Gimanapun juga, aku masih milik Kak Keanu, Anarki.
=========
Kantor desa tampak ramai oleh dua kelompok KKN dari Universitas berbeda.
Mereka sepakat bekerjasama melaksanakan proker yang merupakan puncak dan juga penutup kegiatan KKN yakni perayaan HUT RI pada 17 Agustus nanti.
Melihat waktu yang sudah memasuki minggu ketiga, kedua kelompok sepakat untuk merealisasikan kegiatan yang merupakan permintaan pihak desa. Dan hasil diskusi sementara mengatakan jika kontribusi mereka selain menjadi panitia juga sebagai juri dalam setiap perlombaan.
Tentu merupakan hal mudah karena setiap anggota memiliki kompetensi berbeda, sehingga diharapkan adanya sinkronisasi untuk meraih tujuan akhir dari kegiatan ini.
Sejak pagi kelompok KKN Naga Nyelam sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tiga kubu dipencar di tiga spot berbeda. Seperti misalnya Wonwoo, Woozi, Jennie, Sejeong, dan Hoshi membantu penyuluhan campak dan rubella yang diadakan di kantor desa tepat setelah diskusi dengan kelompok tetangga.
Sementara geng lelaki tampan yang dikombinasikan sisa anggota cewek membagi diri menjadi dua kelompok mengadakan kelas motivasi di sekolah dasar yang bersebelahan dengan kantor desa.
Super sibuk, itulah definisi paling tepat untuk menjabarkan situasi saat ini. Apalagi Wonwoo sebagai tim dokumentasi yang sebisa mungkin merekam dua kegiatan berbeda dituntut mempunyai mobilitas tinggi.
Bersyukur anggota lain juga tanggap sehingga dokumentasi tidak serta merta mengandalkan kamera saja, akan tetapi gadget sehingga lebih memudahkan Wonwoo.
Karena sedari tadi, dia dikerumuni bocah dan balita menggemaskan. Wonwoo sampai lupa dengan eksistensi kamera dan tripod kesayangan yang masih merekam penyuluhan.
"Kakak tantik, toyong buka punyaku," balita berusia kurang lebih empat tahun menghampiri Wonwoo yang duduk di kursi. Di tangannya biskuit bayi, mengingatkan Wonwoo akan stok camilan kesukaan di rumah.
"Coco mau makan biskuit?" Wonwoo mengajak berinteraksi dan mendapat anggukan sebagai balasan. "Udah cuci tangan belum?"
Tapi bocah lucu itu tidak mengerti hanya mengangkat tangannya ke udara. Wonwoo yang gemas menggenggamnya lalu membersihkan tangan sang balita dengan tisu basah.
Aduh, ketauan kan selain ada minyak uwu, tanda-tanda kehidupan seorang Arshaka uwu juga bisa dilihat dari tisu basah dengan aroma super uwu.
Setelah mengelap tangan mungil Coco, Wonwoo menyobek kemasan biskuit dan menyuapinya. "Sambil duduk ya makannya, gak boleh berdiri atau jalan-jalan. Nanti perutnya Coco sakit."
"Iya, kakak tantik. Makaci."
Dan bocah menggemaskan itu duduk di samping Wonwoo dengan sang ibu masih mengikuti penyuluhan tetiba izin keluar.
"Astaga, Mama cariin ternyata di sini," Ibu muda itu mengelus pipi tembam sang anak yang belepotan biskuit. "Dikasih apa sama kakak baik?"
Coco manyun. "Bukan kakak baik, Ma, tapi kakak tantik!"
"Hoo, cantik?" lalu tawa ringan keluar dari si ibu muda. "Maaf ya Aa Shaka, anak saya kelewat jujur."
"Iya gak papa kok Bu Vina, saya udah biasa dipanggil seperti itu."
Ibu muda bernama Vina tapi bukan Panduwinata tertawa. "Atuh geulis pisan ih, saya nyaris ngira Aa teh perempuan kalo gak liat tinggi badannya."
Wonwoo ikut tertawa. "Mana ada perempuan berjakun kayak saya, bu. Oh iya, tadi Coco minta dibukain biskuit, saya kasih gak papa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] KKN
Fanfiction[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘳𝘶𝘱𝘴𝘪 𝘒𝘰𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘕𝘦𝘱𝘰𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘒𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘕𝘺𝘢𝘵𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵. 𝘈𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢�...