Lara jika diingat dalam sporadis kehampaan yang kau sebut anugrah keheningan.
Memaksa setiap detik untuk selalu membuatmu nyaman dengan dalih hanya aku! Aku!
Namun, saat aku sibuk memikirkan bagaimana agar kenyamanan tetap tumbuh dariku.Kau sedang menggenggam tangannya.
Sedikit waktu yang lalai ternyata jalan masuk untuknya yang sama sekali tak pernah ku sadari kedatangannya.Kataku, jangan mencari yang lain jika sudah ada aku.
Tapi, katamu. Rumah tak cukup satu.
Ego memaksa agar kau tetap di pelukanku.Logikaku berkata sebaiknya ku pergi membiarkan segenap rasa kecewa tetaplah menjadi luka.
Setelahnya hanya waktu belaka.
Jejak mu kian jauh dari bayanganku.
Lantas, mengapa pesan mu masih terngiang jelas di dalam kepalaku dengan suara lantang mengikrarkan perpisahan kita."Mengapa harus merasa lara? Bukankah semua hal yang datang tak harus menetap?"
Setiap kata akhir yang harus keluar dari suaramu adalah lara yang tak perlu kau umbar dan sembuhkan.
Pergilah!
Aku pamit
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Semesta (COMPLETE)
PoetryFILOSOFI SEMESTA (POEM) DILARANG MENJIPLAK KARYA SAYA!! High rank berubah-ubah. Lihat sendiri aja ya🙂 . Tentang jerat lingkup hati remaja yang terkekang di alam sebelum tertanam oleh alam itu sendiri. Akan berarti jika memahami tanpa mengomentari s...