Bab 34 Kamu lagi?

174 15 0
                                    

"Ay, sarapan yuk." Suci menyibak selimut yang membalut tubuh Aya, yang masih tiduran di kamarnya meskipun ia sudah bangun sejak tadi. Aya segera mengekori ibunya menuju meja makan yang sudah di huni Evan bersama makanannya.

"Udah siang masih tiduran." Rutuk Evan, seraya membuka piring yang ada di hadapannya.

Suci segera mengambilkan nasi beserta lauk, plus sayuran untuk suami tercintanya. Aya hanya tersenyum sembari membalik piring yang tertelungkup di atas meja.

"Bagaimana pekerjaan Kevin pa, apa lancar?" Suci bertanya sembari duduk di samping Evan yang sudah memulai sarapannya.

"Masa kerjanya di tambah ma. Jadi satu tahun dia disana, anak itu terlalu pintar kalau urusan bisnis, dia malah mengalah aku sebagai guru bisnisnya." Ujar Evan sembari mengambil kerupuk yang ada di dalam toples.

"Aku boleh gak pa, pindah sekolah ke Jakarta lagi buat nemanin kakak. Sekalian bantuin kakak buat bersih-bersih rumah."  Aya mulai bersuara, Evan memperhatikan putrinya lalu menggeleng.

🎸🎸🎸

Asih sedang memberi makanan ke Beuly kucing anggora Jino, biasanya pagi-pagi Jino yang selalu melakukan ini, namun sekarang Asih yang menggantikan tugas Jino sampai sang tuan Beuly kembali lagi ke rumah.

"Gak ada Jino, gak seru ya bik. Biasanya jam-jam segini dia masih di meja makan bareng kita. Tapi sudah satu minggu lebih dia tidak menemani kita. Rumah ini terasa sepi, ternyata seperti ini rasanya tidak memiliki anak." Tutur Amel saat duduk di meja makan, Asih meletakkan makanan ikan ke tempatnya, Ia mendekati Amel yang memperhatikan makanan yang masih memiliki kepulan asap.

"Jangan sedih bu, kan ada bibi yang nemanin ibu, lagian nak Jino dan non Jessica pergi untuk mencapai cita-cita mereka. Besok kalau mereka sudah sukses, pasti bisa buat ibu bangga. Sekarang kita doakan saja semoga mereka berhasil dalam mencapai keinginan mereka." Ucapan Asih di angguki Amel.

Lain halnya dengan Dika, ia tengah bingung menghabiskan weekend sendirian. Biasanya dia sering menikmati libur bersama Jino dan Aldri, mereka sering bersepeda bersama, nonton bersama, makan bersama bahkan melakukan yang tidak penting seperti bermain game di gadget mereka. Tetapi hal itu selalu berhasil membuat mereka melewati minggu tanpa terasa.

Sekarang beda, Dika kehilangan temannya yang selalu menemaninya setiap minggu. Dika hidup hanya dengan neneknya, orang tuanya telah tiada sejak dia berusia lima bulan. (Yang ingin tahu kisah Dika tungguin aja ceritanya. Jadi save ke reading list kalian nih your my soulnya biar tahu cerita siapa yang akan update setelah Jino.)

Dika mengayuh sepedanya, ia ke lapangan basket yang tidak jauh dari rumahnya. Lima belas menit Dika sudah berada di lapangan, ia memainkan bolanya kesana-sini. Beberapa aksi ia lakukan dan beberapa kali bolanya bergelinding, menjauhi dirinya.

"Ah, gak seru." Dika duduk di bangku kayu yang berada di bawa pohon belimbing. Ia merogo isi tas selempang, dan mengambil gadget, niatnya ingin menghubungi Jino ataupun Aldri.

Ia mendengus pelan saat panggilannya di abaikan. Tiga kali menelpon sudah cukup baginya, "mungkin mereka sedang sibuk."

Dika kembali meletakkan gadgetnya di saku tas selempang yang ia bawa. Saat matanya mengalikan pandangan dari tas ke sisi lain, ia kembali memutar matanya ke samping kanan. Dia melihat seorang wanita sedang berjalan mendekatinya, seraya membawa bola basket.

"Ini, bola kakak."

Dika mengambil bola yang di sodorkan wanita itu. Ia lupa kalau bolanya belum diambil sejak tadi bergelinding ke luar dari ring.

Dika mengucapkan terima kasih, gadis itu ikut duduk dan mengenalkan diri kepada kakak kelasnya. Namanya Humaira, dia anak 10 ipa dari Generasi  Cemerlang. Dia mengatakan kalau dia selalu melihat permainan Dika di lapangan. Baik saat lomba maupun latihan, dia selalu menyempatkan diri untuk melihatnya.

"Maaf, aku tidak mengetahui semuanya. Aku pikir tadi kamu bukan dari Generasi."

Dika menawarkan dirinya untuk menemani Humaira pulang, sebagai permintaan maafnya yang tidak mengetahui keberadaan Humaira yang selama ini selalu memberikan tepuk tangan, maupun sorakan untuknya yang berada di lapangan.

🎸🎸🎸

Jino sedang berjalan menelusuri pagar kawat yang ada di belakang pekarangan sekolah. Ia melihat pohon rindang yang tampak jelas dari atas sekolahnya. Sekolah ini kalau di lihat dari depan ia berada di tepi jalan raya yang sibuk, dan bising akan suara kenderaan yang senantiasa berlalu lalang.

Namun kalau dari belakang, suasananya jauh berbeda. Ada pepohonan yang rindang dengan sahutan burung yang terbang kesana kemari menciptakan ketenangan alam semesta yang natural.

Setelah melihat-lihat Jino melangkah ke arena latihan, di sini banyak para bintang yang sedang mengasah kemampuan mereka, untuk lebih baik lagi.

Mereka ini maha siswa star'school. Agar training mereka tidak bertahun-tahun mereka terus mengasah kemampuan mereka.

"Satu"

"Dua"

"Satu"

"Dua"

Suara sang leader terdengar saat memberikan aba-aba pada gerakan mereka yang sedang ngedance.

Jino memperhatikan seseorang yang sedang berlatih vokal, ia tertegun sejenak. Mendengarkan suara merdu laki-laki itu, saat laki-laki itu meliriknya Jino memalingkan pandangannya dan terus berjalan.

Lain halnya dengan Aldri, ia sedang mendongak mencari buku yang mungkin bisa membuatnya menguasai alat musik lain, selain drum. Lama mencari, akhirnya dia menemukannya meskipun buku itu sedikit tinggi. Ia berusaha sebisanya untuk meraih buku tersebut.

Sampai akhirnya buku itu tersentuh tangannya, ia menariknya dari deretan rak, buku itu perlahan keluar dari barisannya dan terlepas dari pegangan Aldri yang longgar. Mengakibatkan bukunya jatuh dan mendarat ke kepala seseorang yang sedang lewat.

"Auh" rintihnya.

Aldri segera mengacak dan meniup kepala korban yang masih memegangi bagian yang sakit. Aldri melongoh untuk memastikan siapa wajah gadis itu, refleks ia terkejut saat gadis itu menoleh nya. Kenapa hal-hal yang buruk selalu ada saat wanita ini berada di sekitarnya.

"Kamu lagi, kenapa sih kamu selalu bikin masalah sama aku, gak bisa apa buat hidup aku tenang."

Aldri menggeleng sembari mengibaskan kedua tangannya, pertanda dia tidak ingin membuat hidup wanita ini tidak tenang.

Tbc.

Hayo Aldri, jangan bikin masalah terus di sekolah baru mu.

Kamu ya dari dulu selalu bikin onar.

Kamu ya dari dulu selalu bikin onar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amel nih guys ibunya Jino😊

You're My Soul (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang