[11] I'm jealous of the way you're happy without me

13.3K 1.6K 750
                                    

Gue ucapkan selamat dan terima kasih atas karma setelah menyakiti lo yang begitu dahsyat. Sekarang gue tau gimana tersiksanya kehilangan seorang sahabat.

==========

Jeonghan's Pov

"...too."

Panggilan yang ditutup dari sebrang menambah rasa sesak di dada gue. Wonwoo sukses membuat gue makin kepikiran setelah mendengar desahan terselip dalam kalimatnya. Apakah dia baik-baik aja? Apakah ada orang yang mengganggunya?

Menjalin hubungan jarak jauh selama kurun waktu sepuluh hari nyatanya membuat gue panik. Segala bentuk pikiran buruk menyertai setiap hari, takut Shaka gue kenapa-napa selama di sana.

Wajar, kan?

Gue udah kenal Arshaka Wonwoo dari kecil. Bahkan dua tahun pacaran tentunya menjadikan gue sebagai satu-satunya orang yang mengerti akan sifat dan karakter dia.

Gue tau benar jika Wonwoo bukan tipikal orang yang senang menutup panggilan lebih dulu, khususnya panggilan gue. Meskipun hubungan kami lebih banyak bertemu langsung timbang via gadget, tapi Wonwoo tau bagaimana cara menghargai gue.

Dia paling paham mengenai proteksi gue yang gak mau dia kenapa-napa, meskipun kasus ini gak bisa gue simpulkan gitu aja. Bisa jadi dia emang lagi gak enak badan, atau terkantuk sesuatu. Tapi, otak gue gak bisa dengan jernih mencari alasan.

Karena gue pernah mendengar suara itu mengalun indah dari mulutnya saat kami nyaris melakukan sesuatu yang cukup 'intim'. Desahan Wonwoo selalu menjadi lullaby yang terngiang dan membuat cinta gue untuknya kian membara.

Gue merindukannya.

Gue ingin memeluk tubuh ringkihnya.

Gue ingin selalu mendengar suara Wonwoo entah ketika mengeluhkan masalah kampus, tugas KKN, atau apapun yang selalu membuat gue menjadi pacar paling beruntung karena mau diajak berbagi suka maupun duka.

Sayangnya, harapan untuk mendengar itu dalam panggilan tadi pupus begitu aja. Padahal gue juga udah menyiapkan bahan obrolan, gue ingin bercerita mengenai kehidupan gue tanpa dia. Saling berbagi informasi.

Tapi yang gue dapat malah desah singkat namun cukup untuk menyentil rasa khawatir. Kesibukkan beberapa hari ini dalam mengurusi resto membuat gue merasa bersalah karena gak ada waktu buat dia.

Atau sebenarnya dia marah?

Marah pada kesibukan gue?

Dia merajuk?

Gue gak akan tau sebelum bertanya pada Dika yang seharian ini pergi ke lokasi KKN Wonwoo. Gue sengaja menunggu kepulangannya di teras depan, sesekali memainkan hape gue yang sunyi gak ada tanda-tanda panggilan.

Badan gue bisa duduk manis tapi kepala gue dihadiahi seabreg pikiran. Hingga klakson pertanda mobil memasuki halaman rumah Wonwoo datang sedetik kemudian. Dika keluar dengan tampang super kuyu, belum gue bertanya dia lebih dulu memotongnya.

"Gue ngantuk Kak, besok aja ya kalo mau nanya."

Dan terpaksa gue berdiri bak orang bego karena tujuan awalnya juga bertanya pada dia. Hingga gue menatap sosok Seungcheol yang masih di dekat mobil. Ada keraguan menghampiri detik berikutnya, setelah gue berpikir nekat; apa baiknya bertanya aja sama dia?

Tapi, ya kali gue bertanya duluan sementara gue punya janji pada diri gue sendiri untuk memutus kontak dan hubungan dengan dia. Meskipun Seungcheol adalah kakak dari cowok yang gue cintai, meskipun kami pernah dekat di masa lalu, itu gak menjadi alasan kalo gue harus berakhir baik dengan dia kan?

[✔] KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang