Anarki tau kan seberapa besar cinta Shaka?
========
“Aku lagi sakit. Kamu gak mau jenguk atau bilang gws gitu?”
Sebuah chat datang dari Seungkwan, menginterupsi kebahagiaan Mingyu yang sibuk melihat hasil jepretan Wonwoo di laptopnya saat melaksanakan KKN dulu. Baru saja jejak nostalgia kembali menyatu, kini terurai oleh rasa kesal Mingyu yang merasa terganggu.
Padahal itu adalah konseksuensi untuknya yang memilih lari dari masalah. Sehingga hal yang seharusnya berakhir sejak lama, menumpuk seiring berjalannya waktu. Menjadi beban paling membelenggu karena mengendap hingga sekeras batu.
Itulah kesalahan terfatal yang dilakukan Mingyu. Memposisikan dua hati dalam keadaan berat sebelah, bahkan menganggap remeh jika menahan sedikit lama akan membuat semuanya baik-baik saja.
Sayangnya, kenyataan selalu bergerak lebih kejam dan tegas. Sekali kau bermain-main dengannya, siapkan diri karena kenyataan lebih tau bagaimana cara bermain yang sesungguhnya. Bahkan saat chat lain datang, Mingyu coba untuk abaikan, namun isi pesan Seungkwan membuat rasa risinya berganti kekhawatiran.
“Aku belum makan dari siang karena gak bisa bangun. Maaf kalo ganggu, tapi aku pengin ketemu Kak Kala. Kangen banget.”
Mingyu coba perangi kegalauan ini karena dia berjanji untuk menemui Seungkwan saat hatinya siap memutuskan. Tapi kebetulan selalu membuat Mingyu gagal, bagaimana bisa dia mengatakan hal tega saat cowok itu sedang dalam kondisi tidak sehat? Mingyu dihinggapi rasa bersalah pada Wonwoo, namun pesan Seungkwan menyentil sisi manusiawinya.
Bagaimana jika memang benar dia sakit parah? Kehidupan anak kostan tidak seperti keluarga yang akan peduli seratus persen, Mingyu memikirkan kondisi terburuk Seungkwan yang lemah tanpa seseorang merawatnya.
Maka, untuk terakhir kali, dia lakukan tanggung jawab sebagai kekasih yang selalu memberikan kebahagiaan dulu. Mingyu hanya tidak bisa mengabaikan fakta jika bertahun-tahun menjalin hubungan dia tau apa yang terjadi jika keduanya sakit.
Terbiasa; adalah kata yang membuat Mingyu sulit melepas dan tegas pada Seungkwan. Menjebaknya dalam hubungan rumit karena permainan yang dia mulai. Mingyu memang sangat kejam, tapi cinta untuk Wonwoo terlalu tulus untuk dikecam.
Setelah memantapkan hati dan menenangkan diri, dia putuskan untuk menjenguk Seungkwan. Membeli bubur serta obat, atau jika perlu merawatnya malam ini sampai cowok manis itu tertidur.
Meski permintaan maaf untuk Wonwoo tak pernah absen terucap di hatinya, Mingyu niatkan langkah dan tancapan gas motornya untuk menunaikan kewajiban terakhir.
Malam itu cukup berbintang untuk malam di awal bulan Desember. Mingyu pun tidak tahu mengapa, tapi perjalannya yang tidak seberapa jauh terasa lebih mengharu biru. Mungkin lain kali Mingyu akan mengajak Wonwoo menikmati malam berbintang dari balkon kamar. Kebetulan mendiang ayahnya pernah membelikan teropong. Sebuah cerita lama, namun Mingyu tak sabar menunggunya.
Sesampainya di depan pintu kamar Seungkwan, Mingyu berdeham. Menenangkan dada yang berdegup kencang, namun dia beranikan diri, hingga tubuh Seungkwan yang berselimut tebal-lah yang pertama kali menyambutnya saat membuka pintu.
“Ngh, Kak Kala ya?”
Mingyu balas dengan menggumam. Berjalan menghampiri ranjang di mana Seungkwan terlihat lemah dan mengkhawatirkan. Kain kompresan terjatuh saat cowok manis itu berniat bangkit dan bersandar di atas bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] KKN
Fanfiction[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘳𝘶𝘱𝘴𝘪 𝘒𝘰𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘕𝘦𝘱𝘰𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘒𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘕𝘺𝘢𝘵𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵. 𝘈𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢�...