***
Dihimpit oleh rasa penasaran yang menggebu, tak banyak pikir, aku pun berdiri dan berjalan cepat mengikuti penjaga yang menyampaikan informasi mengenai Inori beberapa menit lalu.
Aku memang tak tahu menahu siapa saja yang mengikuti langkahku saat ini, namun dapat kupastikan, bahwa mereka adalah para sage.
"Yuuki." Suara parau Inori juga wajah pucatnya menyambutku dan yang lain, begitu pintu ruangan terbuka lebar.
"Ada apa, Inori?" tanyaku yang kini duduk di pinggir ranjang, sembari memegangi kedua tangannya yang bergetar hebat.
"Sebelumnya maafkan aku. Seharusnya aku menyampaikan hal ini sekaligus saat masih di persidangan."
Batinku semakin tidak tenang dibuatnya.
"Memangnya apa yang kau maksud dengan hal ini?" Aku menekankan dua kata itu.
Inori yang sempat merundukkan kepala pun kembali menengadah.
"Besok lusa, RedForces akan datang dan menyerang BlackCluster."
Dunia di sekitarku seolah terhenti begitu saja.
"Lusa?" Suara Irina terdengar panik.
Kulihat Inori mengangguk. Tatapannya nampak serius, tak ada sirat kebohongan yang bisa kutemui di sana sedikitpun.
"Aku baru teringat dengan pembicaraan rahasia yang Bruen, tetua warlock, katakan dengan tim inti RedForces. Dan tidak ada satu pun yang memberitahukan hal ini padaku. Seolah mereka sengaja menyembunyikannya, karena aku akan dibuang di perang kemarin."
Keningku mengernyit.
"Dia berkata bahwa RedForces akan melakukan penyerangan di tiga titik: barat, selatan, juga timur."
"Kenapa mereka melakukan penyerangan di titik yang memiliki pertahanan kuat?" Litch yang melangkahkan kakinya mendekati ranjang bertanya dengan raut kebingungan. Terlihat sangat jelas di wajahnya.
Jika mereka masuk melalui pintu-pintu utama, berarti, besar kemungkinan bahwa mereka sedang menjalankan sebuah taktik. Yakni,
"Pengalihan," kataku, yang tidak disangka menarik seluruh perhatian.
"Aku rasa, mereka sengaja mengirim banyak pasukan ke tiga titik tersebut, untuk mengalihkan perhatian kita. Jika kita terhasut, pasukan yang berjaga di daerah lain pasti akan saling berdatangan ke tempat yang menjadi titik penyerangan, untuk memberi bantuan."
"Dan begitu wilayah sudah dikatakan aman, barulah mereka akan menyelinap masuk secara diam-diam," sambungku menuntaskan pikiran yang terbesit di benak.
"Kurasa, itu adalah saat di mana mereka akan melepas roh para sorcerer dan necromancer yang terlanjur kubangkitkan." Inori berbicara dengan mada bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasy[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...