Bab 3 Jin Baik

282 34 10
                                    

Bel Jam pelajaran kedua mulai berbunyi, pertanda semua siswa harus masuk. Aya terlihat kesulitan membawa buku pelajaran yang akan di bagikan kepada siswa.

Ya, beginilah caranya di SMA yang satu ini, setiap ada murid pindahan akan di suruh membantu mengerjakan tugas ketua kelas serta wali kelasnya.

Seperti membawa buku, alat peralatan yang akan di bagikan, atau mengumpulkan pekerjaan siswa, dan membantu piket kelas, ini berlaku selama satu minggu.

Jino berniat ingin membantu Aya, ia segera mendekatinya  yang sedang menuju ke kelas, tetapi saat Jino semakin dekat Aya malah tersenggol siswa lain. Yang terburu-buru karena Zoni sudah berada di kelasnya, Buku yang di pegang Aya berjatuhan.

"Sorry," Permintaan maaf anak itu bisa di dengar Jino, Jino hendak menolong Aya. Tetapi seorang siswa mendahuluinya, mereka memungut buku tersebut dengan segera. "Lain kali kamu hati-hati. Kalau terlalu berat, bawa separoh aja. Nanti aku bantu. Kan aku ketua kelas, jadi. Ini tugas aku juga." Usul laki-laki itu, ia juga mengulurkan tangannya. Berkenalan secara resmi di depan Jino. Setelah itu barulah mereka berjalan ke kelas sambil memangku buku paket Matematika.

"Tumben lelaki kutub itu ramah?" komentar Jino yang melihat Rean tersenyum sambil berbicara kepada Aya.

"Andaikan aku lebih cepat, aku telah kalah oleh waktu pada hari ini. Jangan sampai ini terulang lagi Jin." gumamnya yang menyusul Rean dan Aya.

Wuni mulai mengabsen 12a, setelah menanyakan kabar siswanya. Kini ia mulai menerangkan pelajaran matematika, dengan materi integral. Dua puluh menit telah berakhir, Wuni menanyakan kepada muridnya apa mereka telah paham atau belum.
Semua anak-anak menjawabnya, sudah.

"Oke, sekarang ambil kertas kosong, ibu hanya akan memberi tiga soal"

Para siswa mulai mencarik kertas, dan siap menerima soal  yang di berikan, waktu berlangsung setelah 30 menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para siswa mulai mencarik kertas, dan siap menerima soal  yang di berikan, waktu berlangsung setelah 30 menit. Wuni menyuruh muridnya untuk saling tukar kertas. Mereka harus mencoret tugas temannya yang salah.

Wuni menyuruh Rean kedepan, menulis jawaban soal pertama. Dan Jino menjawab soal kedua, sementara Aldri juga mendapat bagian, untuk menjawab soal terakhir.

"Kenapa harus aku?" tanya Aldri sebelum Jino meninggalkannya. Jino hanya menggeleng, dan menyuruh Aldri membawa kertas yang ia kerjakan.

Rean sudah selesai, tanpa melihat buku. Semua murid meneliti akan hasil latihan yang ada di tangan mereka. Setelah mengetahui jawaban Rean memang benar. Sekarang Jino yang maju, dan di susul Aldri. Namun Aldri di tegur, karena Wuni ingin Aldri menulis jawabannya tanpa melihat buku. Aldri bingung mau menulis apa, secara. Sejak tadi ia hanya mencontek tugas Jino.

Wuni kembali pokus ke buku absen, ia menulis nama siswa yang akan ia masuki setelah ini.

Kini Jino telah selesai, ia hendak berjalan meninggalkan papan tulis, namun Aldri memegang bajunya, membuat langkah Jino terhenti. "Jin tunggu dulu, bantu aku "
Bisik Aldri pada Jino pelan.

"Ehem,"

Jino kaget, karena Wuni berdeham. Dengan terpaksa Jino meninggalkan Aldri sambil menyatukan kedua telapak tangannya, pertanda dia minta maaf. Jawaban Jino dinyatakan benar, sementara Aldri sedang menulis soal nomor tiga. Wuni kembali melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

"Buk, Aku sudah selesai. Aku mau ijin ke toilet buk, soalnya perutku dari tadi pagi gak asik di ajak serius ni." Ucap Aldri. "Oke, silahkan."

Wuni masih melanjutkan nama yang belum ia tulis. Sementara suara gelak, tawa, mulai terdengar di belakang sana. Ia berhenti menulis, dan mencoba mencari tahu apa yang di tertawakan para siswa. Ia membuka tas, dan memperhatikan penampilannya di cermin. Tidak ada yang aneh dengan penampilannya. "Diam, diam, oke. Sekarang kita cek jawaban Aldri."

Wuni bangun dari tempat duduknya, dan melihat jawaban Aldri.

Dear Matematika:

Tolong deh selesaikan masalah kamu sendiri, aku capek menyelesaikan masalah kamu terus, sedangkan aku sendiri banyak masalah.

Melihat ini, Wuni menjadi emosi dan berteriak memanggil Aldri yang entah dimana.

"Aldri......"

🎸🎸🎸

Bel ini, yang sejak tadi di nanti para siswa, apalagi kalau bukan bel terakhir. Tugas dan pelajaran yang berlangsung, di hentikan. Semua siswa dan guru mulai meninggalkan ruang kelas, dan bergegas untuk pulang.

"Ay." Suara seseorang menghentikan langkah Aya, ia menoleh ke belakang, dimana suara itu berasal.

"Iya, ada apa, kamu Jino kan?" Tanya Aya ragu.
Dengan perlahan, laki-laki itu mendekatinya.

"Iya Ay." Jawab Jino simpel. "Hm, apa kamu keberatan kalau kita kenalan lagi? Maaf soal tadi pagi." Jino menyodorkan gadget berwarna gold, dengan sebuah mainan bermotif doraemon di sebelah kirinya.

"Oh! ini kan gadget ku, aku mencarinya dari tadi." Aya merasa lega, karena gadget kesayangannya tidak jadi hilang.

Jino memberitahu kalau Aya meninggalkan handphone nya, saat memungut buku paket yang sempat jatuh karena tersenggol siswa. "Syukurnya, aku yang memungutnya. Gak tau deh jadinya kalau tadi yang mungutnya seorang pemulung."

Setelah berkenalan, Aya izin pamit. Karena yang menjemputnya juga telah datang, sebelum berlalu. Aya menurunkan kaca mobilnya, "Jin, Makasih ya buat kesekian kalinya. Ternyata Jin di Riau baik hati ya, aku duluan. Bye!"

Jino tersenyum, seraya melihat kepergian Aya yang di larikan oleh Brio merah. "ternyata kamu mengartikan namaku dengan makhluk tak kasat mata itu ya."

Jino mengalihkan pandangannya ke layar gadgetnya, disana sudah ada Aya. Sepertinya Jino telah mencuri poto Aya sebelum mengembalikan handphone nya reader.

Tbc.

Aya ni guys

Aya ni guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


You're My Soul (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang