***
Pagi ini tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Sesuai kesepakatan, aku, Irina, Latro dan keenam sage berkumpul di luar akademi. Di depanku sudah berdiri Petra dan para tetua.
"Sebentar lagi, matahari akan terbit. Dan itu artinya, kalian harus segera berangkat. Perjalanan kali ini sangat panjang karena desa yang kalian tuju sangatlah jauh. Butuh waktu satu hari penuh untuk sampai ke sana." jelas Petra yang membuatku berpikir perjalanan kali ini pastilah sangat melelahkan.
"Kuperingatkan lagi untuk kalian, tetaplah berjalan kaki sampai ke lembah Montae. Karena di sana merupakan kawasan RedForces. Kalian tidak boleh menggunakan sapu kalian dan terbang agar mereka tidak menemukan kalian. Setelah melewati lembah tersebut, kalian boleh terbang menuju tempat berikutnya."
"Laporkan semua yeng terjadi pada kami lewat telepatimu, Lacie." sambung Petra.
"Baik, Petra." jawab Lacie.
"Selebihnya, kuserahkan pada Ryou dan Latro. Aku mengandalkan kalian."
Kulihat Ryou dan Latro membungkuk memberi hormat pada Petra.
"Baik, Petra. Serahkan semuanya pada kami," ucap Ryou.
"Baiklah, kalian boleh berangkat sekarang."
Kami semua mengangguk lalu membungkuk memberi hormat dengan tangan kanan yang berada di dada kiri. Sedangkan aku membungkuk seperti biasa aku membungkuk pada orang yang lebih tua dariku.
"Jaga dirimu baik-baik, Yang Mulia. Jika saja aku tidak menjaga akademi ini, aku akan ikut untuk mendampingimu, Yang Mulia." Petra meraih bahuku membuat badanku kembali tegak. Dia melihatku dengan tatapan sendu.
"Jangan panggil aku Yang Mulia, Petra. Umurmu lebih tua dariku. Dan lagi, kau tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diri, Petra. Lagipula mereka bersamaku. Aku bisa berlatih bersama mereka." Aku tersenyum padanya. Rasanya dia sudah kuanggap seperti kakekku sendiri.
"Kau memang mirip seperti Yang Mulia Alice. Tidak heran jika dia memilihmu." Dia tersenyum sejenak lalu melanjutkan.
"Baiklah kalian semua, hati-hati di jalan. Dan jaga diri." sambungnya.
"Baik, Petra." jawab kami serempak.
Kami berbalik arah dan berjalan menjauhi Tyzard Academy. Aku sedikit menoleh ke belakang untuk melihat gerbang besar Tyzard Academy di mana masih ada Petra dan para tetua yang berdiri di sana mengantar kepergian kami.
Aku menghela napas pelan mengingat kejadian yang begitu mendadak sekaligus rumit yang menimpa diriku. Mau tidak mau, aku harus menerima semua kenyataan ini. Kenyataan bahwa akulah orang yang paling dinanti oleh para wizard dan juga akulah orang yang paling diinginkan untuk dimanfaatkan oleh RedForces.
Semua pikiranku melayang saat dirasa kepalaku mendapat tepukan pelan dari seseorang yang ada di belakangku.
"Pakai tudungmu." Tanpa menoleh pun aku sudah tahu siapa pemilik suara itu, tetapi aku tetap menoleh ke belakang untuk memastikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasy[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...