Kamu harus selalu bahagia, Najma.
===========
Menjadi Seungkwan tidaklah mudah.
Bahkan untuk dirinya sendiri, hal yang terjadi akhir-akhir ini begitu berat terasa. Hidup sebatang kara, lantas dikhianati oleh orang yang paling dia sayang dan percayai di dunia. Bahkan lebih menyakitkan lagi, Seungkwan diperlakukan rendahan oleh Mingyu yang dia anggap bisa menjaganya luar dalam.
Jika mau, pasti sudah mengecam bahkan menaruh dendam. Namun, kembali lagi, dia adalah Seungkwan Najma Winata. Sesakit dan sekecewa apapun terhadap kenyataan yang tak berpihak, jauh di dasar hati Seungkwan tidak bisa membenci mantan kekasihnya.
Selalu ada pengecualian.
Tindakan Mingyu yang sampai mencium paksa benar-benar menjadi sosok asing di matanya. Menjelaskan jika selama ini eksistensi Seungkwan sebagai kekasih membuat Mingyu terkungkung dalam circlenya. Lebih tepatnya dia baru menyadari jika selama empat tahun menjalin hubungan, sosok yang dia cintai hilang kebebasan dan kenyamanan.
Dalam renungan di suatu malam, Seungkwan memikirkan penyebab mengapa semua ini bisa terjadi. Tidak mungkin bukan hanya karena orang ketiga saja? Seungkwan mengenal pribadi Mingyu. Meskipun cowok itu terbiasa menjadi pusat perhatian dan mendapat kekaguman dari berbagai kalangan, kesetiaan dan kasih sayang yang terkucur pada Seungkwan sebagai kekasih begitu nyata.
Namun, saat menginjak usia hubungan di awal tahun ketiga, terutama ketika Mingyu jatuh dalam nikmatnya dunia demonstrasi, Seungkwan merasakan perubahan sepele yang selalu menjadi bahan perdebatan.
Dia berubah menjadi kekasih yang gemar mengatur. Tentu aja harapannya tak lebih untuk kebaikan Mingyu sendiri, namun silang pendapat tak terelakan terjadi. Mingyu menunjukkan sisi yang belum dia ketahui.
Wajar jika saat itu Seungkwan berpikir sah-sah saja untuk mengetahui keburukan dan kebaikan pasangan masing-masing. Karena dia percaya di masa depan nanti, Mingyu yang akan menemani, memberi kebahagiaan, dan menjaganya menggantikan orang tua yang lebih dulu dipanggil oleh Tuhan Mahakuasa.
Sayangnya, cobaan dengan usilnya menyapa. Mengusik hati Mingyu yang jenuh hingga dipertemukan dengan Wonwoo. Seungkwan rasakan sakit yang tak berkesudahan ketika membayangkan sejauh apa keduanya berhubungan. Secara diam-diam, di saat dia sedang berada di tahap sayang melebihi kata sayang pada umumnya.
Itu pula yang membuat Seungkwan menyerah setelah pertengkaran hebat dengan Mingyu terjadi. Dia cukup tau diri untuk tidak lagi menyetir hidup siapapun. Meski kecewa, Seungkwan tahu dalam beberapa waktu bukan dia saja yang menderita, tapi Mingyu juga.
Batinnya tersentil saat mendengar Mingyu kacau, bahkan sampai jatuh sakit akibat ditinggalkan Wonwoo. Secara tidak langsung menjelaskan jika penyebab perubahan Mingyu adalah dirinya.
Bagaimana Seungkwan tidak merasa bersalah? Cinta buta membuat hubungan mereka berantakan. Selama ini dalam pikiran hanya ada bagaimana cara membuat Mingyu melihatnya dan memasuki lagi dunianya. Tapi sayang, bukan senyum yang dia dapatkan namun kesedihan tak berkesudahan.
Dengan harga diri yang masih tersisa, Seungkwan berdiri di depan gerbang rival terberatnya. Benar, rumah Arshaka Wonwoo. Seungkwan ingin bertemu dan bicara empat mata.
Jika ini adalah satu-satunya cara, maka dia akan lalui tahap ini untuk memperbaiki apa yang bisa diperbaiki di antara mereka bertiga. Jika jawabannya harus melepaskan, Seungkwan akan belajar untuk merelakan.
Namun keraguan masih betah mengikuti. Beberapa waktu berlalu dan dihabiskan dalam diam lantaran dia takut menemukan penolakan. Malu tentu saja, dulu Seungkwan meminta Wonwoo menjahui Mingyu, namun sekarang dia yang menjilat ludahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] KKN
Fanfiction[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘳𝘶𝘱𝘴𝘪 𝘒𝘰𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘕𝘦𝘱𝘰𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘒𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘕𝘺𝘢𝘵𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵. 𝘈𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢�...