• bab 19 •

2K 293 25
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari ini merupakan hari kedua aku berada di Tyzard Academy. Sekaligus hari keduaku di kelas noorem.

Sama seperti hari sebelumnya, aku hanya duduk dan memperhatikan orang-orang melakukan uji coba mantranya. Aslan melarangku untuk menggunakan tongkat karena takut kejadian kemarin terulang kembali.

Aku menghela napas kasar. Sungguh membosankan.

Kuambil buku tebal yang Petra berikan padaku saat dia memintaku menjadi murid Tyzard Academy.

Omong-omong, ini pertama kalinya aku membaca buku setebal kamus.

Kubaca judul buku tersebut di halaman pertama. Mantra. Itulah yang tertulis di sana.

Selama ini aku berpikir mantra hanyalah kata-kata yang diucapkan penyihir untuk mengeluarkan kekuatannya. Seperti kata-kata aneh dari pengucapan tokoh fiksi Harry Potter yang tidak kumengerti artinya untuk mengeluarkan kekuatannya.

Ternyata tidak sesederhana itu. Setelah membaca beberapa halaman buku tebal ini, dapat kutarik kesimpulan bahwa mantra adalah sebuah ucapan yang mengandung nilai magis. Dan ucapan magis itu dapat mengeluarkan kekuatan dengan bantuan ayunan tongkat. Itulah kenapa di kelas ini, tongkat sangat dibutuhkan.

Dan juga, mantra tidak semudah itu dapat mengeluarkan kekuatan. Di buku ini tertulis jika kita hanya menghafal mantra, kekuatan kita tidak akan muncul. Kita harus benar-benar memahami arti mantra dan kekuatan kita. Sepertinya ini akan sulit.

Mantra memiliki beberapa jenis. Seperti mantra membuat benda melayang, membuat tongkat bercahaya, membuka dan menutup pintu, menyembunyikan seseorang, dan masih banyak yang lainnya. Aku tidak mungkin menyebutkan semuanya.

Aku membuka halaman di mana di sana terdapat kata-kata aneh yang panjang dan sulit dilafalkan. Aku membaca perlahan tiap huruf yang tercantum di sana.

"Cluseruntque ostium. Untuk menutup pintu," ucapku mencoba mengingat mantra tersebut.

Kuambil tongkat baruku dengan tangan kananku yang terbungkus sarung tangan.

Kuarahkan ujung tongkat itu pada pintu yang sedikit terbuka.

"Cluseruntque ostium," ucapku, berharap pintu dapat tertutup karena mantra yang kuucapkan.

Tapi harapanku pupus, karena pintu itu tetap pada posisi awal. Sedikit terbuka.

Aku menghela napas kasar. Sebenarnya apa kekuatanku? Kenapa aku begitu lemah? Menaiki sapu terbang aku tidak bisa. Menggunakan tongkat juga aku tidak bisa. Tongkat itu seolah menolak untuk kupegang. Dan lagi, aku tidak dapat menggunakan mantra.

Aku semakin ragu kalau aku adalah keturunan wizard. Sepertinya mereka salah mengira aku ini wizard.

Karena nyatanya, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku sangat lemah. Hanya dapat mengandalkan Kou dan yang lainnya. Aku merasa semakin tidak berguna berada di sini.

The Last SorcererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang