangan pernah salahkan insting seorang Ibu yang selalu menyadari perubahaan yang terjadi pada sang putra. Wanita tinggi ramping nan cantik itu dengan jelas menangkap kegelisahan lantas meredakan senyumannya.

“Belum, sayang. Mau nemenin Mama minum teh?”

Anggukan datang dari Mingyu yang langsung mendudukan tubuh besarnya di kursi bar pantry. Sooyoung tersenyum bangga melihat ketampanan Mingyu dari dekat yang sangat mendiang suaminya sekali. Selama ini si wanita dewasa lebih banyak sibuk mengurusi masalah perkuliahan.

[✔] KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang