Dear Senja.
Aku kembali menghampirimu sejak setahun terakhir ini. Saat di mana bukanlah lagi kita yang menghampirimu.Tetapi, hanya aku.
Bukanlah lagi dua tetapi tinggal satu. Ia menjemputmu Senjaku. Ia yang terlalu menyukai warnamu kini memilih tinggal di sisi Tuhan yang lebih nyaman. Bukan di dunia yang fana, keji dan munafik.Dengan segala genggaman yang menguatkan serta pelukan hangat yang sempat menjadi pelengkap akhir senja 2015. Aku merindukan semuanya. Ya semuanya! Saat ada Aku, Kau dan Senja sebagai pelengkap hari.
Desemberku tak seindah Senjaku. Bahkan saat hujan pun, tak ada sudut-sudut yang terangkat menjadi sebuah lengkungan indah. Musnah, hampa dan kosong.
Siapa yang mampu mengisi? Kalau hatinya pun sudah tak berharap untuk di isi. Tinggalkan saja aku dan senjaku. Berdua. Tak nyata katanya? Oh! Kalian hanya belum mengerti bagaimana pahitnya karena mencicipi kemanisan.
Kalian terluka? menangis? kehilangan? atau apalah itu?. Saya sudah merasakannya. Sudahlah! Saya di sini bukan untuk merasa seakan menjadi sosok yang paling menderita dan lemah. Tidak!. Sebab suatu saat ada sebuah genggaman penguat yang kembali menghangatkan.
Teruntuk engkau, Senjaku!.
Pergi dan datang dengan hitungan menit saja. Menemaniku di penghujung hari. Aku menyukaimu. Senja tanpa aromaku yang sama seperti yang lalu dan sekarang.
Ku tau! yang berbeda hanyalah "dia" yang tak menemaniku lagi setahun terakhir saat melihatmu, Senja.#Senja2018
#Senja2015
_TanpaAroma_
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Semesta (COMPLETE)
PoetryFILOSOFI SEMESTA (POEM) DILARANG MENJIPLAK KARYA SAYA!! High rank berubah-ubah. Lihat sendiri aja ya🙂 . Tentang jerat lingkup hati remaja yang terkekang di alam sebelum tertanam oleh alam itu sendiri. Akan berarti jika memahami tanpa mengomentari s...