Bab 4 Dikantin

264 34 6
                                    

Lanjut? Ok. Tapi follow dulu yuk.

🎸🎸🎸

"Jino."

Jino menoleh kebelakang, saat namanya di panggil. Ia melihat seorang wanita berlari mendekatinya.

"Livia. Ada apa?"

"Aku nebeng ya, sopir aku lagi ke luar kota nemanin papa."

"O, ya udah."

Jino membawa Livia menuju rumahnya, jarak rumah mereka hanya terpisah oleh tiga rumah. Karena itu Livia sering menumpang, jika sopirnya tidak datang. Selain itu, Livia ini teman kecil Jino. Mereka sering bermain bersama, dan Jino juga suka melindunginya jika ada yang menganggunya.

Namun, seiring bergulirnya waktu. Dan bertambahnya usia, rasa sayang sebagai teman berubah menjadi rasa cinta. Diam-diam Livia memiliki perasaan yang berbeda kepada Jino, perasaan ini hadir sejak Livia duduk di kelas 11. Ia merasa, Jino seorang lelaki yang selalu memperhatikannya. Selalu menjaganya, bahkan juga selalu ada disaat dia butuh. Dia berniat menjadikan Jino sebagai pacarnya, bukan hanya sekedar teman.

"Bye," Jino berlalu meninggalkan Livia yang masih memperhatikannya.

"Bye sayang." gumam Livia, sebelum berbalik.

🎸🎸🎸

"Assalamualaikum. Aku pulang." ujar Jino. Ia mencium tangan ibunya, setelah menjawab salamnya. Seperti biasa, Jino selalu duduk di kursi ini sembari membuka sepatu, namun kali ini sambil bersiul. Camelia, yang sering di sapa Amel ini, mendekati anaknya.

"Sepertinya, anak ibu bahagia sekali ya kalau sudah sekolah. Apa tadi kalian gak belajar?"

Jino menghentikan siulannya. "Generasi Cemerlang gak belajar di hari pertama sekolah? Mustahil bu."

"Lantas apa yang buat kamu sebahagia ini?"

"Bahagia aja bu, emang gak boleh, aku bahagia?"

"Ya bolehlah, sana salat dulu. Terus makan ya. Ibu mau ke butik lagi." Jino membuat lingkaran dengan ibu jari dan telunjuknya.

Setelah salat dan makan, Jino duduk di lobi rumahnya. Ia kembali memperhatikan poto Aya. Sebenarnya, tadi Jino hampir menyerah membuka pola layar gadgetnya. Namun percobaan terakhir, layar itu terbuka. Dan menyimpan beberapa poto Aya. Selain itu, Jino juga menyimpan nomor Aya.

Sekarang ia ingin sekali menelponnya, tetapi perasaan takut menganggu pun hadir. Setelah menyentuh kontak Aya, Jino kembali menyentuh tanda kembali di layar gadgetnya. Hal ini terulang beberapa kali. Ia mencoba untuk kembali menenangkan pikirannya, dengan cara memetik gitar yang di iringi dengan suara merdunya.

🎸🎸🎸

"Jin, gimana kalau mereka ini kita comblangin." ujar Aldri yang sedang nongkrong di parkiran sekolahnya. Jino tersenyum melihat Zoni yang sedang berjalan mengawasi murid-murid bandel, di iringi Frita yang baru datang.

"Boleh juga tuh Al, mereka kan masih lajang."

"Siapa yang jalang?" tiba-tiba suara asing menjawab. Jino dan Aldri menolehkan wajah mereka.

You're My Soul (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang