***
Kringgg
Kubuka mataku perlahan. Hal pertama yang kulihat adalah langit-langit kamarku.
"Hoaamm," Aku menguap lebar dan kembali menutup mataku. Hampir saja aku kembali menyelami dunia mimpiku sebelum—
Kringgg
Aku tersentak dan menatap horor jam alarm di meja nakasku. Kemudian mematikan alarm tersebut diikuti umpatan-umpatan pada benda mati itu.
Aku bangun lalu merenggangkan otot-ototku. Mataku masih berat untuk terbuka lebar. Karena semalam aku terlalu memikirkan suatu tempat misterius yang aneh, aku tidak dapat tidur hingga tengah malam. Rasanya aku ingin membolos, tetapi aku yakin bibi tidak akan memperbolehkanku membolos.
Jika dipikir-pikir, tempat yang kukunjungi kemarin sore, sama persis dengan apa yang kumimpikan selama ini.
Apa mungkin kejadian kemarin sore juga hanyalah sebuah mimpi? Tidak, tidak mungkin. Pipiku masih terasa sakit karena aku terlalu keras menamparnya.
Aku baru sadar jika semalam saat aku tidur, aku tidak lagi memimpikan sesuatu yang aneh lagi.
Aku mengusak rambutku kasar. Ah, untuk apa aku memikirkannya. Lebih baik aku tidur lagi.
Kutidurkan badanku kembali di ranjang. Rasanya ranjang ini tidak mau berjauhan denganku.
Oke ranjang, aku akan menemanimu.
Kupejamkan mataku dan menyamankan posisi tidurku. Aku sudah siap untuk menyelami mimpiku lagi, sebelum akhirnya-
"ASTAGA YUUKI BANGUN! LIHATLAH PUKUL BERAPA SEKARANG!" teriak bibi tepat di telingaku yang mampu membuat mataku terbuka lebar. Ah, suara bibi memang selalu bisa mengalahkan bunyi alarm milikku. Bahkan aku tidak sadar bibi sudah berada di dalam kamarku.
"Pukul berapa sekarang, Bi?" tanyaku seraya mengucek mata.
"Lihat saja sendiri. Kalau kau tidak mau terlambat, cepat bangun dan mandi. Setelah itu sarapan."
"Baik Bi—" kulihat jarum jam yang menunjukan angka 08.31 dan itu sukses membuat mataku terbuka sempurna.
"—OH TIDAK, AKU SUDAH TERLAMBAT BI!"
***
"Sepulang sekolah, bersihkan toilet perempuan yang berada di lantai bawah," ucap Tomo sensei padaku. Dia adalah guru Kedisiplinan di sini.
Mungkin dia sudah bosan melihat wajahku. Karena setiap pagi kita selalu bertemu, bertatap muka seperti ini.
"Baik sensei, saya permisi undur diri."
Aku membungkuk 90 derajat sebelum berjalan keluar ruangan.
Ya, inilah sarapanku setiap pagi. Selalu mampir ke ruang kedisiplinan dan mendapat tugas negara yaitu membersihkan toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasy[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...