Oleh : @ocha_chansie & @Zaamirajprn
Semua yang ada bukan untuk berlindung.
Semua yang ada bukan untuk penguat.
Namun untuk melepaskan.
Namun, ada kalanya yang ada juga untuk pengikat.
Layaknya kau dan dia.
Aku yang tertatih melihatnya.
Namun aku terikat pada parasnya.
Hanya mengagumi saja.
Paras yang ku kagumi dalam diam.
Lalu mematikan hatiku dengan sangat dalam.
Aku tak mengerti cara asa menjemput cinta.
Yang ku tau, tiba-tiba ada rasa di hati untuk dia.
Datang dengan mudah.
Merasuk kehati dengan mudahnya menerima dia.
Mungkin benar aku bodoh.
Memberi jalan pada senyawa yang tak beraturan.
Lalu dia masuk dan terkunci di dalamnya.
Lalu hilang begitu saja meninggalkan ruang hampa.
Entahlah, hancur lebur tak beraturan.
Tak terbentuk mungkin.
Perlahan jejakku mundur.
Namun tetap saja ada rasa.
Ada rasa yang berharap dengan bodohnya.
Dan tak pernah peduli jika hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Semesta (COMPLETE)
PoetryFILOSOFI SEMESTA (POEM) DILARANG MENJIPLAK KARYA SAYA!! High rank berubah-ubah. Lihat sendiri aja ya🙂 . Tentang jerat lingkup hati remaja yang terkekang di alam sebelum tertanam oleh alam itu sendiri. Akan berarti jika memahami tanpa mengomentari s...
