Bab 9 Festival

233 33 0
                                    

Hai semua, apa kabarnya. Masih mau lanjut gak. Aku maksa nih.

🎸🎸🎸

Duse, duse, duse

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duse, duse, duse..
Itu suara sorakan supporter  dari Generasi Cemerlang. Mereka selalu memanggil dua sejoli dengan singkatan duse.
Kini acara perlombaan band antar sekolah dimulai. Semua sekolah yang ikut sudah hadir beserta beberapa supporter dan guru yang telah dipilih oleh sekolah masing-masing.

Jino dan Aldri mulai terlihat gugup. Hal ini dapat dilihat dari Aldri yang sejak tadi selalu ke toilet, sementara Jino selalu mengelap keringat yang hadir di pelipisnya.

Zoni yang tahu Akan hal ini segera mendekati, ia menasehati muridnya agar tidak terlalu gugup, santai dan tenang adalah kunci agar kita sukses di atas pentas.

"Kalian paham?"

"Ya pak." Jawab Aldri dan Jino bersamaan.

"Jangan lupa berdoa sebelum manggung." Tambah Zoni, ia kembali ke tempatnya.

Aya dan Verlita juga ikut, mereka memegang spanduk. Untuk menyemangati duse. Senyum Jino terkembang, setelah berdiri di atas panggung. Tanpa ada pengarah, matanya langsung tertuju ke Aya, yang sedang mengacungkan jempol ke arahnya.

🎸🎸🎸

Jino mencari ibunya kesetiap ruang, namun tidak menemukan siapapun. Ia berencana ingin memberitahu ibunya, kalau Duse berhasil maju ke babak selanjutnya.

"Kenapa?"

Pertanyaan Dika membuat Jino menoleh.

"Aku lupa, kalau ibu ke Jakarta. Hari ini kakakku wisuda." Jino memandangi loteng rumahnya. Jino memiliki satu saudara yang sekarang tinggal di Jakarta bersama adik ayahnya. Kakaknya kuliah di jurusan kedokteran, sejak kecil anak itu selalu berkeinginan, ingin menjadi dokter. Mengobati mereka yang sakit.

"Ya sudah, telpon aja." Usul Dika yang ikut bersama Jino dari alun-alun Pekan Baru, tempat festival band di adakan.

"Mendingan makan dulu." Jino menyeret Dika ke meja makan, dan menyuruhnya segera duduk. "Kamu makan aja dulu, aku mau mandi, gerah ni. Asem lagi, seasem sayurnya bi Asih." Kekeh Jino sembari mencium daerah keteknya.

"Gak apa-apa nih, makan duluan?" Dika meyakinkan, "gak apa-apa, sosor aja!"

Jino melangkah ke atas kamarnya, ia menyambar handuk yang terjemur di hanger. Sementara Dika menelan salivanya, aroma makanan begitu menggugah selera.

🎸🎸🎸

🎸🎸🎸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You're My Soul (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang